Chereads / Exor Sang Pembawa Kekacauan / Chapter 26 - Melawan Tikus Hitam

Chapter 26 - Melawan Tikus Hitam

Aku kemudian memberitahukan rencanaku pada Zwein dan Ritsu. Mereka menyetujui rencanaku, akhirnya kami mulai bergerak berniat untuk mengalahkan Tuan Tikus Hitam untuk sekali dan selamanya. Mereka setuju untuk mencobanya. Tanpa menunggu waktu yang lama, kami bertiga mulai beraksi.

Target kami adalah lubang mata pada kepala tengkorak tersebut. Tentu saja, Tikus Hitam tahu kelemahan itu. Karena itu dia pasti akan menjaganya dengan baik. Peran Zwein dan juga Ritsu adalah untuk mengalihkan perhatian sehingga aku bisa melancarkan serangan melalui celah tersebut.

Aku mengumpulkan kekuatan pada kedua kakiku dan mulai berlari dengan kecepatan maksimal. Tengkorak yang melindungi Tikus Hitam memegang dua senjata yaitu pedang tengkorak dan sebuah perisai. Ritsu yang sudah berada di samping Tengkorak Raksasa segera mengumpulkan angin di sekitar tangan kanannya membentuk sebuah bor besar. Dia kemudian mengayunkan tangannya dengan kuat.

Tuan Tikus Hitam terpaksa menggunakan perisai untuk melindungi diri dari serangan bor angin tersebut. Bor tersebut berputar dengan cepat namun perisai itu sangat keras sehingga bor angin itu tidak menimbulkan bekas apapun. Zwein memanfaatkan momen ketika Tikus Hitam diserang dengan merubah dirinya menjadi setengah ular lalu membungkus tangan Tengkorak Raksasa yang memegang pedang.

Tuan Tikus Hitam berteriak marah, dia mengumpulkan kekuatan yang lebih banyak dari gerbang di belakangnya. Aku tak bisa membiarkan kesempatan ini tersia-siakan, aku segera melompat ke atas perisai tengkorak raksasa tersebut. Aku lalu menerobos memasuki Tengkorak Raksasa melalui lubang pada bagian matanya. Kemudian aku menghirup udara dalam-dalam.

"Hembusan api neraka!"

Semburan api yang sangat besar memenuhi ruangan di dalam Tengkorak Raksasa. Semburan itu membuat suhu di dalam melonjak sangat tinggi, bahkan aku sendiri, yang mengeluarkan semburan tersebut merasakan dampaknya. Aku sangat yakin bahwa Tuan Tikus Hitam kini terbakar.

"Aaaah!" Jeritan Tuan Tikus Hitam menggema dan menusuk indra pendengaranku. Dalam keadaan terbakar dia segera menghilangkan Tengkorak Raksasa yang melindunginya. Tengkorak tersebut mengurung hawa panas sehingga panas yang diraskaan Tuan Tikus Hitam tidak menurun.

Setelah Tengkorak Raksasa itu menghilang, kami bertiga segera mengelilingi Tuan Tikus Hitam. Kini, Dia berguling guling dengan semua bagian tubuhnya hangus terbakar. Beberapa saat kemudian dia berhenti bergerak.

"Apa dia sudah mati?" tanya Ritsu penasaran.

"Berhati-hatilah," ujar Zwein.

Pada saat itu gerbang itu kembali mengirimkan sinar hitam kearah tubuh Tuan Tikus Hitam. Sinar Hitam menyelimuti tubuhnya. Aku merasakan perasaan yang tidak enak.

"T-tidak mungkin!"

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

"Sialan!"

Kami bertiga memandang tidak percaya pada Tuan Tikus Hitam yang kembali sehat dalam kecepatan yang tidak masuk akal. Kulitnya yang gosong kembali seperti semula, semua bekas luka pada tubuhnya juga menghilang. Zwein bergerak dengan cepat, dia mencoba menusuk dada Tuan Tikus Hitam dengan tangan kirinya.

Tuan Tikus memegang tangan kiri Zwein, perlahan dia mengangkat wajahnya yang pucat. Dia menyeringai seraya menatap kami bertiga. Sebelum Zwein bisa bereaksi, Tuan Tikus Hitam menghantamkan kakinya pada perut Zwein. Tak berhenti disitu, dia juga meraih tubuh Zwein dan melemparnya ke udara. Tangan Tuan Tikus Hiam mengumpulkan aura hitam. Aura hitam itu membentuk pedang pendek. Ia kemudian menusukkan pedang tersebut pada dada Zwein.

"Uhuk!" Zwein memuntahkan darah. Tuan Tikus Hitam menjatuhkan Zwein lalu menatap padaku dan Ritsu. Ritsu nampak sudah tak bisa menahan diri lagi, dia segera menyerang Tuan Tikus Hitam. Aku juga berniat untuk menyerangnya. Namun, tanpa disangka Tuan Tikus Hitam bergerak sangat cepat. Dia meraih leher Ritsu dan membantingnya ke permukaan tanah. Tanpa ragu, Tuan Tikus Hitam meremukkan kepala Ritsu.

Aku menerjang ke arahnya sambil mengarahkan kakiku yang kini diselimuti api. Tuan Tikus Hitam menghindari seranganku. Aku segera berjongkok untuk melihat keadaan Ritsu.

"Ritsu! Apa kau masih hidup?" hatiku membeku ketika aku menyadari bahwa bahkan dengan regenerasinya, Ritsu masih tidak bisa selamat.

"Uhuk! Leon, larilah. Kau tak bisa mengalahkan dia. S-selamatkan dirimu. Nasib setengah binatang berada di tanganmu."

Aku mendekati Zwein dan melihat-lihat luka pada tubuhnya. "Jangan bergerak Zwein! Aku pasti akan menyelamatkanmu."

"Bodoh, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, pergilah sekarang." Dengan suara pelan, Zwein memarahiku.

Sialan! Meskipun mereka berdua bukan orang baik tetapi ini masih menyakitkan melihat Zwein dan juga Ritsu mati. Dibandingkan mereka berdua, Tuan Tikus Hitamlah yang paling berdosa. Dia yang mengubah semua orang menjadi seperti ini. Orang seperti dia harus dihabisi. Namun aku sadar sangat sulit bagiku untuk mengalahkannya. Aku harus melarikan diri.

Hampir semua setengah binatang disini sudah meninggal. Mayat-mayat mereka dibawa ke dalam gerbang lalu diubah menjadi monster dibawah kendali Tuan Tikus Hitam. Namun, seharusnya masih ada setengah binatang yang tersisa di medan pertempuran antara Tenbu dan Chereby melawan Elzard.

"Apa kau ingin melarikan diri? Itu sudah terlambat. Jika saja kalian tetap tunduk padaku maka kejadian ini harusnya bisa dihindari," dengan tenang Tuan Tikus Hitam berjalan mendekatiku.

"Kau sudah menanamkan sesuatu pada tubuh kami semua sebelum para pillar memberontak, kau sudah merencanakan itu semua, Tuan Tikus Hitam!"

"Itu hanya pencegahan tersembunyi, aku tidak berencana menggunakannya jika kalian tidak memaksaku. Namun, nasi sudah menjadi bubur, setelah semua yang terjadi, Aku akan menyelesaikan semua yang telah kumulai.

Meskipun menyakitkan untuk membunuh semua setengah binatang yang telah kubangkitkan dan kukembangkan, namun aku masih bisa melakukannya untuk yang kedua kalinya nanti. Untuk kebangkitan setengah binatang yang kedua, aku akan memastikan bahwa mereka akan menuruti perintahku."

Aku menggeretakan gigiku, memandang tajam sosok di depanku. Tak akan kubiarkan lebih banyak manusia menderita akibat ulahnya. Aku memutuskan untuk melawan Tikus Hitam. Bahkan jika aku mati, setidaknya aku harus membawa dia ke neraka!

Aku mengeluarkan semua energiku yang tersisa, tak hanya itu, aku juga membakar vitalitasku. Kini semua bagian tubuhku menyala layaknya api. Aku meraung dengan keras dan menerjang ke arahnya. Tikus Hitam menutupi tubuhnya dengan armor tengkorak. Perbedaan hal tersebut dengan Tengkorak Raksasa adalah armor tengkorak sangat pas di tubuhnya sementara Tengkorak Raksasa lebih besar dan memiliki ruang di dalamnya.

Kaki Tikus Hitam menghantam dadaku, Aku terdorong ke belakang, namun tanpa menunggu lama, aku bisa menahan dorongan kakinya dan kembali melesat ke arah Tikus Hitam. Kakiku ditahan oleh tangannya, Aku memutar tubuhku mencoba menendang kepalanya untuk yang kedua kali. Tikus Hitam menangkap kakiku dan melemparnya ke atas.

Aku menyeimbangkan tubuhku, dan menyemburkan api raksasa yang menelan sosoknya. Apa dia terluka? Segera aku bisa melihat sosok Tikus Hitam yang menumbuhkan sayap hitam pada armor tulang miliknya. Dia menghantamku dengan kecepatan tinggi sehingga aku tidak bisa menghindar. Dia mendorongku ke arah permukaan. Aku mencoba menyingkirkan tangannya, namun gagal. Aku merasakan kerasnya tanah menghantam punggungku.