Zahra begitu menikmati di luar rumah dia menikmati angin-angin yang berhembus menyentuh wajahnya dia menikmati udara segar yang begitu mempesona dia menikmati kesempatan dan mensyukurinya kesempatan di mana dia bisa keluar dari sangkar Emas tersebut dan menghirup udara segar menjauhkan diri dari siksaan Ibu mertuanya meski hatinya masih dirundung perasaan yang tidak terkira sedihnya karena dia masih tidak tahu keadaan ibunya.
Dia bahkan tidak peduli kamu anak suaminya akan membawa dirinya pergi. Bisa merasakan udara segar seperti ini merupakan sebuah kenikmatan tersendiri bagi wanita itu. Zahra bahkan mengeluarkan salah satu tangannya membiarkan udara menyentuh tangannya tersebut.
Seorang pria tampan yang duduk di sebelah Zahra terus mencoba memperhatikan wajah wanita itu. Melihat tingkah wanita itu yang begitu polos dan lugu memberikan penilaian tersendiri di dalam hati Arya. Dia melihat sosok wanita yang berbeda dari wanita-wanita yang selama ini dihadapinya.
Tiba-tiba cuaca pada saat itu menjadi mendung. Kelihatannya hujan akan segera turun. Zahra semakin bersemangat karena dia adalah wanita yang sangat menyukai hujan. Dia tidak akan pernah melewatkan mandi hujan jika dia memiliki waktu dan kesempatan. Kali ini kelihatannya hujan juga akan turun. Kedua wajah wanita itu ber binar.
Disaat bersamaan petir mulai menyambar disambut oleh suara yang sangat deras membuat mobil yang dikemudikan oleh Arya tiba-tiba kehilangan kendali. Mobil itu melaju ke sana kemari tanpa arah yang jelas. Zahra yang panik menatap wajah suaminya ingin mengetahui penyebab gerakan mobil yah yang tak menentu. Tetapi dia justru semakin terkejut melihat wajah suaminya begitu pucat. Arya melepas kemudi karena itulah gerakan mobil menjadi tidak stabil. Pemuda tampan itu justru memegang kepala dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa begitu sakit. Zahra merasa bingung bagaimana dia bisa menghentikan mobil itu.
"Ada apa?" wanita itu mencoba bertanya. Tetapi Arya tidak memiliki kemampuan untuk menjawabnya. Kepalanya yang sakit terus aja membuat dirinya kehilangan kendali. Zahra mencoba mengambil kamudi. Karena mobil itu masih terus melaju sebab Arya masih menekan gas mobil tersebut. Zahra mencoba menstabilkan jalan mobil agar tidak terjadi kecelakaan.
Tetapi mobil itu masih terus melaju. Tidak ada tanda-tanda bahwa mobil akan segera berhenti. Hujan semakin deras petir menyambar dan suara gemuruh terus terdengar. Keadaan Arya juga semakin buruk.
"Arya, pijak remnya!" ucap Zahra. Tetapi pemuda tampan itu masih fokus dengan rasa sakit yang dirasakannya. Dia tidak mendengar kata-kata yang Zahra.
"Arya, tolong injak remnya!" suara Zahra terdengar semakin kencang. Namun keadaan belum membaik. Zahra mencoba mengendalikan kamudi tetapi laju mobil tidak bisa dihentikan. Di depan mereka berhenti sebuah mobil. Tempat pada tikungan yang membuat pemandangan sedikit terhalang. Zahra menghidupkan klakson mencoba mengingatkan mobil yang ada di depan mereka tetapi sepertinya mobil itu sengaja ter parkir di sana. Zahra tidak punya pilihan selain menerobos melalui jalur berlawanan. Tetapi tiba-tiba sebuah truk besar muncul di hadapan. Wanita itu benar-benar bingung dengan keadaan yang sangat menakutkan tersebut.
"Arya!" teriak Zahra sekuat tenaga. Seketika Arya tersadar sesaat dan dia pun menginjak rem dan mengalihkan kemudi. Mobil itu berhenti tepat di belakang mobil yang ter parkir. Kecelakaan akhirnya berhasil dihindari. Zahra bisa bernapas dengan lega karena adanya dia berfikir bahwa dia dan suaminya tidak akan selamat.
Dia mulai membuka kedua matanya. Dia memperhatikan sekitarnya untuk meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya memang sudah aman. Zahra melirik sang suami tetapi dia masih melihat bahwa suaminya dalam keadaan kesakitan. Zahra mencoba menyentuh tubuh suaminya menenangkan pria itu. Tetapi sepertinya Arya benar-benar sedang kesakitan.
Pemuda tampan tersebut terus memegang kepalanya. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Sepertinya dia sangat kedinginan. Zahra menjadi sesuatu untuk bisa menyelimuti tubuh suaminya. Dia menemukan handuk di bangku belakang mobil itu. Kemudian menyelimuti tubuh pria tersebut. Zahra juga menurunkan bangku kemudi agar Arya bisa berbaring. A
Tetapi sepertinya handuk itu tidak memberikan dampak terlalu banyak kepada Arya. Lalu zahra mendekati pria tersebut satu-satunya cara yang bisa dilakukan nya adalah memeluk tubuh pria yang sedang merasakan sakit dan kedinginan itu. Mendapatkan pelukan hangat dari istrinya membuat tubuh tubuh Arya mulai tenang. Zahra terus memeluknya, hingga tubuh itu berhenti bergerak. Pria itu jatuh pingsan di dalam mobilnya.
Untuk sementara zahra bisa merasa tenang, tetapi tetap saja dia masih khawatir dengan keadaan pria itu. Hatinya bertanya-tanya apakah yang terjadi kepada Arya, mengapa tiba-tiba dia merasa kesakitan dan keadaannya terlihat sangat memprihatinkan.
Hujan perlahan mulai berhenti. Zahra dan Arya menghabiskan waktunya di dalam mobil tersebut. Ponsel Arya berdering. Sudah beberapa kali Daniel mencoba menghubungi atasannya tetapi panggilan telpon ya tidak diterima. Zahra juga tidak mendengar suara ponsel suaminya karena derasnya suara hujan.
Ragu tetapi Zahra tetap menerima panggilan tersebut. Wanita itu menekan tombol berwarna hijau kemudian meletakkan ponsel di telinganya.
"Tuan, anda di mana? Kenapa anda tidak menerima telepon saya?" suara yang panik dan cemas terdengar dari balik telpon.
"Maaf, tetapi sepertinya Arya sedang tidak sadarkan diri," jawab Zahra. Daniel tertegun. Inilah alasan mengapa dia melarang Arya untuk pergi sendirian tanpa dirinya. Inilah alasan mengapa daniel tidak mengijinkan Arya mengemudikan mobil sendirian. Tetapi Arya sangat keras kepala. Dia bersikeras bahwa hari ini hujan tidak akan turun. Karena itulah dia berani pergi sendiri tetapi ternyata cuaca tidak bisa ditebak sebab tiba-tiba hujan deras mengguyur kota.
Arya memiliki trauma tersendiri terhadap hujan. Baginya hujan adalah musibah yang sangat besar. Baginya hujan adalah kutukan. Karena saat hujan dia kan merasakan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya. Bukan saja itu dia juga akan gemetar dan kedinginan. Tetapi penyakit Arya tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia itu adalah Daniel sam asisten pribadi pria tersebut. Tetapi kini rahasia itu telah terbongkar di hadapan Zahra, akankah semuanya baik-baik saja.
Daniel tiba di tempat kejadian dengan sangat cepat. Dia menghampiri mobil milik atasannya dan membawa mobil itu pergi meninggalkan lokasi menuju hotel terdekat. Daniel tahu setelah mendapatkan serangan panik karena hujan Arya akan pingsan karena itulah dia bergegas untuk membawanya pergi.
"Apakah dia akan baik-baik saja?" Zahra bertanya kepada Daniel. Pria itu hanya tersenyum sekilas kemudian sibuk dengan pekerjaan semula.
Arya mulai membuka kedua matanya. Dia menyadari bahwa tempatnya berada saat ini adalah tempat yang asing baginya. Arya mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya sebelum dia memejamkan kedua matanya.
'Hujan,' batin pria itu. Kemudian dia menggelengkan kepalanya saat menyadari apa yang terjadi.