Chapter 4 - Sarang Ular

Hyeon Jun memandang langit-langit ruangan yang dicat gelap sambil mengembuskan asap dari mulutnya. Itu adalah rokok elektronik dengan aroma kayu manis favoritnya. Sebagai atlit, dia tidak lagi berani menyentuh tembakau. Karena dia masih belum ingin pensiun dan tidak mau paru-parunya melemah sebelum waktunya. Di usianya yang ke dua puluh enam tahun, dia tetap bisa menahan nafas di bawah air selama hampir empat menit, sama ketika dia remaja.

Dia berada di sebuah penthouse apartemen mewah bernama Haebyon Hill di Seoul. Itu adalah apartemen yang dimiliki oleh organisasi kriminal keluarganya yang menguasai bisnis underground di hampir sepertiga wilayah Korea Selatan. Secara resmi mereka bergerak di bisnis perjudian dan real estate. Mereka menyebut usaha-usaha legal mereka sebagai sampingan. Namun, selama belasan tahun belakangan usaha sampingan itu menjadi sangat menguntungkan. Pemimpin Serpent Fang sempat berniat untuk sepenuhnya berbisnis jujur, namun dunia tidak akan pernah menganggap mereka serius.

Karena kenyataannya uang dan kekayaan mereka tidak akan pernah bersih dari darah sekeras apapun mereka mencucinya. Tapi, itu hal yang tidak terelakkan. Pihak berkuasa selalu butuh seseorang untuk membereskan masalah mereka. Menutupi kejahatan, pencucian uang, membuang mayat, mengancam lawan politik dan banyak hal lainnya.

Serpent Fang melakukan pekerjaan mereka dengan rapi, tidak terdeteksi dan tidak pernah mengecewakan. Dulu, mereka membantu para politisi dan pejabat, kini mereka mulai masuk politik dan berusaha berbaur dengan rakyat dengan membawa nama organisasi mereka.

"Sudah puas, Jun? Ayah sudah menuruti permintaanmu untuk belajar beladiri di USA selama lima tahun. Kini kau sudah pulang dengan gemilang, mendapatkan gelar dan menjadi kebanggaan Korea. Tapi sesuai janjimu juga, sudah saatnya kau menunjukkan kesetiaanmu pada Serpent Fang," Lee Dae Woo sang ketua organisasi bicara.

Dia bicara di sofa yang berhadapan dengan putranya. Di sekelilingnya juga berjaga para gangster yang kini sudah mulai menanggalkan kesan urakannya. Mereka menutupi tato mereka, menata rapi rambut mereka dan dilarang menindik hidung atau telinga mereka. Itu karena ketua mereka bilang kalau menjadi gangster adalah pekerjaan yang serius.

Tapi, tentu saja masing-masing dari mereka minimal bisa menggunakan pisau dapur mereka untuk membunuh. Mereka dilatih sejak awal, mulai dari menguliti seekor ayam sampai seekor buaya hanya dengan sebuah belati. Beberapa dari mereka punya spesialisasi untuk melenyapkan barang bukti mulai dari senjata, sisa tembakan mesiu sampai mayat manusia. Ada juga dari mereka yang berpendidikan dan karismatik karena bertugas berurusan dengan pejabat dan polisi.

Informasi adalah kekuatan mereka. Serpent Fang mengumpulkan aib dan bukti kejahatan dari para klien mereka sejak tiga dekade silam. Tidak ada banyak jaksa atau polisi yang mau berurusan dengan mereka. Hanya beberapa, yaitu mereka yang tidak punya dosa dan tidak suka dengan uang. Jumlahnya hanya kurang dari lima persen dan mereka tidak cukup kuat untuk menantang pemimpin Serpent Fang.

Ditambah lagi, Serpent Fang punya kebijakan ketat untuk tidak akan pernah berurusan dengan narkoba. Karena jika mereka mulai menyentuh barang panas itu - FBI dan Interpol dari negara asing akan diizinkan untuk memburu mereka.

"Aku tidak mau berhenti menjadi atlit MMA, itu adalah hidupku sekarang. Aku tidak mau menggunakan keahlianku untuk turun ke jalan dan memukuli orang-orang," kata Hyeon Jun tegas.

"Kau tidak akan melakukan itu, kau anakku. Ada agen lapangan yang akan melakukan itu. Maksudku adalah, kau satu-satunya putraku dan kau akan mewarisi organisasi ini. Kau harus mulai segera, Jun!" Dae Woo yang berperawakan tinggi besar dan berwajah seram menggertak. Dia gagah dan walaupun sedikit galak dia cukup tampan. Tidak aneh kalau dia kini sangat populer.

Lee Dae Woo bergabung dengan partai politik dan kini dia hendak maju di pemilihan walikota Seoul. Organisasinya telah memolesnya sedemikian rupa. Membuatnya menjadi pria paruh baya kharismatik dan tampan untuk menggaet pemilih.

"Bukankah statusku saat ini menguntungkanmu? Aku sangat populer di Korea sekarang karena aku telah menjadi juara MMA UFC di musim pertama aku bergabung. Kau bisa bilang kalau kau adalah ayahku dan popularitasmu juga akan naik,"

"Kau kira aku tidak memikirkan itu?tanpa kau suruh aku juga sudah memanfaatkan itu. Aku yang membiayai sekolahmu di USA tentu saja aku harus dapat keuntungan. Tapi aku bicara tentang dirimu, Jun! Mana loyalitasmu? Kau selalu menghindari ini karena itu aku akan memaksamu!" Lee Dae Woo menggebrak meja. Mau tidak mau bahu Hyeon Jun tersentak sejenak. Dia tidak bisa menyanggah sosok ayahnya yang intimidatif. Bahkan hanya dengan tatapan matanya saja seseorang akan menyerah dan membeberkan semua rahasianya.

Dia berharap Hyeon Jun akan menjadi seperti dia? Menjadi ketua mafia? Hyeon Jun tidak menginginkannya.

"Kalau aku tidak mau?" Hyeon Jun bertanya sambil menjaga nada bicaranya tetap tenang.

"Kau tahu kan hukuman bagi penghianat organisasi? Kau siap kehilangan ginjalmu dan mati kesakitan atau dibuang ke laut Gyeongpo? Pilih mana?" Kata Dae Woo serius.

"Pria gila! Aku ini anakmu bukan sih?!" Sergah Hyeon Jun terkejut.

"Semua yang ada di bawah organisasi ini adalah anakku! Setiap yang kau lakukan adalah untuk organisasi. Aku mencalonkan diri jadi walikota Seoul. Kau menjadi atlit kebanggaan Korea. Itu semua demi organisasi! Kalau bukan kamu, selalu ada yang bisa menggantikanmu. Jadi kau tahu kan posisimu saat ini? Meneruskan pekerjaan ayah atau kehilangan ginjal?" Dae Woo mengancam. Dia mengenakan jubah tidurnya yang kini sedikit tersingkap memperlihatkan tatoonya yang tidak kalah banyak dari putranya.

"Terserah, asalkan kau diam. Dan jauh-jauh dari ginjalku!" Hyeon Jun beranjak. Dia kalah kali ini. Dia tidak paham, segala prestasi dan kekayaan yang dia hasilkan tidak akan pernah membuat ayahnya puas. Dia ingin putranya menjadi gangster yang sukses. Dia pernah bilang berharap Jun mau melebarkan usaha organisasinya ke Makau atau Genting Highland.

"Tuan muda Jun! Kau sudah lihat Twitter belum hari ini?" Seseorang segera bicara padanya dengan nada mendesak sambil menyodorkan telepon pintarnya ke hidung Hyeon Jun. Dia adalah salah satu anggota Serpent Fang yang menemuinya di ruang ganti ketika syuting iklan sepatu olahraga.

Hyeon Jun tidak pernah ingat nama kroco organisasinya. Apalagi dia baru pulang ke Korea. Dia memiliki rambut yang dicat pirang dan sedikit kaku. Karena itu Hyeon Jun memberinya nama panggilan yang bodoh.

"Ah, rambut jagung nomor satu. Kenapa heboh begini?" Hyeon Jun memanggilnya itu, karena si rambut jagung nomor satu punya rekan yang rambutnya dicat serupa. Hyeon Jun sedang kesal, dan sekumpulan pria berjas hitam mendesaknya seperti ini membuatnya semakin kesal.

"Benar kan wanita yang kau temui di ruang ganti itu bukan penata rias? Aku sudah menduganya ketika berpapasan. Kenapa aku tidak mengenalinya? Apa karena dia tidak memakai riasan?? Aaahh sialan! Seharusnya aku minta berfoto!" Pemuda kurus berambut cokelat terang itu mengeluh sambil menarik rambutnya.

"Hah? Apa yang kau bicarakan?"

"Lihat trending topik hari ini, Tuan Muda Jun! Juara MMA UFC Korea Selatan dan Song Mi-Rae katanya berkencan. Mereka punya kesaksian kalau kalian bertemu di ruang ganti hanya berdua saja!" Kroco lainnya menimpali dengan heboh.