Azzam masih menunggui Likha di dalam kamar para cewek, tentu saja dengan pintu kamar yang terbuka. Felicia dan Andrea pun ada di dalam kamar itu, memperhatikan dengan cemas Likha yang belum sadar dari pingsannya.
Kina yang datang bersama Alan membawa segelas air teh hangat untuk Likha dan menyimpannya di atas nakas kayu jati di samping tempat tidur di mana saat ini Likha terbaring.
"Makasih." Ucap Azzam pada Kina dengan sebuah senyuman di wajahnya. Kina mengangguk dan menghampiri Felicia juga Andrea yang duduk di sebrang Azzam, di samping Likha.
Alan yang baru mengetahui kejadian ini pun menepuk pundak Azzam dan bertanya pada temannya itu. "Kok bisa gini? Apa yang terjadi sih?" Tanya Alan pada Azzam.
Azzam yang memang tidak mengetahui alasannya pun hanya mampu menjawabnya dengan menggelengkan kepala, kemudian ia menjelaskan bagaimana ia bisa tiba-tiba terbangun dari tidurnya. "Tadinya gue ngerasa ada yang gak beres dan ngerasa gak tenang. Gue berencana buat ngajak Likha sholat bareng. Tapi ternyata… Likha pingsan di kamar mandi." Jelasnya.
Alan mengangguk-anggukan kepalanya pelan, "Apa perlu gue bangunin yang lain?" Tanya Alan sambil menunjuk dengan telunjuk kanannya ke arah di mana kamar para cowok berada.
"Gak usah!" Andrea yang langsung menjawab tawaran tersebut, membuat kelima orang teman yang ada di dalam kamar itu pun menoleh padanya dengan kebingungan.
"Kenapa?" Tanya Felicia yang ada di sampingnya, Felicia semakin merasa ada yang aneh dengan Andrea setelah kejadian tadi malam yang mereka alami.
"Ah, nggak… M-mereka pasti capek! Udah biarin mereka istirahat saja!" Andrea menjawab dengan ucapan yang terbata-bata seolah menyembunyikan sesuatu. Alan pun akhirnya mengangguk dan memilih untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar itu untuk menemani Azzam.
"Kalian tidur lagi aja!" Ucap Azzam pada ketiga perempuan yang duduk dalam diam di hadapannya.
Kina dan Felicia melirik pada Azzam yang menyuruh mereka untuk kembali tidur. "Aduh nggak deh, gue jadi gak bisa tidur kalau lihat keadaan Likha kaya gini!" Tolak Felicia, Kina pun setuju dengan alasan tersebut dan mengangguk-anggukan kepalanya seraya mencuri pandang pada Alan yang menatap ke arah luar jendela.
Sedangkan Andrea tidak menyahuti Azzam dan tidak memperdulikan teman-temannya. Andrea hanya terdiam menutup matanya seperti seseorang yang sedang tidur dalam posisi duduk. Azzam pun sempat melirik pada Andrea, tetapi dia kemudian ia hiraukan perempuan itu karena ia mengira bahwa saat ini Andrea tengah tertidur.
Andrea yang menutup matanya itu sebenarnya tidak tertidur, ia mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi da nada apa di dalam rumah itu dengan kemampuan melihat makhluk astral yang ia miliki. Tangannya bergerak-gerak, berkedut saat ia memejamkan mata. Dahinya megerenyit saat perlahan ia mendapatkan sebuah bayangan samar yang dapat ia lihat di dalam alam bawah sadarnya. Perlahan bayangan itu semakin dekat, dan terlihat semakin dekat. Saat bayangan tersebut sudah semakin jelas.
"Andrea!" Kedua mata Andrea terbuka saat Felicia dan Kina membangunkannya dan menggoyangkan bahunya.
Andrea menatap keduanya dengan bingung, "Ada apa?" Tanyanya pada keduanya, Andrea sadar bahwa matahari sudah naik dan jam sudah menunjukkan pukul enam pagi hari.
"Kalau mau tidur, jangan duduk! Berbaringlah di kasur!" Ucap Felicia. Andrea melihat ke arah belakang kedua temannya itu. Ia melihat Alan dan Azzam yang masih terjaga memperhatikannya dari belakang sana dan melihat Likha yang sudah bersandar di kasurnya.
"Ah… Maaf, gue ngantuk banget!" Ucap Andrea beralasan, sebenarnya ia merasa heran mengapa dirinya membutuhkan waktu selama itu untuk mencari tahu siapa sosok yang ada di dalam vila ini, seakan ada hal yang menghalanginya.
Andrea berdiri dari tempatnya menghampiri Likha yang memperhatikannya. "Lo kenapa?" Tanya Andrea duduk di kasur itu dan menepuk-nepuk bahu Likha.
"Tadi malam, gak tau kenapa pintu kamar mandi terkunci. Gue udah berusaha manggilin kalian tapi gak ada satu pun dari kalian yang denger." Jelas Likha dengan wajah yang sedih menatap pada Andrea.
"Mungkin pintu kamar mandinya rusak, gue laporin ke Mang Asep ya." Andrea pun memberikan sebuah alasan atau hal yang positif pada Likha agar mereka tidak merasa ketakutan di vila ini.
Likha mengangguk menyetujuinya. Kemudian Andrea bangkit dari duduknya menatap Felicia dan Kina yang menatapinya. "Bangunin yang lain gih! Kita masak, laper nih." Ucap Andrea pada kedua temannya.
"Perasaan dari kemarin lo terus yang bilang laper, kita juga laper kali!" Kina berucap seraya tersenyum pada Andrea yang terkekeh mendengarnya. Akhirnya Felicia dan Kina pun bergegas untuk membangunkan orang-orang yang sangat sulit untuk di bangunkan itu.
"Gue tanya Mang Asep dulu ya." Ucap Andrea berjalan ke luar dari kamar itu, Azzam dan Alan yang mendengar ucapan tersebut pun langsung menghadang langkah Andrea yang hendak keluar dari kamar.
"Eh?" Andrea terkejut dan kelihatan bingung melihat kedua temannya itu yang menghalangi jalannya. Likha yang masih bersandar di atas kasur itu hanya melihati bagaimana kekasihnya dan Alan menghadang Andrea.
"Lo gak boleh ke sana sendirian!" Ucap Alan, dan Azzam langsung mengangguk setuju.
"Lo tau gak sih Rea, kita tuh merasa curiga sama Mang Asep." Kini Azzam yang memberitahu Andrea bahwa mereka merasa curiga terhadap penjaga Vila itu, bukan karena tanpa alasan. Tetapi memang saat pertama kali melihat Mang Asep, mereka terkejut karena lelaki itu lebih mirip seperti seorang penjahat, di bandingkan seorang penjaga Vila.
"Gak boleh berburuk sangka ah! Lo tuh belajar agama tapi masih berburuk sangka!" Andrea menegur Azzam yang asal menilai seseorang dari penampilannya.
"Bukan berburuk sangka, cuma berjaga-jaga aja. Pokonya kalau lo mau nemuin Mang Asep, harus ada yang nemenin lo! Alan, lo temenin Andrea ya!" Ucap Azzam yang langsung memberikan sebuah perintah pada Alan yang juga membenarkan dan mengiyakan perintah tersebut.
"Hah… Bossy! Ya udah, ayok cepat!" Andrea pun hanya bisa mengikuti apa keputusan Azzam dan pergi menemui Mang Asep bersama Alan yang di perintahkan untuk menemaninya.
Setelah Andrea dan Alan pergi keluar dari kamar, Azzam pun kembali duduk di samping Likha dan menatap pada pacarnya yang manis itu dengan senyuman di wajahnya. "Kenapa sih, kaya yang tegas banget sama Rea?" Tanya Likha yang belum mengetahui alasan Azzam seperti itu.
"Aku rasa dari kemarin ada yang aneh sama Andrea, tapi aku gak sempet nanya. Dan tadi malam sebelum ini pun… Ah sudahlah yang penting sekarang kamu sehat dulu ya sayang." Azzam mengelus kepala Likha dengan sayang dan tidak melanjutkan cerita mengenai Andrea dan Felicia yang tadi malam memintanya untuk menemani mereka melihat seseorang di luar Vila. Karena Azzam takut Likha akan ketakutan dan semakin memperburuk kondisinya.