Sebegitu populernya kedua orang ini ? saudara kembar sem-sam bertarung ditengah lapangan basket menyedot perhatian para mahasiswa lain, persis dalam bayanganku, talenta mereka memang luar biasa, sem dan sam benar-benar mirip dimataku selain kepribadiannya yang berbeda. Mengenakan pakaian, penampilan, sudut pandang berlawanan.
Deg ! jantungku rasanya tertegun. Mereka benar-benar ada dua orang, seperti cerita yang dikisahkan shakira ternyata benar adanya. Laksana yin dan yang bersatu antara perbedaan satu sama lain (baik dan buruk). Mahasiswa multitalenta, tak layak hampir semua orang memuji atau bahkan memuja mereka. Kehebatan apalagi yang bisa mereka tunjukkan, kehidupan mereka sempurna.
Reisa terpaku tak bisa berkedip menyaksikan si kembar sedang berebut bola dilapangan. Berduel tanpa menghiraukan orang disekeliling mereka dibuat heboh oleh mereka.
"come on sammy…, kau pasti bisa…", teriak salah satu cewek tepat berada disebelah reisa. Kepala reisa menengok suaranya yang memancing perhatian. Cewek dengan rambut ikal panjang, wajah lumayan cantik berpakaian dress selutut sangat feminim, suara centilnya mampu memikat kucing sedang tertidur lelap. Bagaikan cheerleaders yang berteriak mendukung para pemainnya. Reisa mengelus dada tak seberani itu melakukan hal serupa seperti yang disorakkan yuna.
Keringat hangat mulai bercucuran, stamina yang dimiliki semmy jauh leibih baik dibandingkan sammy, sudah kepalang basah terjun saja sekalian, adiknya tetap berusaha tak mengalah situasi yang sudah dibuat kakaknya telah menjerumuskan dirinya kedalam permainan konyolnya. Samar- samar dari jauh sekelebat bayangan terpaut dimata semmy, reisa ? bayangan gadis itu menonton diluar lapangan. Sedikit melirik kearah sammy yang fokus pada bola yang ditangannya. "sepertinya dia sudah datang ", bisik semmy ditelinga adiknya sambil melirik letak reisa berdiri diluar lapangan. Reaksi sammy langsung mengikuti arah kakaknya mengarah, Sebelah reisa bediri yuna berteriak-teriak gila menyuarakan nama sammy. Muka merah sammy berpaling malu, kakaknya cengingisan tertawa menggoda sang adik yang selalu diikuti seorang cewek lagaknya tak tau malu seperti yuna.
Permainan seketika dihentikan.
"apa dia yang loe tanyain ?"
Dua saudara itu tertuju pada reisa. Reisa sontak kaget, Astaga! Pandangannya kesini, kerumunan cewek-cewek juga ikut dibuat salting dengan tatapan mereka.
"lihat…mereka ngelihat kearahmu yun", ujar salah seorang cewek. Yuna tersenyum-senyum kesenangan. Berdecak canda bareng kawan-kawan ceweknya.
Khayalan reisa sirnah, tak seindah dalam besitnya menganggap gadis beruntung itu adalah dirinya. Semmy punya tingkah konyol dan ramah melambaikan tangan kanannya pada reisa, dirinya hanya diam tak membalas, entah apa memang itu ditujukan untukku atau untuk salah satu cewek yang ada disekitar, berdiri disana mengeluarkan senyum seperti biasanya. Semmy ! Para perempuan menjerit histeris merasa salah satu diantara mereka sudah mendapatkan senyum manis pagi dari semmy. Sammy mengabaikan sikap kakaknya pada reisa tanpa disadari bola itu langsung direbut dari tangan semmy, Gerakan shooting lancarkan oleh sammy.
"Sekarang aku udah dapat jawaban yang kuinginkan, you lost brother". Tanpa banyak alasan lagi sammy meninggalkan arena, memenangkan pertandingan.
"Sam itu curang…" gerutuan semmy tak dapat persetujuan sammy mengalahkannya dengan tehnik yang dianggapnya tak sesuai perjanjian. Sang adik mengabaikan itu semua.
Bila dilihat secara bersamaan mereka mungkin sama, wajah, tubuh, rambut, dari ujung kaki sampai kepala semuanya serupa. Asal tau saja bagiku mereka berdua sama kerennya, hanya karakter merekalah yang membedakan itu. Kasus yang sudah biasa terjadi pada anak kembar.
Komentar dan bisikan-bisikan para gadis menggila. Kemenangan ada ditangan sammy si jenius tak terkalahkan.
"Sammy ternyata kau juga jago permainan basket", yuna mencoba menempel tubuhnya pada Sammy, sikap sok kenal yuna tak disambut hangat oleh Sammy.
"Sam…sammy…", sikap kesal yuna jadi sorotan, semua cewek berbisik mengomentari segala tindakan memalukan yuna. Kekesalan terbingkai disikap yuna.
"Udahlah yun, abaikan saja dia", saran salah satu temannya. "Enggak akan….", ketus yuna sembari mengikuti langkah Sammy.
Sammy menerobos kerumunan cewek melewati reisa sedaritadi disamping yuna memperhatikannya. Jika reisa menaruh pembicaraan yang sama seperti yuna apakah sammy juga akan melakukan hal yang sama? Mengabaikannya.
Pagi ini aku menghubungi pak handoyo dan berbicara tentang persetujuan tentang sammy menjadi pembimbingku dalam menulis naskah. Tak kusangka pak handoyo reasksinya terdengar sangat senang sampai aku disuruh mengikuti semua aktivitas yang dilakukan Sammy didalam dan diluar kampus, aku tak begitu paham maksudnya, tapi sepertinya itu bukan hal yang bagus.
" Tunggu…", suaraku tak terdengar olehnya. Reisa juga mengikuti Sammy dari belakang. "Sammy…", refleks reisa berteriak keluar nama itu. Akhirnya sammy berhenti dan memutar 180 derajat. Kearahku. Matanya melihatku berdiri disana. Sekujur tubuhku kaku dihadapannya.
Lancang! Suaraku gelapan saat menyadari kecanggungan sudah kuperbuat. Pemuda itu pasti bertanya-tanya darimana aku tau namanya.
" Kau… kupanggil gak denger", kataku agak gugup. "Maaf yang kemarin, aku…gak tau kalau kau bukan semmy", tuturku menjelaskan. Reisa tetap dengan posisinya.
Sammy berlagak bodoh tak membalas omongan reisa. Berdiri berhadap – hadapan meski jarak agak jauh riuh kerumunan cewek berkumpul, tak menguntungkan hampir semua cewek menatapku. Sinis! Tak seharusnya berbicara disaksikan banyak orang, kenekatan ku sungguh menjerumuskan pada sekurumunan ular yang siap memangsaku.
Aura ketidaksukaan disikap mereka membuat perkataanku jadi gagap.
"Ada yang ingin kubicarakan, ini… tentang kemarin…, sebelum menyelesaikan ucapanku. "Aku harus ganti baju" Sammy sudah duluan memotong pembicaraan.
"Apa…?" reisa melongo kikuk, membiarkan cowok ini pergi mungkin solusi terbaik, mimik muka sammy yang tak berekspresi saat reisa mengajaknya berbicara dan tak menjawab apapun meski kalimat basa-basi. Kegugupanku malah bertambah karena sikap dinginnya.
"Siapa cewek udik itu?", tanya yuna menarik kerah leher debi temannya, melampiaskan kemarahannya, yang lain meredam kelakuan brutal yuna menyuruhnya bersabar.
"Entahlah…, gue gak kenal"
"Tenang yun…, Sammy juga gak ngebalas omongan tuh cewek"
Sekumpulan geng yuna gregetan seperti cacing kepanasan. Tangan yuna bisa gampang mendarat dikepala reisa menarik rambutnya tanpa pikir panjang, menimang keadaan disana yuna tak sendirian.
Reisa mematung meratapi harapannya pupus.
Tiga langkah dari sammy, gaya dingin tanpa senyuman badannya lalu berputar kembali menyorot reisa.
" Sammy…", menyebutkan namanya, "tapi kau boleh panggil aku Sam jadi jangan salah lagi", berdiri tanpa ekspresi sama seperti waktu pertama kali bertemu, wajah yang sungguh menyebalkan tapi menawan, apa dia ini patung? Reisa terbuai sammy. Mengatakan namanya dengan santai membuat tumbuh kelegaan dalam hatiku. Sammy memberikan kesempatan untukku.
" Dan... tunggu aku diperpustakaan", setelah mengatakannya sammy belalu pergi meninggalkan reisa disana masih agak bengong seperti anak kecil mendapatkan ceramah.
Sammy! suaranya masih terngiang ditelingaku.
Hawa sekelilingku langsung berubah, para cewek gaduh berbisik-bisik mengomentariku dengan segala omongan mereka. Menyesali perbuatanku. Reisa tak seharusnya lancang memberanikan diri berbicara pada Sammy diantara khalayak ramai. Penyesalan reisa baru terasa saat hampir semua gadis disana membicarakan tentang dirinya.