Leo, Alvin, Alan, dan Ryan kini memilih duduk saja di ruang tamu. Mereka berempat menunggu Kina dan Andrea yang katanya menuju ke kamar atas untuk mengajak Felicia. Dan mereka berempat kini hanya saling terkagum-kagum pada beberapa lukisan yang dipajang di tembok ruang tamu itu untuk mengisi kekosongan.
"Isinya lukisan doang ya. Kagak ada foto pemilik vila atau foto siapa gitu." Oceh Ryan.
"Yaelah Yan Ryan! Masa iya mau dipajangin foto keluarga si pemilik rumah? Yang ada ini jadi vila pribadi, bukan buat disewain. Aneh lo." Celetuk Alan.
Sementara Leo hanya memutar bola matanya malas. Kalau Ryan mulai sompral, rasanya ia ogah sekali menimbrung kalimat. Alvin juga diam saja sambil sibuk memainkan ponselnya membuka aplikasi sosmed yang ia punya untuk memeriksa notifikasi yang ada.
*
"Likha tidur ya Fel?" Tanya Kina yang memasuki kamar atas di mana keadaan pintu kamar terbuka lebar.
Felicia yang sedang asyik menggulir feed instagram itu hanya mengangguk sebagai jawaban. "Iya. Kenapa?" Tanyanya yang jadi mendongakkan kepala dan menatap kedatangan Kina, Andrea, dan Azzam yang mendekat masuk ke dalam kamar.
"Gue sama temen-temen mau keliling vila. Kecuali Azzam gak ikut, katanya mu jagain Likha." Jelas Kina.
"Oohh.. gue juga gak ikut deh, males. Gue nemenin Likha aja." Ujar Felicia cepat.
Azzam mengangguk saja. "Ya udah kalau gitu bagus deh, gue jadi gak cuman berduaan sama Likha. Setidaknya ada Felicia."
Andrea dan Kina lantas mengangguk paham. "Oke deh kalau gitu kita tinggal gapapa yah.. kalian bertiga kalau ada apa-apa telpon aja." Ujar Kina.
"Iya. Oke." Ujar Azzam.
Kemudian Kina dan Andrea langsung saja keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang tamu menemui para cowok yang sedang menunggu.
"Lo kalau mau tiduran gapapa Fel. Gue diem di sini kok sambil main ponsel." Ujar Azzam yang kini mengambil duduk di sofa empuk yang ada di dalam kamar.
"Eh iya, gue masih agak ngantuk juga sih Zam.. kalau Likha bangun, gue juga bagunin."
"Oke deh." Ujar Azzam singkat kemudian memposisikna badannya rebahan dan mulai memainkan game yang ada di ponselnya.
*
Keenam mahasiswa yaitu Ryan, Alan, Leo, Alvin, Andrea, dan Kina sedang asyik menyusuri area sekitar vila yang asri. Masih ada banyak pohon cemara dan suasananya bahkan masih agak dingin namun caha matahari juga terlihat bagus. Mereka memutuskan berjalan-jalan ke belakang vila di mana ada tanah pekarangan yang dirawat oleh Mang Asep kata Andrea.
Tanahnya memang terbilang sangat subur. Terbukti dengan adanya tanaman organik berupa tomat, kubis, bayam, cabai, bahkan juga ada terong dan juga wortel. Kalau mau makan makanan sehat sepertinya tinggal ambil saja tapi tentu harus ijin Mang Asep.
Tak jauh dari lahan pekarangan belakang vila itu terpampang dengan jelas area perkebunan teh yang terlihat hijau dan sangat segar dipandang.
Kina dan Andrea menikmati pemandangan yang asri itu dengan menarik napas dan menghembuskan napas mereka. Benar-benar menikmati udara bersih anti polusi di sini.
"Rajin ya Mang Asep. Tanamannya subur semua." Ujar Alan yang menyeletuk sambil memegangi tanaman tomat yang sudah berbuah kecil-kecil tapi warnanya masih kehijauan.
Keenam orang itu jadi sedikit berpencar di area pekarangan. Andrea asik berbincang dengan Leo yang menghampirinya. Sementara Alvin dengan Ryan yang agak penasaran di bagian tumbuhnya tanaman wortel. Alvin yang mengomeli Ryan untuk jangan jahil karena Ryan ingin mencoba mencabut tanaman wortel itu. Katanya ingin tahu apakah wortel itu sudah layak dicabut atau belum.
Sementara Kina tertarik pada satu tanaman yang beda dari yang lain dan berada di pojokan dekat pohon mangga yang besar. Alan hanya mengikuti gadis itu dari belakang.
"Mau ke mana sih Kina?" Tanya Alan yang akhirnya bisa mensejajarkan langkahnya di samping Kina.
Kina tersenyum kecil sambil menunjuk satu tanaman. "Itu.. kenapa tanaman bunga melati ada di pojokan sana. Kayak dikucilkan." Ujarnya dengan menunjuk sebuah tanaman bunga melati yang seperti sudah sangat tua namun berbunga banyak.
Batang bunga melati itu bahkan sudah sangat tebal dan ditanam pada sebuah pot berbahan semen yang besar dan berat kalau ingin diangkat. Menurut Kina aneh saja, seharusnya melati itu digabungkan dengan tanaman hias yang lainnya yang berada di depan vila. Mengapa malah ditempatkan di belakang dan disendirikan di bawah pohon mangga yang menjulang tinggi itu.
Kina kasihan saja melihatnya. Ingin ia pindahkan tapi ia juga tidak berani mencoba memindahkan barang yang bukan miliknya. Tanaman melati berbatang tebal itu rimbun dan dedaunannya dipotong sengaja dibentuk seperti membulat. Cantik saja kalau diamati jadi Kina sudah mempotret tanaman melati itu dengan ponselnya.
Gadis itu mendekati tanaman melati dan mencoba mengendus aroma bau harum melati. "Hmmm harum banget. Sayang di sini gak ada tanaman mawar yah.. coba kalau ada pasti ditata sama tanaman mawar." Komentar Kina.
Alan hanya terkekeh saja menanggapinya. "Kamu suka bunga ya ternyata?"
"Iya. Suka banget. Tapi kalau dikasih bucket gak suka."
"Terus?"
"Ya sukanya dikasih tanamannya aja. Biar bisa aku rawat. Dari pada bucket bunga, kalau disimpan di dalam vas pun akhirnya tetep layu dan mati terus dibuang."
"Iya juga sih.." ujar Alan singkat. Namun pikiran lelaki itu jadi memikirkan sesuatu bagaimana cara menembak Kina. Haruskah ia membelikan tanaman bunga? Tapi bunga apa ya? Alan juga agak geli kalau memikirkan hal itu. Lagi pula ia masih ingin mendekati Kina dulu dan ingin mengenali bagaimana karakter seorang Kina.
Merasa puas menghirup aroma bunga melati, Kina yang tak cukup akan hal itu saja lantas memetik beberapa bunga melati dan ia masukkan ke saku celana kainnya. Namun pandangannya juga jadi penuh menelisik ke arah batang tanaman melati yang dibalut dengan sebuah syal tipis bermotif bunga-bunga keemasan, dibalut di sana menyerupai bentuk pita. Hendak saja tangannya ingin meraih syal yang membalut pada batang tanaman itu namun dengan cepat Alan mencekal tangannya.
"Udah.. jangan dipegang. Nanti kalau tahu Mang Asep kena omel."
Kina mendengus sebal, padahal ia hanya ingin memegang kain syal tersebut. "Aneh aja Al.. kayaknya tanaman ini milik pribadi seseorang deh. Ditandain pakek syal segala. Syalnya bagus juga sih, kayak orang yang suka seni. Motifnya mewah."
"Iya tapi jangan diapa-apain Kina.. Ya udah yuk kita gabung sama yang lain. Kayaknya mereka mau foto-foto bareng." Ajak Alan dan menggandeng pergelangan tangan Kina dengan pelan.
Mereka berenam jadi saling asyik berfoto ria dengan background pemandangan kebun teh yang luas. Dan di sana tentu saja ada beberapa orang yang bertugas memeting daun teh dan dimasukkan ke dalam keranjang anyam yang mereka gendong seperti ransel di punggung. Memandangi para ibu-ibu yang memetik daun teh dengan kepala mereka yang menggunakan topi capil tani.