Cielo tersedu-sedu. Ia berusaha menahan dirinya untuk tidak terus menerus menangis karena rasanya sangat melelahkan. Ia tidak suka menangis terus. Napasnya jadi sesak.
"Tante, Om," ujar Justin. "Aku bersedia untuk menikahi Cielo. Aku bersedia bertanggung jawab menjadi suaminya yang baik dan ayah untuk anak itu."
"Kamu serius?" tanya ayahnya sambil berdiri di hadapan Justin.
"Ya, Om. Aku serius. Aku akan menikahi Cielo sesegera mungkin."
"Tapi, Cielo …" Ayahnya menoleh pada Cielo. "Kamu mau menikah dengan Justin?"
Cielo pun terpaksa mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Ia sungguh tidak memikirkan tentang pernikahan. Hanya saja, semua keadaan ini seolah memaksanya.
"Papih tidak mau kamu asal mau mau saja menikah dengan Justin. Kalau kamu memang tidak mencintai Justin, kamu tidak usah menikah. Biar anakmu itu aku yang urus. Kamu tidak perlu khawatir anak itu akan kehilangan kasih sayang seorang ayah. Aku akan menjadi kakeknya yang baik dan mencurahkan seluruh perhatianku untuknya."