Arya dan asisten pribadinya meninggalkan ruangan itu karena mereka harus mengikuti sebuah rapat di yang akan segera berlangsung. Rapat penting itu adalah rapat pemegang saham yang akan dihadiri oleh seluruh pemegang saham di perusahaan mereka.
"Pak, Mr.X sudah muncul," ucap Daniel. Langkah Arya kembali terhenti. Mr.X adalah orang yang selama ini mereka cari. Pria itu mendaftarkan namanya sebagai pemegang saham dengan nama yang sedikit unik dan berbeda dari yang lain. Mr.X adalah sosok yang tidak pernah menunjukkan dirinya di hadapan orang banyak. Mendapatkan kabar bahwa pria itu sudah hadir dalam rapat pemegang saham adalah sebuah kabar yang mengejutkan. Bukan hanya bagi para pemegang saham lainnya namun juga bagi Arya yang merupakan pimpinan dari perusahaan itu.
Mereka kembali melanjutkan langkah kaki mereka. Tujuannya kini hanya satu yaitu menuju ruangan rapat di mana orang-orang sudah berkumpul disana. Ketika pimpinan perusahaan itu masuk ke dalam ruangan tersebut dia disambut oleh para pemegang saham lainnya. Semua orang berdiri lalu membungkuk memberi hormat kepada sosok CEO yang akan memimpin rapat. Benar apa yang dikatakan oleh Daniel. Di antara pemegang rapat hadir sosok pria muda yang tidak mereka kenal. Arya menatap pria itu sambil terus melangkah menuju kursi kekuasaannya.
"Rapat akan segera kita mulai," ucap Daniel membuka rapat penting tersebut. Hari ini mereka akan membahas sebuah proyek terobosan yang merupakan ide dari Arya. Selama ini mereka hanya berkutat di bidang tekstil dan juga produksi pakaian. Karya memiliki ide brilian sebuah rencana yang sangat besar yaitu membuat pusat pemasaran agar mereka juga bisa mempromosikan produk produk yang mereka buat.
Mereka sudah melakukan rapat di tahap awal dan sepertinya pada pemegang saham menyetujui di yang diajukan oleh Arya. Hari ini mereka akan melakukan rapat selanjutnya untuk menentukan apakah project tersebut layar untuk di eksekusi atau tidak.
"Bagaimana pendapat anda semua. Jika ada pertanyaan silahkan ajukan!" ucap Daniel setelah dia menunjukkan presentasinya tentang project yang akan segera mereka eksekusi.
"Saya setuju!" sebuah suara yang begitu lantang dan mengagetkan terdengar membahana di ruangan yang tertutup. Seorang pria berdiri kemudian membungkuk memberikan hormat kepada atasannya.
"Saya Mr.X, sangat setuju dengan ide brilian yang diberikan dan disampaikan oleh CEO kita. Itu adalah ide yang sangat menakjubkan. Bukankah demikian?" mr.X melemparkan pertanyaan kepada para pemegang saham yang duduk di sana. Beberapa orang dari mereka mengangguk menyetujui pendapat yang diutarakan oleh pria itu. Pria itu terlihat sangat muda dan juga cerdas. Rapat memegang saham pun segera selesai dengan hasil yang sangat memuaskan.
Para pemegang saham sudah mulai meninggalkan ruangan rapat. Hasil dari rapat itu sudah diputuskan bahwa mereka lebih dari 80% setuju tentang proyek baru yang akan dieksekusi. Tetapi saat semua orang hendak keluar tiba-tiba Arya memanggil Mr.X untuk mendekat.
"Tuan Mr.X?" panggilnya.
"Ya," jawab pria itu kemudian berbalik mendekati Arya.
"Apakah anda memiliki waktu? Bisakah kita berbincang sejenak?" tanya Arya.
"Hmm, berbicara dengan anda adalah sebuah kehormatan besar. Saya akan meninggalkan pekerjaan lainnya. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu.
Mereka berdua pun kemudian berbincang. Perbincangan mereka terlihat cukup mengasyikkan. Arya bertanya beberapa hal kepada pria itu. Ternyata Mr.X hanyalah julukan nya saja. Sementara pria itu memiliki nama asli yaitu Ardian. Nama yang cukup bagus tetapi selama ini dia hanya menggunakan nama inisial dalam beberapa kesempatan karena dia tidak ingin terlalu menonjol di hadapan orang lain.
"Terima kasih Ardian, senang bisa berkenalan dengan Anda. Saya harap kita bukan hanya akan menjadi rekan bisnis tetapi lebih dari itu." Arya mengakui dan mengagumi Ardian sebagai sosok anak muda yang sudah memiliki banyak talenta. Kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki oleh pria itu membawa dirinya menjadi pemegang saham yang terkenal meski tak mengenal wajahnya. Pertemuan antara kedua pemuda itu meninggalkan jejak tersendiri di dalam hati mereka masing-masing.
Arya dan Daniel pergi meninggalkan ruangan tersebut. Meninggalkan Ardian yang masih duduk sendirian. Pria itu menatap kepergian Arya dan juga Daniel. Wajahnya menunjukkan raut yang berbeda. Wajah yang semula terlihat ramah berubah menjadi wajah yang sini sedang penuh kebencian. Siapakah sebenarnya Ardian, dari ekspresi yang ditunjukkan oleh wajahnya terlihat sangat jelas bahwa dia memiliki niat tersendiri di balik rencananya untuk menjadi pemegang saham di perusahaan itu. Namun tidak ada yang bisa mengetahui niat yang ada di dalam hatinya.
Ponsel pria itu berdering, Ardian menatap sebuah nama yang tertera di ponsel nya. Dengan senyuman dia menekan tombol berwarna hijau dan meletakkan ponsel di telinga.
"Bagaimana?" tanya seseorang dari seberang telpon.
"Beres dan sukses. Bukankah aku adalah Mr.X?" jawab Adrian.
Mereka berdua tertawa, pria itu mematikan ponselnya dan kembali memasukkannya ke dalam saku. Matanya yang tajam seperti orang yang hendak menerkam bangsa. Dia sedang mengitari dan mengawasi mangsa yang ada di hadapannya. Adrian hanya menunggu waktu yang tepat dan waktu yang terbaik untuk bisa menyerang. Dia harus membuat mangsa merasa aman sehingga mangsa tak selalu bersembunyi di dalam kandang nya. Setelah mangsa itu lalai barulah dia datang dan menerkam mangsa dengan sekali lompatan saja.
Rencana itu sudah diatur sejak lama. Ardian yakin bahwa rencananya akan segera berhasil. Dia tidak menyangka bahwa sesaat lagi dia akan menjadi orang nomor satu di kotanya. Dia tertawa menunjukkan barisan giginya penuh kemenangan. Seakan-akan dia sudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
***
Di dalam ruangan nya, Arya kembali menekuni beberapa selebaran dan juga browsur yang telah dibawakan oleh sang asisten pribadi untuk dirinya. Brosur yang berisi beberapa universitas yang mungkin bisa menjadi tempat studi istrinya. Jurusan yang dipilih oleh sang istri adalah jurusan yang sedikit unik. Tidak semua universitas memiliki jurusan seperti itu karena itulah Arya sedikit kebingungan untuk memilih jurusan jurusan tersebut.
Dia kembali mengamati dengan sangat cermat. Dia harus memilih universitas yang cocok dan sesuai dengan istri dan juga keluarganya. Zahra tidak akan pernah pergi ke universitas sendirian. Dia juga tidak bisa memilih universitas sembarangan. Universitas yang menjadi satu di istrinya harus memiliki keamanan yang utuh. Karena sebagai istri dari CEO yang sangat terkenal akan sangat rentan bagi Zahra tentu keluar dan bebas sendirian. Perlindungan wanita itu lebih utama meski dia juga tidak tahu alasan mengapa dia harus melindungi istrinya.
"Apa ini?" tanya Arya.
"Ada apa, Pak?" tanya Daniel.
"Coba kamu lihat! Hanya dua universitas aja yang memiliki jurusan desain busana?" jawabnya ke salsabila melempar kan brosur itu ke wajah asisten pribadinya.