Chereads / Semua TentangMu / Chapter 12 - Permintaan Ayah

Chapter 12 - Permintaan Ayah

Asap panas mengepul keluar dari secawan panci, letupan-letupan air mendidih berwarna kuning pekat berbau menyedapkan saat melintasi lubang hidung. Reisa mengaduk-ngaduk masakannya pelan, mengangkat sendok mencicipi sedikit rasa yang ada didalam kuah kuningnya, rasanya menggetarkan lidah.

"Aku juga mau dong kak", serobot suara seseorang mengagetkan. "Kak reisa masak apa?" tanya kira, mengintip kedalam panci. "Kau pasti suka", ucap reisa.

Kira tersenyum," Enaknya…soto betawi", tenggorokan kira menelan ludah air liurnya berasa ditelan mentah-mentah.

"Coba cicipi enak gak?", suruh kakaknya menyodorkan sebuah sendok pada adiknya.

Tanpa berbelit kira langsung sigap menerima sendok mengetes rasanya.

"Hmm…enak banget, rasanya sempurna", komen adiknya sembari mengacungkan jempol.

"Ayah mana?", tanya reisa.

"Ada dikamarnya bersiap", jawab kira.

Tangan reisa menaruh Sebagian soto Betawi keatas mangkuk besar mengangkatnya untuk diletakkan diatas meja makan. "Coba panggil ayah, sarapan pagi sudah siap", suruh reisa pada sang adik. Kepala kira mengangguk. Reisa sibuk menata perlengkapan makan diatas meja makan, semua makanan telah tersedia.

Ardiansyah dan kira datang menengok dan meneliti semua sarapan sudah tertata diatas meja makan. Ardiansyah duduk, kira senyum-senyum memandangi masakan kakaknya.

"Kelihatannya enak", ujar ayah reisa. Ardiansyah tanpa basa-basi lagi menyeruput kuah soto betawinya.

"Iyalah yah, masakan kak reisa", puji kira.

Setiap dipagi hari ardiansyah selalu menyempatkan sarapan pagi dan berkumpul bercanda bareng kedua putrinya, keharmonisan keluarga mereka terasa meskipun tak lengkap tanpa adanya ibu reisa. Kedua putri ardiansyah mampu menghapus rasa kesepiannya melewati hari tanpa sang istri.

Nasi yang sudah ditaruh diatas piring diguyur soto betawi, Ketika ibuku masih hidup sering ayah dimanjakan dengan makanan kesukaannya itu, sekarang aku ingin ayah masih bisa merasakan masakan ibu meski ibu sudah tiada, reisa berusaha belajar membuat masakan soto betawi meskipun masakannnya tak se lezat apa yang selalu dihidangkan ibunya.

Kesenangan pagi yang teringat di memory, mungkinkah ayah merindukan ibu? ayah bahkan tak pernah sedikitpun mengeluh saat megasuh kami sendirian, singel father yang sabar dan penyayang untukku dan kira.

Ardiansyah mengehentikan makanannya menengok reisa sedang melahap sarapannya.

"Reisa ..., bagaimana bimbinganmu?", tanya ardiansyah.

"Berjalan dengan lancar yah", jawab reisa tersenyum puas. Kepala ayahnya manggut-manggut senang.

"Bolehkah ayah ketemu sama guru pembimbingmu?"

Reisa terbatu-batuk tersedak makanannya, kira tergopoh menyodorkan segelas air putih pada kakaknya, tangan reisa langsung menggamit meminumnya.

"Ayah…mau ketemu guru pembimbingku?", tanya reisa mengulang ucapan ayahnya.

"Kenapa? Apa ayah gak boleh ketemu sama guru pembimbingmu?"

Reisa menelan ludah ketir." bu…bukan gak boleh yah tapi beliau…sangat sibuk", sangkalku mencari alasan.

"Cari waktu luang agar ayah bisa ketemu dengannya", pinta ardiansyah pada putrinya.

Reisa mengerti karakter sang ayah keinginannya tak bisa dibantah apalagi diberikan alasan.

"Baik yah nanti akan reisa sampaikan"

Menggamit sendoknya lagi reisa seakan tak ingin melanjutkan sarapannya. Soto Betawi yang tadinya mengeluarkan sensasi enak mendadak berubah menjadi hambar dilidah reisa.

Dirinya kebingungan diantara sang ayah dan disisi lain ada Sammy yang tak begitu perhatian terhadap urusan orang lain. Apa yang harus kulakukan?

Reisa duduk melamun diatas kursinya mengacuhkan dosen yang sedang menerangkan diruangan.

Kelas pertama ada pak handoyoh yang mengajar sastra Indonesia suara yang melengking dan menggebu-gebu serasa tak masuk ditelingaku, pikiranku melayang jauh memikirkan pembicaraan saat sarapan pagi, belum mendapatkan jalan keluar yang bisa memudahkannya untuk memilih.

"Reisa…", panggil pak handoyoh. Beberapa kali panggilannya tak dijawab sampai teman disampingnya menyenggol lengan sebelah kanan nya.

"Rei…loe dipanggil pak handoyoh tuh", sambar mita berada disisi reisa.

Reisa melongok tak paham, pak handoyoh melihat ketempat duduknya, gempar orang satu ruangan terbahak menertawakan tingkah reisa kikuk kena pergok pak handoyoh.

"Maaf pak…", ucapku penuh penyesalan. Pak handoyoh menarik nafas Panjang.

"Temui bapak nanti saat kelas selesai", timpal pak handoyoh. Tak bisa menolak.

Reisa semakin mendapatkan masalah. Hukuman apa yang akan diberikan pak handoyoh pada dirinya ketahuan meleng dijam mengajarnya? Bisa jadi reisa akan dimarahi habis-habisan karena tak bisa fokus untuk mendapat arahan, atau apa yang akan disampaikan berhubungan dengan profesinya sebagai penulis. penuh kepanikan dalam hatiku

Reisa penuh keberanian mengetuk pintu memasuki ruangan pak handoyo.

"Masuk reisa…", suruh pak handoyoh.

Reisa masuk penuh harap dan penyesalan. "Duduk…", suruh dosennya.

Menyetujui perintah pak handoyoh reisa menarik kursi yang ada dihadapannya. Ruangan pak handoyoh terasa hening sampai reisa berkata "maaf atas kejadian tadi pak", ucapku memohon pengampunan.

"Ada apa reisa? Kenapa hari ini kau kelihatan tak bersemangat?"

Beberapa detik reisa tak menjawab "katakan pada bapak ada masalah apa? Apa kau ada kendala dalam bimbinganmu?"

Reisa refleks menjawab "ah…gak pak, tidak ada masalah sama sekali"

"Lalu...? sambung pak handoyoh lagi.

Reisa termenung menatap pak handoyoh, bisakah pak handoyoh membantu ku? Pikirku dalam hati. Meminta untuk bertemu dengan ayahnya sebentar mewakili sebagai guru pembimbingnya, apa dia akan menolak? Secara beliau bukan orang yang melakukannya, tapi Sammy? Cowok itu pasti tak akan senang hati untuk menerima permintaanku dengan mudah. Entah reaksi apa yang diberikannya jika kukatakan keinginanku.

"Rei…reisa…, kenapa melamun lagi, sambar pak handoyoh menyadarkan reisa.

"Katakan apa masalahmu", tanya nya lagi.

Reisa mengurungkan niatnya untuk tak bicara "ah…gak tidak ada apa-apa pak", jawabku penuh ketegaran.

"Bapak nyuruh saya kesini buat marahin saya?", tanya reisa mengalihkan pembicaraan.

"Oh…tentu tidak reisa", jawab pak hanoyoh santai. "Bapak hanya ingin bercakap tentang bimbinganmu bareng Sammy"

Bibir reisa membentuk lingkaran "oh…tentang itu pak, saya awalnya agak keberatan tapi makin hari saya bisa menyesuaikan arahan Sammy", tutur reisa.

Pak handoyoh tersenyum senang "syukurlah…, saya pikir dia akan menyulitkanmu"

Reisa menggelengkan kepalanya. "Malah sebaliknya", ucap reisa puas.

"Terima kasih bapak sudah merekomendasikan sammy pada saya"

Pak handoyoh keheranan. "Jangan berterima kasih pada saya ucapkan itu pada Sammy"

"Maksud bapak apa?", tanyaku kurang paham. Pak handoyoh mulai serius menjelaskan. reisa mematung sangking penasarannya.

"Kau mahasiswa yang paling beruntung tahun ini, Sebagian mahasiswa lain ingin sekali dekat dan belajar dari sammy tapi mereka semua ditolak, lain dengan dirimu"

Reisa sangat kaget mendengar penuturan pak handoyoh.

"Sammy sendiri datang pagi-pagi keruangan saya dan menawarkan dirinya untuk menjadi pembimbingmu dalam penulisan naskah"

"Apa sammy tak mengatakan hal itu?"

Reisa teringat tempo hari, sammy sampai menggebrak meja perpustakaan ketika reisa bilang pak handoyoh menyuruhnya menjadi pembimbing untukku, terjawab sudah kemarahan Sammy waktu itu. dirinya tak terima saat kukatakan bila semuanya terjadi atas kehendak pak handoyoh bukan dirinya.

"Bapak senang kau gak menyia-nyiakan kesempatan itu, kau beruntung karena sammy sendiri yang ingin mengajarimu sedangkan anak lain meminta-minta tapi tak mudah untuk mendapatkannya"

reisa mengalami syok luar biasa saat mendengar semua cerita pak handoyoh.