Ding! Dong!
Suara bel rumah menggema di dalam ruangan. Kemudian pintu dibuka hingga menampakkan reaksi riang dari wajah Aria, menyambut kedatangan Agatha. Lantas Agatha diajak masuk.
Gadis itu mengikuti langkahnya ke dalam rumah lalu berhenti di ruang makan. Ruang makan yang terhubung dengan ruang tengah luas itu, tampak agak ramai dengan wajah asing yang belum pernah dilihat Agatha.
Agatha hanya tahu penghuni rumah ini hanya ada tiga, yaitu orang tua Aria serta Aria sendiri sebagai anak tunggal. Namun, ada dua wajah pria muda di ruangan itu, yang satu sedang duduk santai sambil memainkan ponsel di sofa dan yang satunya lagi berada di balik meja dapur bersama ibu Aria.
"Halo guys!" seru Aria, membuat perhatian kedua pria muda itu teralihkan seketika. Sekarang, Agatha menjadi pusat tatapan mereka yang menatapnya penuh tanya.
"Perkenalkan sahabatku, namanya Agatha! Dan Agatha, aku kenalkan kau pada rekan kerja ayahku. Yang berambut pirang di sofa itu namanya Jill. Yang rambut hitam di dapur itu namanya Scott. Mereka juga akan makan malam bersama di sini," ujar Aria memperkenalkan dengan semangat.
Ketika tatapan Agatha berpindah pada pria muda di dapur, saat itu juga mereka bertemu pandang dan membuat ingatan Agatha terkenang masa lalu. Belum lama dari hari ini, Agatha ingat, dia pernah bertemu dengan pria bernama Scott di gang gelap. Pria itu sempat memberinya kartu nama perusahaan. Mungkinkah dia bekerja bersama dengan ayah Aria?
Jill berdiri dari duduknya. Beranjak beberapa langkah ke depan dua gadis itu. "Wah, kau punya teman yang cantik, Aria. Apa kalian teman kampus?" tanya Jill.
"Agatha, jangan pernah ladeni pria itu. Sebenarnya dia pria yang agak miring." Aria berbisik dengan sangat jelas.
"Hey, suaramu terdengar olehku!" protes Jill.
"Wah kalian sudah berkumpul?" Suara berat ayah Aria muncul. Tom nampak berjalan sedikit tertatih memasuki ruang tengah.
Sedangkan ibu Aria menata piring di meja makan, dibantu dengan Scott yang meletakkan mangkuk sup besar ke tengah meja.
Makan malam yang hangat seperti ini sudah sangat jarang Agatha nikmati lagi semenjak berpisah dari keluarganya di luar kota. Mereka semua berkumpul dan menduduki kursi masing-masing di meja makan. Makanan yang disajikan juga terlihat vegetarian dipadu olahan seafood.
"Wow terlihat sangat enak, apakah tante yang memasaknya?" pukau Agatha berbinar-binar.
"Oh terima kasih atas pujianmu, Agatha. Tapi kali ini tante dibantu Scott memasak makan malam," sahut ibu Aria yang bernama Miria. Dia merupakan wanita paruh baya yang sangat ramah pada Agatha. Hanya tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa.
Agatha melirik ke arah Scott. Pria itu duduk di seberangnya, berhadapan dengan Aria. Pria bernama Scott itu, kalau diperhatikan, dia memiliki warna rambut yang kontras dari Jill. Gelap dan perangainya tampak lebih pendiam sekaligus memiliki aura kedewasaan. Kemudian tatapan Agatha bergeser ke samping Scott di mana telah duduk Jill tepat di hadapannya. Jill terlihat seperti berkebalikan dari Scott. Dia tampak lebih muda, rambut pirangnya menambah kesan ceria pada wajah kotak itu.
"Bagaimana kabar anda, paman Tom?" tanya Agatha dengan akrab.
"Well, lebih baik dari hari pertama walau harus cuti bekerja selama beberapa hari," jawab Tom. Sebagai Kepala Keluarga, beliau terlihat duduk di kursi ujung meja.
"Pertama-tama, aku bersyukur telah kembali ke rumah setelah melewati masa kritis beberapa hari lalu. Tuhan memberkati hidupku untuk hidup lebih lama lagi. Kedua, atas saran dari puteriku, hal baik ini harus dirayakan dengan gembira. Maka kami mengundang kalian untuk makan malam bersama di rumah kecil kami. Ah, sebenarnya aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Tapi Aria memaksa untuk mengadakan malam malam bersama," cerita Tom membuat suasana menjadi haru. Ada jeda sejenak sebelum pria baya itu melanjutkan.
"Nah, mari kita makan!" seru Tom dengan ceria.
Mereka pun mulai makan. Mengangkat alat makan masing-masing. Mereka mengambil lauk yang tersedia di depan tanpa ragu-ragu. Sedangkan Agatha memilih mengambil menu sayur-sayuran untuk mengisi piringnya.
"Agatha, kau lebih suka sayuran ya ketimbang daging?" celetuk tante Miria.
"Benar, tante. Aku vegetarian, tapi bukan berarti aku membenci daging sampai tidak mau memakannya," ucap Agatha buru-buru menyanggah.
"Sangat berbanding terbalik dengan Aria yang pecinta daging. Oleh sebab itu aku membuatkan makanan kesukaan kalian semua. Ada daging yang bisa dimakan Aria, ada seafood sebagai makanan kesukaan Scott dan Jill, dan juga sayuran yang bisa dimakan Agatha," ujar tante Miria.
"Bagaimana dengan kalian berdua? Apa makanan kesukaan kalian?" timpal Agatha bertanya.
"Kami menyukai semua jenis makanan apapun yang bisa dimakan. Kami suka daging, kami suka sayuran, kami suka seafood juga."
"Sepertinya kalian makhluk pemakan segalanya," sambung Jill sembarangan.
"Hahaha!" Tante Maria tertawa. "Bukankah manusia memang pemakan segalanya?" tandasnya sambil bercanda.
"Ngomong-ngomong, kenapa paman Tom bisa sampai terluka?" Agatha tiba-tiba bertanya.
Suasana berubah hening. Reaksi mereka tampak terkejut. Agatha menatap mereka dengan bingung. Mengapa mereka harus berekspresi kaku begitu?
"Pekerjaan paman Tom sangat berbahaya. Karena tidak hati-hati jadi dia terluka," sahut tante Miria.
"Tapi Aria mengatakan kalau paman Tom terluka karena tertembak. Hal seperti itu agaknya sangat serius." Agatha menyanggah alasan tante Miria, dan menambah kekakuan ekspresi di wajah wanita baya itu. "Dia mengejar penjahat, dan beruntungnya saat penjahat itu menembak, pelurunya tidak mengenai bagian vitalnya."
"Kalian bertiga bekerja di sebuah agensi swasta. Scott pernah memberikan kartu nama perusahaannya padaku. Aku belum mencari tahu tentang perusahaan itu. Sepertinya pekerjaan kalian memang sangat berbahaya," kata Agatha.
"Oh, kalian pernah bertemu?" kata tante Miria terkejut.
"Ya, kami pernah bertemu sekali," jawab Scott dengan tenang. "Saat dia hampir diserang serigala besar pada malam hari yang sepi," tambahnya sambil melirik pada Agatha.
"Itu benar. Bicara tentang serigala, belakangan ini aku sering bermimpi tentang binatang itu. Anehnya, serigala hitam itu malah menyerang serigala lainnya yang akan menerjangku," ungkap Agatha. Dia ingin tahu bagaimana respon semua orang di sini setelah mendengarnya.
"Wah, itu berbahaya sekali, Agatha! Apa kau terluka karena kejadian itu?" sahut Tom tampak khawatir.
"Untungnya tidak sedikit pun," jawab Agatha. Matanya memperhatikan mereka. Tidak ada reaksi aneh dari mereka. Mereka bereaksi sebagaimana wajarnya. Tante Miria dan Tom yang kaget, sedangkan Scott yang pernah bertemu langsung dengannya, tampak tidak berekspresi sama sekali. Jill sendiri hanya melongo mendengarkan seperti tidak tahu apa-apa dalam pembicaraan mereka.
Awalnya Agatha mengabaikan Jill, tapi ketika menyadari tatapan mata Jill terarah pada Scott di sampingnya, Agatha menilai arti tatapan Jill seperti menyampaikan protes pada Scott.
Selain itu, Agatha merasakan ada sesuatu yang mereka sembunyikan darinya. Agatha ingin tahu lebih dalam. "Apakah aku adalah seseorang yang tidak diperbolehkan untuk mengetahui apa yang kalian kerjakan?" ujar Agatha.
Sekilas, mata Tom melirik isterinya, sebelum dia menarik napas dalam dan menghela napas berat. "Sebenarnya, pekerjaan kami tidak banyak orang yang tahu. Hanya orang-orang tertentu yang berkerja bersama kami," kata Tom. "Apa kau percaya ada werewolf?" Pertanyaannya membungkam Agatha seketika.
Agatha tidak berani menjawab. Karena dia juga menyembunyikan sesuatu dari mereka. Dalam keheningan ruang makan itu, Tom lantas menyambung kalimatnya.
"Kami adalah pemburu werewolf," tandas Tom dengan serius.
***