Gadis itu menganggukkan kepalanya, "Pengurus panti telah dijadikan budaknya beserta aku." Aku mencoba tetap tenang sambil menyatukan kedua tangan dipagkuanku. Cerita itu telah membuat bulu kuduku berdiri, bahkan detak jantung yang tergambar oleh alat disebelahku, diagramnya meningkat.
Aku kembali memandanganya, mencoba melihat wajah resam itu. Karena rasa penasaranku sangat tinggi. Aku sedikit mengerti atas apa yang menimpanya dan membuatnya terus bergentayangan seperti ini. Jarak rumah sakit dengan rumah Kakek tidaklah jauh. Terus rumah panti asuhan itu sepertinya masih ada di kota ini, mungkin sudah ditutup. Atau sengaja disembunyikan untuk menyegel pristiwa seram itu.
Gadis itu mengambil kembali boneka beruangnya. Dia memangil boneka itu dengan mana Mr. Ben, nama yang sangat tidak asing ditelinga anak-anak seusiaku. Pasalnya, aku seperti mengenali boneka beruang ini, dia pernah tampil di acara tivi di rumah Kakek.