Ditengah matahari terik didepan halte deket kampus, reisa harus bepanas-panasan menunggu angkutan lewat, shakira sudah menawarkan diri mengantar tapi kutolak
mentah-mentah ajakannya, bagi reisa sahabatnya sudah terlalu baik selalu memberi tumpangan pulang, semua anak dikampus bisa saja salah paham akibat kebaikan sikapnya, aku juga tidak mau dibilang memanfaatkan sahabat karena kepentinganku, mulai belajar membiasakan diri untuk tak menjadi benalu bagi shakira.
Suasana dihalte sangat sepi tak seperti biasanya ramai, tiap hari berderet orang menunggu angkutan umum atau bus yang lewat, sampai berdesak-desakan masuk berebut agar bisa mendapat tempat duduk. Sungguh berbeda dengan anak orang kaya yang tiap hari bisa mengendarai kendaraan pribadi tanpa harus menunggu, bebas pergi kemana pun yang mereka kehendaki. Aku tak merasa iri jika bila semua itu hanya fasilitas yang diberikan oleh orang tua, berusaha mendapatkan sesuatu yang dinginkan dengan usaha sendiri itu lebih baik, rasa syukur lebih tidak akan membuat seseorang kekurangan, malahan banyak rasa nikmat yang akan ditambah oleh Sang Penguasa. Itulah yang diajarkan ayah padaku.
Dua pemuda berboncengan membawa motor mengehentikan kendaraannya didepan reisa, suasana sekitar begitu sepi, tubuhku menegang! Tak menghiraukan kedatangan mereka
pura-pura tak gelisah akan posisi mereka, dalam hati terus berharap sebuah angkutan bisa cepat datang, Mereka turun dari motor lalu mendekat padaku.
"Cewek sendirian aja nih?!", ganggu salah satu dari mereka mencoba menyentuh lengan reisa.
Dengan sigap reisa menepisnya, "mau apa kalian?"
"Santai manis…, kita cuma pengen tas yang kau bawa itu"
"Jangan…, reisa mendekap erat tasnya. Mata reisa masih menyusuri sekitar halte nampak sepi tanpa satu pun kendaraan melintas.
" Kalau kalian macem-macem aku bakalan teriak", ancam reisa
Kedua pemuda itu malah mengeluarkan tawa mengejek. Ekspresi muka mereka layaknya setan menakutiku membuat degupan jantungku makin gelisah dari ujung rambut sampai kakiku serasa gemetaran memikirkan apa yang akan mereka lakukan. Menjambret ditengah siang bolong bukanlah hal bagus bila situasi nya berbeda, aku sudah terpojok macam anak katak yang terjepit ular.
"Coba saja…, gak akan ada orang yang menolongmu", sambar salah satu cowok itu lagi menakut-nakuti reisa makin tak ada jalan, bingung apa yang harus dilakukan, berusaha kabur tapi kedua pemuda itu sudah mencegah jalan reisa depan dan belakang.
Sebuah sepeda motor ducati warna merah melintas, selang beberapa detik berbelok pelan-pelan mengawasi sampai terhenti didepan kami. Keberuntungan menyertai reisa.
Pengendara itu turun dari motornya, masih memakai helm warna merah dengan kaca hitam tak tembus pandang, Penyelamat! Bisakah cowok ini menolongku? Pemuda yang baru turun dari motornya menengok kearahku. Apakah dia bagian dari mereka? Badanku dibuat tambah merinding ketakutan.
Reisa tak bisa mengenalinya karena kaca helm menutupi wajahnya, tak bisa disangkal cowok itu terus menyorot pandangan pada reisa, memperhatikan tepat gadis itu berdiri.
Tubuh jangkung dan proposional itu sepertinya tak asing dimataku. Mungkinkah yang kupikir benar? Tangannya melambai pada reisa lalu mencoba membuka helm yang menutupi kepalanya." Hay…kita ketemu lagi"
Haah! Mulutku hampir melongo, semmy ? Itu benar dirinya, aku mulai terbiasa membedakan si kembar.
Bibirnya tersenyum sembari berkata "sedang apa disini", tanya semmy santai seperti tak dalam situasi genting mengabaikan kedua pemuda disekitarku. Mereka tak senang dengan kehadiran semmy.
"Semmy…?" tak mengerti keadaan yang kualami sedang sangat menegangkan, hatiku sedikit lega karena adanya semmy disana. Reisa sudah putus asa berpikir tak akan ada orang lain yang menolongnya.
"Hey…jangan datang-datang sok jadi pahlawan ya?!, sumbar salah satu cowok.
Semmy diam mengamati kedua pemuda yang bertingkah. Reisa langsung berpindah tempat mencari perlindungan berdiri dibelakang semmy.
"Kalian pengecut kalau mainnya sama cewek", sahut semmy. Aku ketakutan! Bagaimana jika mereka akan melukai semmy sedangkan suasana jalanan masih sangat sepi tanpa ada kendaraan atau sosok orang melintasi jalan. "Sem…?" saking takutnya reisa terguga memegangi jaket semmy.
Semmy menyadari gadis itu pasti terkena serangan mental akibat ada dua pemuda telah mengganggunya. Punggung semmy berbalik pada reisa sembari berkata "Tenang saja…, gue ada disini", dengan senyumnya yang khas mulai menenangkan hatiku lagi.
Kedua pemuda itu mulai cemas saat melihat gambar yang terlukis dijaket semmy, burung elang terbingkai jelas dipunggungnya.
"Gambar itu…, jangan-jangan kau…, salah satu cowok mulai ketakutan.
Semmy tak berusaha melakukan apapun, sedangkan reisa bertanya-tanya apa arti dari ucapannya. Apa yang dimaksudkan pemuda itu sampai dirinya berubah jadi gugup.
"Ketua sempawah yang menjadi juara satu taekwondo dari korea?!"
Semmy hanya menatap mereka tanpa melakukan reaksi apa-apa. Kegelisahan keluar dari ekspresi mereka. "Maaf…, kami akan pergi sekarang", sambar cowok satunya.
"Tolong biarkan kami pergi", reaksi kedua pemuda itu memohon pada semmy dalam raut muka ketakutan. Tak paham dengan perubahan sikap mereka, ketegangan dalam hatiku benar-benar telah hilang.
Semmy hanya mengangguk mendengar ocehan-ocehan mereka.
Tak kusangka. Really! Apa perkataan mereka benar adanya, selain mahir dalam permainan basket dia juga ahli dalam beladiri, juara satu taekwondo dikorea. Sikap santai yang semmy tunjukkan didepan mereka sungguh membuatku tercengang, sehebat itu kah dirinya?
"Ingat! Gue gak mau ngelihat kalian didaerah sini lagi", ancam semmy mulai bicara. Kedua pemuda itu tanpa babibu langsung cabut dari tempatnya, sebelum hal buruk terjadi seperti apa yang dipikirkan mereka. Reisa tertegun pada perilaku semmy.
"Loe lagi nungguin angkutan?"
Reisa masih terbengong.
"Gimana kalau gue antar pulang, bahaya kalau disini sendirian", tawar semmy.
Reisa menengok motor semmy terparkir dipinggir jalan, sepeda motor dengan harga fantastic yang bisa mencapai satu milyar, jika kedua pemuda itu mampu memperdaya semmy sedikit saja benda itu pasti akan melayang dari tempatnya. Reisa tak mampu membayangkan bila disuruh ganti rugi atas kesalahannya akibat semmy menolong dirinya.
"Hey…, kenapa bengong?", sadarkan semmy. Reisa masih berangan-angan memandangi ducati merah milik semmy, masih dalam khayalannya. Semmy mengiba-ngibaskan telapak tangannya didepan muka reisa.
"Ayo gue antar pulang", ajak semmy lagi.
Reisa cepat menjawab, "Eh...gak usah, aku bisa pulang sendiri", tolakku.
Meskipun masih merinding mengingat kejadian tadi, sesuatu yang muncul dibenakku jauh lebih menakutkan.
Semmy langsung mengambil helm diatas sepeda motornya, memasangkan helm itu dikepala reisa, "Sem..?", cowok itu hanya acuh memeriksa kuncian helm berada diatas kepalaku.
Oh tuhan! melihat wajah semmy begitu dekat dengan wajahku. Reisa tak bisa bergerak bahkan untuk bernapas pun susah." Semmy, kau gak perlu ngelakuin ini", gumamku.
Semmy naik keatas sepeda motornya tanpa helm lalu mengisyaratkan reisa untuk melakukan hal yang sama. "Ayo naik…"
"Tapi…sem…tangan reisa memegangi helm yang membalut kepalanya.
"Apa helmnya terlalu berat?" semmy tertawa lucu. "Cepat naik", pintanya lagi. Senyum yang selalu bersinar dibibir nya membuat dia berbeda dari saudara kembarnya sammy, tak bisa kutolak lagi reisa mengikuti arahan semmy.
Manusia batu itu bahkan gak tau caranya untuk senyum dihadapan orang lain. Shaki benar! dia lebih ramah dan terlalu baik itulah kenyatannya (Seenaknya juga sih).
"Okey…, bisa kita on the way sekarang?"
Reisa menjawabnya dengan anggukan. Berboncengan dengan cowok! Aku juga baru mengalaminya pertama kali, seperti inikah rasanya bisa naik sepeda motor berdua sama cowok, beberapa detik reisa lupa apa yang dilarang oleh ayahnya, rasa penasaran dirinya melihat cewek lain diatas motor boncengan berdua sama cowok, Semmy bahkan bukan pacarnya. Mengenal lelaki, berbicara, bersama, bahkan sampai akrab tak pernah terlintas dikeinginanku, apalagi sikap ayah yang sangat menentangnya. Mimpi ini terus saja berlangsung setelah aku mengenal mereka, kejadian yang bahkan tak pernah kualami bisa terjadi dalam hidupku.