Chereads / Celine : Dendam Yang Terkubur / Chapter 19 - 19. Ruang Lukisan

Chapter 19 - 19. Ruang Lukisan

Langkah kaki Alan dan Kina menelusuri lorong menuju ruang Musik yang melewati ruang Gym dan ruang yang terdapat banyak lukisan, keduanya masih berpegangan tangan bak sepasang kekasih. Ketika langkah mereka sampai di kedua sisi ruang tersebut, Kina menoleh untuk melihat apakah teman-temannya ada di dalam ruang lukis di sana.

Banyaknya lukisan itu membuat Kina sedikit merasa ngeri, sebab ada sebuah lukisan perempuan yang di pasang menghadap ke arah kaca, sehingga siapapun yang melihat ke arah dalam melalui kaca itu pasti akan langsung melihat lukisan perempuan tersebut. Genggaman tangan Kina mengencang karena takut, sementara Alan yang tidak mengetahui apa yang kini Kina rasakan hanya menoleh dan ikut melihat kearah ruang tersebut.

"Kenapa? Lo mau ke sana?" Tawar Alan pada Kina yang langsung menggelengkan kepalanya. Alan yang mendapatkan respon yang berbeda dari apa yang ia kira pun kembali melihat ke arah ruangan itu dan mendapati Andrea sedang berdiri di sana.

"Oh, itu Andrea!" Ujarnya dengan sedikit kencang membuat Kina kembali menoleh, melihat ke dalam ruangan itu. Di sana Andrea sedang berdiri bersama Leo dan Alvin di sampingnya. Kina kebingungan saat melihat mereka di sana, karena sebelumnya jelas-jelas ia tidak melihat adanya siapapun di ruang yang seluruhnya terbuat dari kaca itu.

"Ayo!" Ajak Alan, menarik tangan Kina dan berjalan menuju ruang lukis itu. Kina yang merasa ragu dengan apa yang mereka lihat saat ini pun berusaha mengerem langkahnya sehingga Alan mendapatkan sebuah tarikan yang membuatnya berbalik dan menatap langsung pada Kina.

"Kenapa?" Tanya Alan yang heran dengan Kina yang tidak mau ia ajak menemui ketiga temannya yang sedang mereka cari itu.

Kina terdiam dengan kepala menunduk, takut jika Alan merasa jengkel padanya yang ketakutan tanpa alasan. Namun sebenarnya Alan tidak berfikir seperti itu, ia hanya merasa bahwa tingkah Kina saat ini membuatnya curiga. "Lo kenapa sih? Lo ga apa-apa kan?" Tanya Alan, memastikan bahwa Kina baik-baik saja. Tangan kanannya terulur untuk menyibakkan rambut Kina yang menutupi separuh wajah cantiknya, dan menyangkutkan rambut itu ke daun telinga Kina.

Kina cukup terkejut dengan hal yang Alan lakukan itu, ia refleks mengangkat kepalanya untuk menatap Alan secara langsung.

"Asik, yang berduaan!" Sebuah suara yang mengintrupsi keduanya pun membuat Alan dan Kina menoleh, menatap pada Alvin, Leo dan Andrea yang berjalan menghampiri mereka dari arah ruang musik. Kina segera melepaskan genggaman tangannya dengan Alan dan melangkah kecil sebanyak satu langkah ke belakang untuk menjauh dari lelaki itu.

Berbeda dengan Kina yang langsung bereaksi menjauh, Alan justru mengerenyitkan dahinya saat mengetahui dari arah mana ketiga temannya itu datang. Sebab jika ketiganya berada di ruang lukis yang berada di belakangnya saat ini, seharusnya mereka datang dari belakang dan bukan dari sisi kanan mereka, yang mana itu adalah jalan menuju ruang musik. Alan pun segera menoleh ke arah ruang yang di penuhi oleh lukisan di belakangnya dan tidak mendapati siapapun di sana.

"Kenapa lo?" Tanya Leo ikut menoleh ke arah ruangan yang ada di samping kirinya. Ruangan kaca yang penuh dengan lukisan. Kina yang juga mengetahui bahwa Alan akhirnya menyadari hal yang ia sadari sebelumnya hanya terdiam menatap punggu Alan di hadapannya.

"Dari tadi kalian bertiga di sana?" Tanya Alan, menatap Andrea, Leo dan Alvin.

"Iya, kita tadi liat-liat alat musik di ruang itu. Banyak banget! Lengkap!" Jawab Alvin menunjuk ruang musik dengan jempolnya yang ia arahkan ke belakang tanpa menengok atau menggerakan tubuhnya.

Alan pun melirik pada Kina yang ada di sampingnya yang hanya terdiam, dan tidak ingin mengatakan apapun.

"Kalian berdua kenapa?" Andrea yang mendapati adanya sebuah rasa canggung, entah sebuah kejanggalan di antara Kina dan Alan pun bertanya. Alan langsung menatap pada Andrea dan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum dengan kecut.

"Nggak, Gue sama Kina mau nyusulin kalian! Mau ngajak makan bareng, Yuk!" Jawab Alan yang langsung menarik tangan Kina berjalan kembali menuju ruang makan, dan meninggalkan ketiga temannya yang ia ajak untuk makan itu tanpa mendengarkan jawaban dari mereka.

"Yeh, tuh anak dua kenapa sih?" Tanya Leo heran melihat tingkah keduanya yang seakan menghindari sesuatu yang entah apa itu.

Alvin yang memang tidak menyadari apapun hanya mengedikkan bahunya ke atas, "Mungkin mereka merasa terganggu kali! Tadikan mereka lagi berduaan." Ucap Alvin yang berspekulasi.

"Mungkin!" Ucap Leo yang sedikit tidaknya setuju dengan apa yang Alvin ucapkan. Sementara Andrea hanya terdiam, tidak setuju dengan apa yang Alvin dan Leo sangka. Ia merasa yakin jika Alan dan Kina mengalami sesuatu hal yang membuat mereka merasa terkejut ketika dia dan dua temannya datang dari arah ruang musik.

Andrea pun menoleh ke arah ruang penuh lukisan itu dan menatap ke salah satu lukisan perempuan di sana. Ia tidak menyadari bahwa Leo dan Alvin sudah berjalan terlebih dahulu ke arah ruang makan, meninggalkannya sendirian di lorong itu. Langkah Leo terhenti saat ia menyadari Andrea tetap diam di tempatnya di sana dan menatapi ruang berdinding kaca itu. "Rea!" Panggilnya pada Andrea. Alvin yang mendengar panggilan itu ikut menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Andrea yang masih jauh di belakang sana.

"Dia ngapain sih?" Tanya Alvin kebingungan. Leo menggelengkan kepalanya, karena ia pun merasa tidak mengerti, dan memutuskan untuk kembali menghampiri Andrea, menjemputnya dengan menarik tangan perempuan tersebut.

"Lo liat apa sih?! Ayo makan!" Titahnya yang menarik tangan Andrea tanpa melihat apa yang sedang Andrea lihat, karena dirinya sudah merasa kelaparan.

Kina dan Alan yang sudah lebih dulu sampai ke ruang makan pun langsung duduk di kursi di depan meja makan yang penuh makanan itu. Bergabung bersama Azzam, Likha, Felicia dan Ryan yang sudah menunggui mereka.

"Ketemu?" Tanya Azzam pada Alan. Yang di beri sebuah anggukan oleh lelaki itu dengan wajah yang tegang.

"Kenapa lo?" Tanya Ryan yang menyadari adanya sebuah ketegangan di wajah Alan saat ia duduk di samping Azzam dan menjawab pertanyaan tadi.

"Karena berduaan sama Kina kali!" Alvin yang berjalan menghampiri mereka pun langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan asal, membuat mereka semua melirik padanya.

"Ehmm!" Azzam berdehem dengan cukup kencang, berusaha membuat Alvin diam. Ia lumayan kesal dengan tingkah pecicilan Alvin yang kadang membuat mereka merasa canggung satu sama lain. Namun bagaimana pun tingkah lelaki itu, ia tetaplah teman mereka. Jadi jika hal itu terjadi, mereka akan berakhir dengan memaafkan segala hal yang Alvin lakukan.

"Dari mana kalian?" Tanya Likha, saat ia melihat Andrea dan Leo yang juga masuk ke dalam ruang makan di belakang Alvin.

"Ruang musik, liat-liat semua alat musik di sana!" Jawab Leo. Mendengar kata ruang musik, Felicia yang mengalami mimpi buruk tadi pun menahan napasnya. Matanya melirik kearah kiri dan kanan dengan was-was, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah bagian dari mimpi buruk itu.

Felicia kembali tenang saat Ryan yang duduk di sampingnya menepuk bahunya dan menyadarkannya dari lamunan. "Fel, lo kenapa?" Tanya Ryan, menatap pada Felicia dengan serius.

"Ga apa-apa!" Jawab Felicia, memberikan sebuah senyuman untuk meyakinkan sepupunya itu bahwa dirinya baik-baik saja.

Dan ketika Alvin, Leo, juga Andrea bergabung bersama mereka di meja makan itu, mereka mulai menyantap makanan yang Azzam dan Likha masak. Tentunya setelah sebelumnya mereka memanjatkan do'a masing-masing.