Chapter 6 - Misi Baru

Setelah beberapa saat bingung dengan gosip terbaru tentang dirinya - dia memutuskan untuk mengabaikannya. Ini bukan pertama kalinya. Selama di Amerika saja dia sudah berkali-kali digosipkan dekat dengan selebgram atau sesama atlit wanita MMA. Dia kira gadis itu lesbian, ternyata dia tertarik pada Jun. Media bahkan sesekali membahas kedekatan mereka berdua. Tentu saja itu semua tidak benar. Jun lebih sering memperlakukannya sebagai sparing partner.

Hyeon Jun populer. Dia sadar kalau dia menarik. Tapi, dia sebenarnya tidak terlalu berpengalaman soal wanita. Ketika SMA dia bersekolah di sekolah khusus laki-laki yang kerjanya hanya tawuran. Itu tidak bisa dihindari. Semua tahu kalau dia anggota gangster dari lahir. Bahkan ada legenda tentang dirinya.

Ketika dia dibawa pulang dari rumah sakit setelah lahir, ayahnya membakar cerutu untuknya. Lalu, mereka bilang susu formulanya dicampur dengan alkohol. Selain itu, ada juga yang bilang kalau dia sudah ditato sejak belum bisa berjalan. Tentu saja itu semua bohong. Organisasinya suka melebih-lebihkan kisah tentang seseorang. Mereka ingin menciptakan kesan sangar dari tuan muda mereka. Karena dia sudah ditunjuk sebagai pewaris klan sejak dia lahir.

Karena itulah, Jun tidak pernah bisa santai. Setiap hari selalu ada yang mengajaknya duel. Dia tidak boleh kalah. Jadi Hyeon Jun berlatih fisik mati-matian. Itu berlanjut sampai dia lulus dan akhirnya memutuskan sekolah jurusan ilmu beladiri di Amerika. Dia melanjutkan pertarungan jalanannya di ring yang legal dan menjadi juara di sana.

Dia bukannya haus akan kemenangan. Dia hanya sudah terbiasa terus ditantang sampai khawatir bisa lemah kalau terlalu lama tidak menghajar seseorang.

Cinta pertama? Hyeon Jun tidak ingat apakah pernah mengalaminya. Dia hidup di dunia yang penuh aura maskulinitas dan berteman dengan pria-pria beraroma tembakau dan Pomade. Kalau memang dia akan berkencan dengan seseorang, mungkin dia juga gadis yang terlibat di dunia sama sepertinya. Putri kelompok gangster lain atau gadis glamor yang suka pergi ke bar untuk berpesta.

"Kenapa kau diam saja?" Seseorang menegurnya.

Jun tidak sadar, dia menatap layar ponsel rekannya cukup lama dan mengulang membaca gosip itu berulang kali. Padahal dia kira dia bisa mengabaikannya. Tapi sekali lagi, alih-alih terganggu dengan berita itu. Dia merasa sedikit senang. Apakah itu artinya dia punya kesempatan untuk bertemu lagi dengan Mi Rae?

Tapi kenapa dia harus bertemu? Ini kan hanya gosip yang akan pudar seiring waktu. Dan kenapa dia harus senang dengan ini? Seharusnya Jun marah dan sibuk membantah. Dia tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Sejak bertemu perempuan itu, dia merasa sulit fokus.

"Tuan muda Jun!" Rambut jagung nomor dua memanggil.

"Ambil ponselmu, aku mau ke kamarku," kata Hyeon Jun malas. Dia bersikap seolah tidak peduli. Padahal dia sudah berniat untuk melanjutkan berselancar di internet sendirian untuk membaca berita tentang dirinya.

"Jun, sini sebentar!" Lee Dae Woo ayahnya menarik kerah bajunya. Jun hampir tersandung karenanya.

"Apa sih?" Sergahnya sambil merapikan kausnya.

"Apa berita ini benar?" Katanya sambil memperlihatkan ponsel berisi berita tentang dirinya dan Mi Rae.

Hyeon Jun sedikit bingung. Sejak kapan ayahnya tertarik dengan selebriti apalagi gosip? Bahkan ketika Jun bertanding saja dia tidak pernah menonton sekali pun. Dia menganggap Jun mencoba berkhianat dari organisasi dengan menggunakan kemampuan beladirinya untuk hal yang legal.

Ayahnya kecewa karena dia mencoba mengambil jalan yang lurus ketimbang jadi kriminal. Padahal orang tua lain akan bahagia dan memamerkan pencapaiannya ke semua kerabatnya. Itu tidak normal. Tapi Hyeon Jun memang dibesarkan di dunia yang abnormal.

"Kalau benar kenapa?" Hyeon Jun melipat tangannya bersikap menantang.

"Tidak mungkin. Kau itu perjaka berusia dua puluh enam tahun. Mana mungkin kau berani berkencan dengannya?" Kata Lee Dae Woo sedikit meledeknya.

"Ap- aku tidak semenyedihkan itu, ketua Lee!" Kata Jun kesal.

"Seharusnya sebelum kau mendekati dia, kau latihan dulu dengan gadis-gadis di bar dan kasino milik grup kita. Mereka haus akan kehadiranmu dan terus bertanya kapan kau mau berkunjung?" Ayahnya terkekeh menikmati ketidaknyamanan anaknya.

Memang kenapa kalau dia masih perjaka? Itu juga sudah menjadi fakta populer di kalangan gangster. Jun merasa sebal karena masalah pribadinya menjadi konsumsi publik. Kalau dia sembarangan tidur dengan perempuan dia akan merasa tidak berharga. Dia harus mencari kekasih sungguhan kalau mau melakukannya. Bukan cinta satu malam dengan gadis gampangan di bar yang bau alkohol. Mungkin beda keadaannya kalau dia perjaka di usia masih belasan tahun. Dia bisa saja melakukannya dengan gadis manapun.

Tapi dia sudah dua puluh enam tahun. Sekalian saja dia menjaganya untuk gadis yang memang ditakdirkan untuknya.

"Itu cuma omong kosong, kenapa kau jadi ikut-ikutan untuk masalah ini sih?"

"Karena aku terpikir sebuah tugas untukmu. Kurasa ini saatnya kau membuktikan kalau kau akan berguna bagi organisasi kita,"

"Hei orang tua! Memangnya segala misi berdarah yang kau bebankan padaku sejak aku SMA belum cukup apa? Tidak ingatkah kau ketika mengirimku ke perbatasan Korea Utara untuk menyelundupkan seseorang? Aku punya lubang bekas peluru di lengan kananku untuk mengingatkanmu!" Sergah Jun lagi emosional. Orang tua macam apa yang mengirim anaknya untuk misi bunuh diri?

"Yah, sudah kuduga misi baru ini mungkin akan terlalu sulit untukmu. Aku akan mengirimkan Kang Min Soo ke kamarmu. Ginjal kiri atau kanan?"

Hyeon Jun menggigit bibirnya. Walaupun dia dan ayahnya terbiasa bersikap tidak sopan dan mencela satu sama lain. Dia tahu kalau ayahnya punya sedikit gangguan di otaknya. Dia seorang yang kejam. Dia tidak berbohong kalau bilang ingin mencuri ginjal seseorang. Membayangkan terbangun di suatu pagi dengan sebelah ginjal yang hilang terasa tidak menyenangkan untuknya.

"Baiklah apa yang kau inginkan?"

"Bagus, sekarang kamu siap menjadi gangster sejati, Jun?" Dae Woo meremas kedua bahu putranya dan tersenyum damai.

"Aku sudah sial karena terlahir sebagai anakmu, sekalian saja," keluh Jun lagi.

"Soal kau dan artis bernama Song Mi Rae ini- sekalian saja kau buat jadi nyata,"

"Apa?" Hyeon Jun memastikan dia tidak salah dengar.

"Rayu dia dan jadikan dia pacarmu. Citraku akan semakin bagus kalau aku punya anak seorang juara MMA dan calon menantu artis terkenal. Tidak sulit kan?" Kata Dae Woo lagi santai.

Tidak sulit? Hyeon Jun memilih untuk menerobos perbatasan Korea Utara sekali lagi ketimbang misi baru kali ini.