Melihat keadaan wanita itu membuat arya menjadi panik. Hatinya bertanya-tanya apa yang terjadi kepada istrinya. Tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Dia hanya mencoba memperlambat laju mobil dan membuat wanita yang duduk di sampingnya merasa tenang. Tetapi sepertinya keadaan Zahra tidak berubah. Wanita itu semakin terlihat pucat, Arya tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan mobil yang dia kemudikan.
Arya masih bingung berada di dalam mobil itu sendirian. Dia mencoba menyentuh wajah Zahra, wajah itu terasa panas. Tetapi pemuda tampan tersebut tak mengerti mengapa tiba-tiba keadaan Zahra menjadi buruk. Arya kembali mengemudikan mobil tersebut menuju rumah sakit terdekat. Dia sudah mencoba untuk membiarkannya begitu saja tetapi karena keadaan istrinya tak berubah terpaksa dia harus melakukan tindakan pengobatan.
Setelah mereka tiba di rumah sakit segera tim kesehatan melakukan tugas mereka untuk memeriksa keadaan Zahra. Mereka membawa Zahra ke dalam sebuah ruangan dan mulai menanganinya. Sementara Arya hanya bisa menunggu di luar ruangan itu.
"Dia mengalami shock yang luar biasa. Karena itulah jiwanya menjadi tidak stabil. Tetapi sekarang dia baik-baik saja. Anda sudah bisa membawanya pulang!" dokter berkata kepada Arya. Stuck berapa lama Zahra tampak berjalan mendekati suami. Mereka pun berjalan bersama meninggalkan rumah sakit itu. Tetapi Arya sama sekali tak mau membantu Zahra. Sementara wanita itu terlihat masih sangat lemah.
Zahra mencoba meraba dinding agar bisa berjalan. Tetapi saat mereka berada di lobby rumah sakit Zahra sudah tidak memiliki pegangan. Dia mencoba menguatkan kedua kakinya untuk mengikuti langkah Arya. Namun tiba-tiba kepala Zahra terasa berat. Pandangannya menjadi ber kunang-kunang. Tubuhnya terasa lemah serta kedua kakinya gemetar. Arya yang menyadari bahwa istrinya tertinggal membalikkan tubuhnya. Dari kejauhan dia melihat istrinya hampir terjatuh. Dengan cepat pemuda itu mendekati wanita tersebut dan menangkap tubuh istrinya dengan sempurna.
Zahra terjatuh ke dalam pelukan Arya, ke dalam pelukan suaminya sendiri. Kemudian Arya membantu istrinya untuk berjalan meninggalkan rumah sakit tersebut.
"Arya?" sebuah suara mengagetkan Arya. Pria tampan itu sangat terkejut bertemu dengan wanita itu di rumah sakit di waktu yang tidak tepat. Di satu sisi dia ingin melepaskan Zahra karena tak ingin wanita itu mengetahui tentang pernikahannya. Namun di sisi lain pemuda tampan tersebut tidak tega membiarkan Zahra terjatuh. Dia pun tidak memiliki pilihan lain selain memperkenalkan Zahra kepada wanita itu.
"Jenny?" jawab Arya.
"Kenapa kamu ada di sini? Siapa perempuan ini?" Jenny bertanya kepada Arya. Zahra mencoba melihat wanita cantik tersebut. Jenny terlihat begitu cantik dan berbeda dengan wanita biasa penampilannya begitu anggun dan mempesona dengan dress di bawah lutut membuat kecantikannya semakin terlihat jelas. Rambut sebahu yang lurus sangat mendukung penampilannya yang elegan menunjukkan bahwa jenny bukanlah wanita biasa karena dia berasal dari kelas atas.
Mendengar pertanyaan dari wanita itu membuat Arya tiba-tiba menggerakkan tangan dan merangkul tubuh Zahra. Meski mereka sudah lama menikah tetapi Arya bahkan tak pernah menyentuh istrinya karena itulah Zahra merasa heran melihat suaminya tiba-tiba memeluknya dengan erat. Jenny yang berdiri di hadapan mereka terlihat tidak senang dengan perlakuan yang ditunjukkan oleh Arya kepada Zahra.
"Perkenalkan Jenny, dia adalah Zahra, istriku," ucap Arya. Pernikahan antara Arya dan juga Zahra dilakukan secara diam-diam karena pemuda tampan itu tidak ingin semua orang mengetahui tentang pernikahan keduanya. Sesungguhnya Arya dipaksa oleh sang ayah untuk menikah dengan Zahra. Karena itulah sampai detik ini belum ada yang mengetahui tentang pernikahan itu. Namun pengakuan Arya mengejutkan Jenny, wanita yang selama ini terus berusaha mendekati pria tersebut justru mendapat kabar buruk.
Arya dikenal sebagai pemuda yang tidak memiliki hubungan baik dengan wanita. Dia bahkan tak pernah berhubungan serius dengan para wanita termasuk Jenny meski sudah berulangkali Jenny berusaha mendekati pemuda tampan tersebut tetapi balasannya masih sama bahwa Arya sama sekali tak memiliki minat terhadap dirinya.
"Apa katamu? Kamu pikir semua ini lelucon?" wanita itu terlihat marah dan kesal.
"Tidak, aku serius. Dia adalah istriku dan aku datang ke sini karena memeriksakan keadaan istriku yang sedang sakit. Senang bertemu denganmu Jenny, tetapi maaf karena kami harus kembali pulang." Jenny semakin marah dengan bahasa yang baru saja diucapkan oleh Arya kepada dirinya. Apalagi saat pemuda tampan itu berlalu begitu saja sambil membantu Zahra untuk melangkahkan kaki. Sementara Zahra juga masih menatap Arya, wanita itu masih tak mengerti maksud dari kata-kata dan perlakuan yang ditunjukkan oleh suaminya di hadapan wanita lain. Meski jauh di lubuk hati Zahra merasa sangat bahagia mendapatkan perlakuan seperti itu untuk pertama kali dari suaminya.
"Mas," ucap Zahra saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Jangan besar kepala. Aku melakukan semua itu karena punya tujuan lain. Kamu jangan menganggap bahwa perlakuan aku tulus," sambut Arya. Zahra kembali cemberut, tadinya dia mulai merasa senang karena mendapatkan perhatian lebih dari pemuda tampan itu. Tetapi saat dia masih baru mencoba menikmati kasih sayang dan perhatian dari suaminya sendiri keadaan kembali seperti sedia kala.
"Jika kamu punya penyakit seharusnya kamu berobat. Tidak menyusahkan orang di sembarang waktu. Sekarang bagaimana, mau aku antar pulang atau aku antar ke kampus?" pria itu bertanya dengan anda yang sangat pasar. Zahra komat kamit menirukan mulut suaminya. Seketika Arya menatap tajam ke arah Zahra. Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangannya dan menghaluskan pandangan.
"Antarkan aku ke kampus saja. Aku tadi sakit karena kamu," jawab Zahra.
"Karena aku?" Arya tak percaya. Kenapa dia menjadi alasan isterinya diserang sakit secara tiba-tiba. Sesungguhnya pemuda tampan tersebut merasa penasaran namun dia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Mereka tiba di kampus seperti yang direncanakan.
"Aku turun ya tuan. Terima kasih karena sudah mengantarkan aku," ucap wanita itu sebelum melangkah kan kaki turun dari dalam mobil tersebut. Arya memperhatikan langkah wanita yang merupakan istrinya itu di saat bersamaan tiba-tiba sebuah email masuk ke dalam ponselnya. Emang itu berisi tentang latar belakang penyakit yang diderita oleh Zahra. Ternyata apa yang diucapkan Zahra adalah benar bahwa penyebab penyakitnya adalah suaminya sendiri. Mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi adalah phobia bagi Zahra. Wanita itu bahkan tidak berani naik pesawat karena phobia nya tersebut. Namun arya tak mengerti dan tidak mengetahui semua itu.
"Ternyata dia benar. Tapi, kenapa aku harus peduli kepadanya?" pemuda tampan tersebut menggeleng sendirian saat menyadari kekeliruan dan perubahan sikap yang sendiri. Dia tak boleh hanya dalam perasaan yang ada di dalam dirinya karena itu bukanlah karakteristik dari seorang Arya.