Beberapa hari terakhir aku telah mendengar nama ini tanpa henti. Setelah aku melihatnya aku sadar bahwa selain topengnya, dia tak memiliki hal lain yang menghubungkannya dengan tikus hitam. Dia memakai jubah yang sekarang sudah compang camping. Dengan hati-hati Tikus Hitam berdiri, dia melihat sekelilingnya dimana para setengah binatang dari kubu Zwein dan yang lainnya sudah hampir membobol benteng.
Meskipun aku tidak bisa melihat ekspresinya, dari gerakannya sudah jelas dia sangat marah. Hal tersebut tidak bisa dihindari, melihat semua usahanya untuk membangun pasukan setengah binatang kini terancam hilang akibat kudeta yang dilakukan empat dari lima pilar bawahannya. "Setelah semua yang kulakukan, apa ini balasan kalian?!"
"Memangnya apa yang kau lakukan? Kau menghancurkan hidup orang-orang disini, mengubah kami menjadi seperti ini. Bahkan jika kami lebih kuat lalu apa? Kami mendapatkan kekuatan kami dengan bekerja keras!" Zwein yang dalam mode setengah ular mendekati Tikus Hitam bersama dengan Ritsu, seorang setengah binatang yang memiliki kepala kadal.
Situasi miring ke arah para pemberontak. Tikus Hitam nampaknya berada dalam kondisi terdesak. Aku terus mengamati situasi karena penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Pertempuran berhenti sejenak, orang-orang juga mulai mengalihkan fokus mereka pada Tikus Hitam, Ritsu dan Zwein. Para bawahan Ritsu dan Zwein mendekati tuan mereka. Di sisi Tikus Hitam hanya satu orang Exor tingkat pengikut taat yang tersisa.
Pertarungan Kale melawan Dominic juga terhenti, Aku melambaikan tanganku pada Kale sehingga dia bisa melihat posisiku. Dia dengan cepat bergerak ke arahku. Setelah sampai dia mengamati tubuhku dan bertanya, "Apa kau tidak apa-apa?"
Aku menganggukkan kepalaku.
"Sebaiknya kita pergi dengan cepat, pertarungan Exor tingkat pembawa pesan terlalu berbahaya," ujar Kale.
Ngomong-ngomong luka-lukaku telah sembuh sehingga aku segera berlari menjauhi tempat pertarungan Zwein, Ritsu dan Tikus Hitam. Sesekali aku melirik ke arah mereka. Tikus Hitam sudah sangat terpojok. Kurasa kemenangan akan jatuh pada kelompok pemberontak. Namun, saat aku berpikir bahwa Tikus Hitam akan kalah, Tikus Hitam justru tertawa.
"Hahahaha, pada akhirnya aku harus menggunakan hal itu." Di kelilingi oleh banyak musuh, Tikus Hitam tidak menunjukan rasa takut sama sekali. Dia membuka topengnya. Aku terkejut melihat wajahnya yang begitu pucat.
"Apa kau belum paham situasinya Tuan Tikus Hitam? Apapun yang kau lakukan tidak akan berguna," ujar Ritsu. Manusia kadal itu bergerak maju berniat untuk mendekati Tikus Hitam.
Satu-satunnya bawahan Tikus Hitam yang tersisa, Exor tingkat pengikut taat, berdiri menghalangi jalan Ritsu.
"Aku tidak akan membiarkanmu mendekatinya!" ujar orang tersebut dengan berani meskipun yang dihadapinya adalah salah satu pilar Tikus Hitam itu sendiri.
Ritsu mendengus kesal, dia menampar orang itu sehingga terlempar ke samping hanya dengan satu serangan. Pada saat Ritsu berniat untuk meninju Tikus Hitam gerakannya tiba-tiba terhenti. Aku merasakan aura mengerikan menyebar dari tubuh Tikus Hitam. Tiba-tiba Kale berhenti bergerak. Aku kemudian menyadari bahwa semua setengah binatang nampaknya tidak bisa bergerak.
"Sialan, apa yang terjadi?!" Kale berbisik dengan kesal. Aku tak tahu harus berbuat apa, aku tidak bisa meninggalkan wanita ini begitu saja, tetapi situasinya sangat berbahaya.
"Kau menyalahkanku atas perubahan yang terjadi pada dirimu? Sangat konyol, darah setengah binatang mengalir dalam tubuh kalian adalah bukti bahwa ini adalah takdir kalian. Sekarang kalian semua memberontak setelah aku membangkitkan kekuatan yang tersembunyi dalam tubuhmu. Tetapi tidak apa, aku sudah menduga hal ini akan terjadi."
Suara Tikus Hitam begitu berat dan menggema hingga membuat orang-orang yang mendengarkannya merinding. Dari kejauhan aku melihat dengan jelas kekesalan Ritsu dan Zwein yang masih tidak bisa bergerak.
Aku ingat sesuatu, Tikus Hitam bukanlah setengah binatang, kalau begitu benih dewa mana yang bersemayam di tubuhnya? Pada saat itu sebuah gerbang aneh tiba-tiba muncul di belakang Tikus Hitam. Ada banyak gambar tengkorak pada gerbang tersebut. Tubuhku bergetar, instingku terus menerus memberikan peringatan padaku. Aku tak tahu apa gerbang itu tetapi jelas itu sangat berbahaya.
Tikus Hitam berjalan ke arah bawahannya.
"Tuan! Anda masih memiliki kartu truf rupanya, itu hebat sekarang kita bisa membunuh para pengkhianat i-" Tikus Hitam mencengkram dia lalu melemparnya ke arah gerbang di belakangnya. Gerbang itu terbuka aku tak bisa melihat apa yang ada di dalamnya karena hanya kegelapan yang kelam disana.
Gerbang itu menyedot orang tersebut. Dia berjuang berusaha untuk kabur dari gerbang itu tetapi kekuatan sedotannya begitu kuat sehingga dia hanya bisa pasrah tersedot masuk ke dalam gerbang. Setelah itu gerbang tertutup, sebuah cahaya hitam melesat dari gerbang dan memasuki tubuh Tikus Hitam.
"Aku merasakan perasaan tidak enak dari benda itu, Zwein cepat hancurkan gerbangnya!" meskipun masih tidak bisa bergerak, Ritsu masih bisa berteriak. Zwein menanggapi teriakan Ritsu dengan anggukan. Kemudian tubuhnya meledak berubah menjadi ular yang sangat besar. Ular tersebut melesat kearah gerbang di belakang tubuh Tikus Hitam.
Tikus Hitam menyadari serangan itu. Dia bergerak dengan kecepatan tinggi dan berdiri di hadapan Zwein. Dengan tatapan dingin, Tikus Hitam mengeluarkan aura gelap ditubuhnya, Aura gelap itu membumbung tinggi dan berubah menjadi raksasa tengkorak setengah badan yang melindungi Tikus Hitam. Raksasa tengkorak itu menahan Zwein yang berada dalam bentuk ular raksasa.
"Apa-apaan itu?!" Aku tak bisa menahan rasa kagetku melihat Zwein dan Tikus Hitam mulai bertarung. Ini benar-benar bukan sesuatu yang bisa dilakukan manusia biasa. Mereka sangat kuat dan sangat menakutkan. Exor benar-benar sangat mengagumkan. Jantungku berdebar kencang aku merasakan keinginan yang sangat kuat tumbuh dalam diriku. Aku ingin menjadi sekuat mereka.
Seiring dengan pertarungan antara Zwein dan Tikus Hitam berlangsung, kendali Tikus Hitam mulai memudar. Kale yang berada disampingku akhirnya bisa bergerak. Dia menyesuaikan tubuhnya dan mengambil nafas dalam-dalam. Setelah itu, dia menatapku dan berkata, "Kita harus pergi sekarang, situasi sudah kacau!"
Aku mengangguk, meskipun menonton pertarungan Tikus Hitam dan Zwein menarik tetapi nyawaku lebih berharga.
Namun pada saat kami akan meninggalkan wilayah pertempuran. Gerbang di belakang tubuh Tikus Hitam kembali terbuka. Kali ini ratusan cahaya hitam melesat keluar dari gerbang. Cahaya hitam itu memasuki mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah.
"Apa yang terjadi?" Insting terus menerus memperingatkanku sehingga kepalaku sakit. Aku melihat mayat-mayat setengah binatang itu bertransformasi menjadi sesuatu yang baru. Sebuah monster dengan aura hitam pekat yang mengelilinginya.
Monster mayat tersebut mengelilingi kami dan berjalan perlahan mendekati kami.
Jumlah mereka terlalu banyak hingga membuat Kale dan aku kesulitan untuk menerobos hadangan mereka. Kale menarikku dan berlari dengan sangat cepat mencoba menerobos hadangan para monster sekali lagi. Sayang sekali salah satu monster menghadang Kale. Kami terjebak ditengah-tengah para monster tersebut