Resepsionis itu tidak bisa menunggu Tunner selesai dari kamar mandi, dia menitipkan pesan kekesalannya kepadaku. Ucapnya akan segera kembali keruangan ini untuk bertemu dengan Tunner. Dan, Tunner harus bersedia mendengarkan semua cerita romantisnya.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala supaya dia tidak memaksaku ikut mendengarkan cerita romantis orang dewasa. Aku sungguh tidak menyukai cerita romantis, orang-orang yang terbuai cinta, membawakan coklat di hari spesial, berani menantang maut untuk membuktikan cintanya. Sungguh aku merasa itu semua kebodohan yang mereka sembah sebagai kesucian.
Tapi, itu benar adanya, apa yang bisa diperbuat oleh anak kecil sepertiku untuk cinta. Pemahaman akan cinta saja tidak lengkap kumiliki. Bahkan cinta yang tumbuh dikeluargaku tidak lebih sebagai bentuk formalitas keluarga pada umumnya. Memang, cinta sebenarnya itu seperti apa? Tanyaku dalam hati.
