Agatha dalam perjalanan pulang sehabis kerja di toko buku. Waktu menunjukkan hampir larut malam ketika melangkah sendirian menuju apartemen.
Dalam keheningan yang tenang Agatha dikejutkan dengan suara raungan anjing disusul kegaduhan aneh benturan benda keras. Suaranya tampak berasal dari gang gelap di sana. Agatha dihadapkan pada dua pilihan dalam benaknya, antara memilih mengabaikan suara itu dan pergi ke rumahnya atau mencaritahu asal suara itu untuk melihat apa yang terjadi.
Akhirnya Agatha memilih mengikuti asal suara itu, karena didorong rasa penasaran yang tinggi. Perlahan-lahan dia mendekati gang itu. Sebuah jalan sempit yang hanya bisa dilalui sepeda dengan dihimpit tembok bangunan rumah.
Cahaya lampu di pinggir jalan tidak dapat menjangkau ke dalam gang. Sehingga membuat pandangan Agatha menjadi sangat terbatas. Dia tidak dapat melihat apapun yang ada di dalam gang. Benar-benar gelap.
Tapi Agatha tidak menyerah lantas putar arah. Dia membawa ponsel di mana benda itu memiliki senter untuk melihat di dalam gelap. Maka dia merogoh tasnya dan mengeluarkan alat elektroniknya dan menghidupkan lampu senter.
Jarak cahayanya tidak luas ketika Agatha arahkan ke jalan sempit itu. Lalu dengan pelan dia mulai melangkah hati-hati. Aksinya begitu berani tanpa memikirkan resiko setelahnya jika tertangkap sesuatu atau hal yang lebih buruk dari yang dibayangkan.
Ketika hampir mencapai ujung jalan gang, Agatha berpikir untuk mematikan lampu senter dan bersembunyi untuk mengamati dari tempat ini. Maka dia menurunkan ponselnya di sisi tubuh, lalu merapatkan tubuhnya ke tembok gang. Dari tempatnya bersembunyi, Agatha dapat mendengar suara gaduh itu berada tepat di luar gang.
Agatha melihat bayangan dibawah kakinya, sebuah pergerakan cepat dua benda asing saling bertabrakan disertai geraman kuat. Namun hal itu saja tidak membuat Agatha merasa puas lalu menarik diri untuk pulang. Dia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi saat mencoba mengintip dari balik tembok, memunculkan kepalanya dengan hati-hati kemudian memindai pandangan ke sekitar.
Mata biru Agatha memelotot. Keberadaan sosok berbulu di jalan temaram itu membuat dia tercengang terkejut. Terdapat seekor serigala berbulu hitam berhadapan dengan seorang pria berpakaian serba hitam.
Aura permusuhan terasa begitu kuat dari sosok serigala di sana. Keempat kakinya yang berpijak kokoh, moncongnya yang terbuka lebar memperlihatkan sederet giginya yang terkatup menggeram, membuat siapapun dihadapannya dianggap sebagai ancaman.
Ukurannya yang tak biasa membuat Agatha terheran-heran bagaimana binatang buas itu bisa berada di tengah kota? Terutama dihadapan serigala itu ada seorang manusia sendirian. Meskipun terlihat membawa senjata berupa busur dan anak panah, situasi seperti tersebut jelas membahayakan pria itu.
Agatha harus menolongnya. Tetapi dia sadar dirinya saja tidak bisa menjaga diri dari bahaya, apalagi sampai berniat menolong orang itu. Agatha berpikir untuk menelpon polisi agar mereka datang menyelamatkan pria itu. Namun, ketika baru saja akan mengetik di layar ponselnya, pergerakan Agatha mendadak terdiam kaku ketika suara geraman rendah terdengar tepat di belakangnya.
Agatha berbalik patah-patah untuk memastikan apa yang ada di belakangnya tidak seperti yang dibayangkan. Pada saat yang sama awan hitam di atas mereka berarak terbuka, dan rembulan muncul dibaliknya dengan cahaya pucat menyebar ke permukaan. Cahayanya yang redup perlahan-lahan menjangkau sesosok eksistensi di dalam gang gelap.
Nyatanya apa yang dikhawatirkan Agatha justru terwujud begitu sinar rembulan membuka tabir kegelapan dan menunjukkan sosok besar seekor serigala abu-abu. Hanya berjarak dua langkah di depan matanya! Agatha gemetar. Rasa takut membuat dirinya tanpa sadar menarik langkah mundur, dan membawanya keluar dari tempat mengintip.
Kehadiran orang lain di tempat ini membuat tatapan serigala hitam itu beralih ke belakang si manusia. Tampak dimatanya, seorang gadis berjalan mundur dengan gugup, sedangkan di depannya terdapat seekor serigala lain dengan ukuran yang sama dengannya. Mengenali bagaimana tatapan serigala abu-abu itu menatap Agatha, gadis di sana berada dalam bahaya yang harus diselamatkan!
Lantas tanpa berpikir panjang lagi, sang serigala hitam melompat ke arah pria itu secara tiba-tiba. Seperti yang dapat ditebak, pria itu berkelit begitu mudah menghindari serangan kuku tajamnya. Namun, pria itu merasa aneh ketika sang serigala hitam justru berlari ke belakangnya.
Begitu dia menengok berbalik badan, dia terkejut ketika berpikir serigala hitam itu hendak menerjang seorang gadis di sana, akan tetapi detik berikutnya serigala itu mendarat pada serigala abu-abu lain, dan membuat Agatha jatuh terduduk dengan wajah syok melihat pertarungan dua serigala besar di depannya.
"Nona, apa anda terluka?" tanya pria itu.
Kejadian saat ini membuat Agatha gemetaran di seluruh tubuh. Dia syok berat. Hampir saja nyawanya melayang karena serigala abu-abu tadi. Tetapi tidak ada rasa penyesalan yang dapat terbersit di benak Agatha karena telah mengikuti keingintahuannya.
"Tidak .... Aku hanya .... Sedikit tidak percaya dengan apa yang kualami sekarang," jawab Agatha terbengong. Mereka melihat kedua serigala itu menghilang di dalam jalan yang gelap. Pria itu ingin mengejar binatang buas tadi, tetapi rencananya diurungkan ketika mendapati seorang gadis yang baru saja menjadi korban keganasan hewan itu.
"Di sini berbahaya, sebaiknya kau cepat pulang ke rumah." Pria itu membantu Agatha bangun dan berdiri.
"Kalau kau menemukan serigala semacam itu lagi, tolong hubungi kami segera. Kami akan secepatnya datang ke tempat anda," kata pria itu memberikan kartu namanya. Agatha menerima benda itu dan membaca tulisan yang tertera. Itu adalah sebuah nama perusahaan serta terdapat nama pria ini adalah Scott.
"Namamu Scott?" tanya Agatha.
"Ya, namaku Scott. Aku asisten di agensi swasta pemburu serigala." Lalu Scott memandang jauh ke jalanan yang gelap itu di mana dia telah kehilangan targetnya malam ini. "Tolong ke depannya lebih berhati-hati. Kejadian tadi sangat langka untuk bisa selamat," pungkas Scott mengingatkan dengan serius.
Agatha mengangguk patuh. "Terima kasih, aku akan lebih berhati-hati lagi."
***
Agatha tiba di rumahnya. Dia menutup pintu dengan keras dan napasnya terengah-engah. Dari lokasi tadi, dia sempat berlari untuk sampai ke rumah dengan cepat. Alhasil membuat napasnya jadi sesak.
Sejenak dia diam untuk mengatur napas, kemudian melangkah ke dalam ruangan sembari melepas alas kaki dengan sembarang. Agatha masuk ke kamarnya. Dia melempar tas ke kasur, sedangkan dirinya pergi ke kamar mandi.
Dia menurunkan semua pakaiannya dan membuangnya ke keranjang cucian. Lalu menghidupkan kran hingga air mengguyur kepalanya dari atas. Agatha menyingkap rambutnya dengan sela-sela jari ke belakang, dan dia mendongak sambil memejamkan mata menikmati bulir air yang mengalir ke setiap sudut kulit putihnya.
Dalam ketenangan yang damai, dan hanya terdengar suara gemericik air, tiba-tiba Agatha membuka matanya begitu merasakan sesuatu yang janggal. Dia merasa ada sepasang mata sedang memperhatikannya dengan tajam. Namun, Agatha sadar bahwa dirinya berada di rumah, di mana hanya ada dia seorang di tempat ini.
Sebelum masuk juga pintunya dalam keadaan terkunci seperti saat dia berangkat pergi. Lantas Agatha menggelengkan kepala. Dia mensugesti bahwa hal yang dirasakannya tidak bukan sekadar perasaan saja akibat syok atas kejadian tadi.
Agatha tidak tahu jika terdapat seekor serigala berdiri di atap rumahnya.
***