Reisa sudah berada diatas motor semmy. Semmy bersiap melajukan motor nya kencang sampai reisa gemetar agak ketakutan di jok belakang, semmy yang menyadari menarik tangan reisa memberi kode untuk berpegangan pada jaket yang dikenakannya. Situasi ini bikin aku awkward, entah sejak kapan indonesia sudah jadi negara bebas (melupakan etika dan prilaku apalagi tentang agama), Ayah! Maafkan aku, memegang bajunya saja sudah bikin aku gemetaran, tak bisa bayangkan gimana kalau ayah melihatku berdua diatas motor bareng cowok? Dan melupakan apa yang akan dipikirkan bila aku pulang diantar oleh seorang cowok, ini bencana. Reisa lupa akan bagian itu.
"Semmy…, tolong hentikan motornya", pintaku.
"Ada apa, kenapa minta berhenti?"
Pelahan-lahan semmy menghentikan motornya." Kenapa? udah nyampek rumah loe?"
"Eh…enggak bukan itu, aku turun disini aja", sahut reisa berniat turun dari atas motor.
"Aku bisa nyari kendaraan lain buat pulang", sambungnya lagi.
"Kenapa, gue bisa nganterin loe", ucap semmy.
"enggak usah…, makasih sem", tolakku.
Semmy menghalangi menghadang tubuh reisa turun,"tunggu dulu…"
Perdebatan diatas motor terus berlanjut sampai ada segerombol pemuda naik motor berkisar enam orang terhenti diantara semmy dan reisa.
Preman lagi ! pikirku. Reisa mulai kaku lagi menatap semua pemuda yang hadir disekelilingnya. Kami terkepung, bisa saja kali ini semmy tak akan selamat, otak reisa dipenuhi banyak kekhawatiran. Duduk tegang diatas motornya tak berniat memaksakan diri untuk turun lagi, semmy melihat tingkah konyol reisa mengeluarkan tawa geli.
"semmy ", secara sengaja reisa memegangi jaket semmy masih berada diatas motor.
Semmy merasa lucu tersenyum tipis pada reisa. Gadis itu tak begitu paham dengan arti sikap semmy. Bisa-bisanya dia santai disaat genting seperti ini ?! teriak batinku. Motor seharga rumah bisa hilang dalam hitungan detik. Reisa masih berangan-angan buruk tentang pikirannya sendiri.
"Tenang…mereka teman-teman gue", pungkas semmy dalam kegelisahan reisa.
"Apa ? benarkah ?!".
Reisa tak begitu saja mempercayainya. Para pemuda yang dihadapannya sekarang adalah teman semmy. Serentak membuka helm yang dipakai, mereka berpenampilan serupa anak jalanan layaknya preman pasar berwajah manis untuk ukuran pemuda yang setara dengan umurku, dari segi raut muka, mereka tak ada yang jelek apalagi memakai jaket hampir serupa dipakai semmy, hanya saja simbol elang yang terukir dipunggung semmy terletak dilengan sebelah kanan dan kiri mereka.
"sem…, kita nyariin loe", ujar salah satu temannya. Tanpa mematikan mesin motornya mengeluarkan suara kegaduhan dijalanan. Sepeda motor yang dipakai juga tak terkesan murah, salah satunya berlogo kuda jingkrak, aku yang kuper ini bahkan hanya tau akan mobilnya (biasa dipakai shakira).
"Sorry…gue ada urusan bentar", jawab semmy sambil melirik belakang punggungnya.
Reisa bersembunyi mengawasi percakapannya.
"Loe gak lupa sama hari ini kan "
Semmy mengingat-ngingat perkataan alex temannya, " Emang ada acara apa ?"
"Come on sem…balapannya hampir dimulai"
Semmy mengumpat mengeluarkan kalimat serapah, "Sorry gue lupa, apa udah telat ?", buru-buru melihat jam dipergelangan tangan.
"Hampir…, ayo kita berangkat sekarang "
"Harus sekarang ?!", tanya semmy lagi.
"Iyalah keburu telat sem"
Semmy kepikiran reisa, pasti ada alasan yang ditutupi reisa sehingga menolak niat baiknya. Semmy agak keberatan bila meninggalkan reisa dijalanan tanpa tau hal apalagi yang bisa menimpa reisa, tak mau ambil resiko.
"Siapa dia sem?", tanya satya temannya yang lain. Reisa gugup. "Loe bisa kok ajak dia", tambahnya.
Reisa seketika gelagapan namun tak bisa menolak.
"Cewek loe manis banget sem", goda abbay melirik reisa. Si zaky langsung mendorong kepalanya sampai terjungkal. "Loe selalu gak bisa liat cewek dikit aja"
"Apaan sih loe?! ", balas abbay mendorong tubuh zaky dari samping. Semmy hanya tersenyum melihat kekonyolan teman-temannya dan tak membantah perkataan abbay. Reisa plonga-plongo disebut cewek semmy.
"Kita mau lihat sesuatu yang asyik, loe mau ikut?"
Tak bisa menjawab. Riesa kikuk saat semua teman semmy memandang kearahnya penuh harap.
"Gue janji akan ngater loe pulang nanti", tambah semmy. Berat hati, Kuanggukkan kepalaku setuju.
"Oke…, kita berangkat sekarang", semmy memulai memutar starter motornya diikuti satu persatu temannya melajukan kendaraan kearah selatan dengan kecepatan tinggi, semmy memimpin didepan bersama enam motor dibelakangnya. Kira-kira kemana dia akan mengajakku?
Reisa tak pernah sekalipun naik motor kebut-kebutan hingga merasa agak takut, segenap keberanian dan rasa agak malu secara sadar memutuskan kedua tangannya memegangi jaket semmy. Kegugupan reisa dirasakan semmy hingga pemuda itu pasrah tak memprotes apa yang dilakukan reisa.
Balapan liar hampir siap dijalanan sepi pinggir kota, beramai-ramai penonton dan para pembalap ingin menunjukkan bakatnya. Kerumunan para cewek dan cowok bersatu dalam sebuah arena balap liar. Kebayang gimana hebohnya area sekitar. Bisa jadi keriuhannya akan mengundang sederet polisi yang sedang berpatroli diarea bebas jalanan.
Reisa menelan ludah atas apa yang dilihatnya sekarang. Sesuatu yang tak pernah sekalipun dikunjunginya.
Tampak luar biasa! sederet motor mahal terparkir disepanjang arena jalan, bukan balapan biasa yang dilakukan anak jalanan pada umumnya, penampilan orang-orangnya pun high class tak ada gambaran berpakaian norak sepertiku. Reisa memegangi baju kelewat biasa menempel ditubuhnya, disuguhkan pemandangan luar biasa yang belum pernah dilihat sepanjang hidupnya.
Pergaulan bebas yang selalu dibicarakan ayahnya tergambar dengan mata kepalanya sendiri sekarang. Inikah dunia semmy? Sungguh kelewat beda dari Sammy sang adik.
Mata reisa terus berkeliling melihat sekitar sampai terpaut pada anak gadis memakai hoodie warna hitam dan rok pendek selutut, mengikat sedikit rambut model bob nya dan khas poni menutupi jidat. Kira! dia disini, salahkah yang kulihat? Reisa sampai mengucek-ngucek mata meski sebelumnya tak buram.
Motor semmy terhenti memarkirnya bareng teman-teman sekelompoknya, kaki reisa sedikit agak meleng turun dari atas motor hampir kepleset jatuh karena memperhatikan bayangan kira, semmy cepat sigap menangkap tubuhnya. Abbay dan lainnya tertawa cekikian melihat apa yang dilakukan semmy.
"Loe gak apa-apa?", tanya semmy agak kuatir. Mata mereka saling berpandangan dekat sampai reisa bisa melihat jelas wajah semmy, ia yang pernah meniliti wajah Sammy dari dekat merasa ingin melakukan hal yang sama pada semmy. wajahnya terukir tak jauh beda dari sang adik hanya sedikit beda di alis, semmy agak tipis dari punya Sammy.
Reisa buru-buru memalingkan wajah dari semmy. "Iya aku gak apa-apa, makasih sem"
Fokus lagi menerawang tempat kira, mata reisa terus mencari menoleh sisi kanan kiri secara bergantian, tangan semmy begitu usil menangkap kepala reisa sampai tak bisa bergerak memutar-mutar lagi. "Loe baru pertama ketempat kayak gini?", tanya semmy tertawa lucu menanggapi reaksi reisa. Kepalaku kuanggukkan setuju.
"Keliatan jelas dari wajah loe", tambah semmy lagi sembari menurunkan tangannya dari kepala reisa. "Kelihatan norak banget ya", gumam reisa. Semmy mengeluarkan tertawa keras menanggapi kekonyolan sikap reisa. Tak terpengaruh malahan reisa berkata sesuatu yang lain.
"Sem…, aku…kayak ngelihat adikku", gumam reisa lagi. Berhenti tertawa,
telinga semmy masih terdengar "Benarkah? Sebelah mana?"
Reisa menunjukkan jarinya kesebelah kanan tak jauh dari tempatnya berkumpul.
" Kau yakin?", tambah semmy sedikit tak percaya.
Kepalaku kuanggukkan tanpa ragu.