Tok…tok…, suara pintu diketuk pelan oleh reisa, kegugupannya tak bisa disembunyikan, Shakira masih mendampingi disisinya, memastikan reisa masuk dalam rumah dengan aman, shakira menatap reisa gelisah, dirinya memberi dukungan untuk tak merasa kuatir menghadapi ayahnya.
Penghuni rumah membukakan pintu diketokan keempat. Sosok kira berdiri dari balik pintu menyambut reisa dan Shakira. Reisa merasa lega melihat bayangan adiknya disana, setidaknya kira sudah pulang kerumah lebih awal dan tak mendapat masalah, Langkah reisa berat, baru ingin menginjakkan kaki masuk suara ayahnya sudah menunggu mengintrogasinya. "darimana saja baru pulang"
Shakira ikut menegang akan sikap over yang dimiliki ayah reisa. Jemari reisa gemetar tak bisa menjawab pertanyaan yang dicetuskan ayahnya. Reisa berdiri membeku taka da respon, Shakira tak tinggal diam.
"Itu om reisa hari ini main kerumah saya", Shakira mencoba menolong reisa menjawab pertanyaan ardiansyah.
"Apa benar itu reisa?" tanya lagi sang ayah. Siku Shakira menyikut pelan lengan reisa mengode menganggukkan kepala untuk sependapat yang dikatakan Shakira.
"Iya… yah reisa pergi kerumah shaki sampai lupa waktu, maaf…" agak terbata-bata berusaha menutupi kebingungannya.
"Jangan coba bohongi ayah", tegas ardiansayah. Reisa menelan ludah ketir memberanikan diri menimpali lagi, "enggak…yah…, reisa gak bohong", sahut reisa cepat, kali ini reisa bisa menutupi ketakutan karena ada Shakira disampingnya. Keringat dingin sudah hampir membasahi area tubuh reisa. Sahabatnya membawa keberuntungan untuk dirinya malam ini.
"Baik kali ini ayah maafkan tapi lain kali jangan diulangi, jika pulang telat langsung kabari orang rumah", tutur ardiansyah diimbuhi teguran lalu berjalan masuk kedalam tanpa bertanya lebih jauh lagi.
"Iya yah… reisa mengerti"
Shakira menghembuskan nafas panjang serasa lega. Kira masih berdiri disana ikut mendengar semua pembicaraan tapi tak berkomentar akan sikap kakaknya jelas sengaja berbohong pada sang ayah, dirinya tau betul kakaknya tak pergi kerumah shakira. Reisa bertemu pandang dengan kira membisu, Kira menutup mulutnya rapat tak berbicara tentang pertemuan kebetulan sang kakak dan semua hal yang diketahuinya. Reisa menutup kasus itu, tak memperdebatkan itu lagi pada kira.
Reisa berterima kasih pada Shakira, sahabatnya telah membantu menghadapi ayahnya sampai bersedia mengantarkan reisa pulang. "Gak tau apa jadinya kalo gak ada kau shaki, makasih…", reisa mengantarkan shakira hingga halaman depan rumah.
"Udah gak usah lebay, yang terpenting malam ini kau gak kena marah ayahmu, ingat…loe bisa minta bantuanku apa saja", ucap shaki tak mempermasalahkan. "Aku juga sampai ikut ketakutan, ayahmu bener-bener serem ya", tambahnya menggoda.
Reisa malah ingin tertawa mendengar cerita Shakira. "sudah sana pulang", suruh reisa. Berat hati reisa merelakan shakira pulang meski waktu sudah tengah malam, reisa menawari shakira untuk menginap tapi gadis itu menolak dan memilih untuk balik kerumahnya.
Shakira membuka pintu mobilnya, melambaikan tangan mengucapkan selamat malam dijendela kaca mobil dan berlalu pergi. Samar-samar reisa melihat ada sebuah mobil warna hitam mengikuti belakang mobil Shakira, pengemudi nya tak asing dimata reisa, orang yang tak lain beberapa menit lalu ditemuinya.
Pak bahtiyar? Orang itulah samar- samar tampak dikaca mobil. Dalam hati reisa bertanya-tanya, mungkinkah beliau menerima perintah semmy untuk mengikuti Shakira, masih menjadi teka-teki antara kedekatan si kembar dan Shakira. Semua kejadian hari ini reisa lebih jauh mengenal semmy, sikapnya yang ramah, lemah lembut dan perhatian jadi nilai lebih dimata reisa. pemuda itu sungguh baik hati dari sang adik.
Reisa masuk kedalam menuju kamarnya, baru membuka sedikit pintu, ia mendapati tubuh kira sedang tiduran di ranjang tidur reisa.
"Kira sudah malam kakak ingin tidur", usir reisa menyuruh adiknya kembali kekamarnya, Kira langsung bangkit dari kasur berdiri mendatangi kakaknya. "Aku…ingin berbicara sesuatu pada kak reisa"
Reisa tampak acuh mulai membaringkan tubuh kekasur. "Tapi kakak sudah lelah ingin langsung tidur, besok saja", tolak reisa bersikap malas menghempaskan tubuh ketempat tidur.
Tak ingin membicarakan apapun tentang semua kejadian hari ini, ingin sedikit melupakan segala insiden yang meyeretnya masuk kantor polisi.
"Gimana kalau ayah tau apa yang kak reisa lakukan hari ini"
Reisa bangkit dari kasur "Kira jangan berusaha mengancam kakak, kau sendiri juga ada disana"
Kira menggelengkan kepalanya.
"Oke kita barter, bila kakak gak bilang ayah aku juga akan menutup mulut rapat-rapat", tawar adiknya sembari duduk menyamping diranjang.
Reisa duduk menyandarkan punggung, "Lagian untuk apa kau ada disana, lalu siapa cowok yang bersamamu? Kelakuannya sungguh buruk", oceh reisa mulai terpancing arah pembicaraan kira.
"Rega itu kakak kelasku satu sekolah dan dia…pacarku", penegasan kata pacarku digumamkan sangat lirih oleh kira, reisa masih dapat mendengarnya "Apa?! Pacar? Sejak kapan kau menjalin hubungan macam itu?"
"Kenapa kaget? Kakak sendiri juga punya cowokkan", balas kira tak mau kalah.
"Apa? Siapa? Jangan bicara ngawur", sangkal reisa tak terima,
"Buktinya cowok tadi bareng kakak, siapa hayoo?"
Reisa berpikir sejenak mencerna gerutuan kira yang salah menganggap semmy adalah pasangannya.
"Cowok kak reisa ganteng maksimal ya", goda kira mengacungkan jempol masih mendukung sang kakak yang mendapatkan seorang cowok lebih baik dari dirinya." Kira ?!" teriak reisa. Tersadar suara reisa begitu keras mencoba menutup mulut menahan agar sang ayah sedang tidur tak sampai terbangun.
"Jangan keras-keras ntar ayah bangun", mengode menutup mulut.
"Dengar…, kakak gak punya cowok, lagi pula semmy itu…, mencoba menjelaskan tapi mulut kira tak bisa diam mendapat giliran bicara, "Ooh…namanya semmy, dibanding kegantengan rega, dia diatas rata-rata, keren banget orangnya, tengah malam menahan kira untuk tak berteriak kencang mengeluarkan kekagumannya." Dari mana kakak kenal dia?", tanya kira penasaran.
"Dia… temen kampus kakak"
Kira membaringkan tubuhnya diranjang, sedikit kesal reisa "kira jangan mengalihkan pembicaraan"
Tangan kira mengajak reisa untuk baringan lagi disampingnya, berat hati reisa mengikuti arahan sang adik. "Apa kak semmy orangnya menyenangkan?"
"Ehmm…dia sangat humble pada semua orang", reflek reisa menjawab, reisa baru mengenal semmy tapi pemuda itu seperti sudah mengenalnya lama, gayanya yang gampang akrab pada orang lain juga menjadi keunikan tersendiri. "sepertinya kak reisa sangat menyukai kak semmy", timpal adiknya. Reisa berawang-awang.
"Jangan ngawur…" mendarat sebuah bantal dimuka kira. "aauww…apaan sih?!" kira tak membalas pukulannya. "Kalau suka bilang aja suka, ngapain pakai mengelak", protes kira ngedumel. Sang kakak berbalik terbaring membelakangi kira.
"kakak… gak suka anak yang bernama rega itu, dia terkesan sangat badung", ungkap reisa menasehati adiknya. Kira mencoba memahami.
"Kakak belum mengenal rega, dia anak baik kok, jadi jangan menilai orang dari awal ketemu", sangkal kira memeluk tubuh reisa dari samping.
"Apa bagusnya anak gak sopan seperti dia?", pikir reisa, mengingat kelakuan rega pada semmy yang lebih tua darinya. Gaya nya sok terkesan hebat bukan sesuatu yang gentle menurut reisa.
"rega itu cakep, keren, disukai banyak cewek ditambah dia itu tajir pula, siapa coba gak suka, aku merasa sangat beruntung jadi kekasihnya" kira berhalusinasi wajah rega sampai tangan reisa membuyarkan lamunannya, kakaknya menarik daun telinganya. "Aau…sakit kak, apaan sih?!"
"Buat menyadarkanmu dari khayalan kalau anak itu punya perilaku buruk", tak terpengaruh reisa tak melepaskan jarinya, kira memberotak memukul-mukul reisa meminta untuk telinganya dilepaskan. Sedikit gondok memegangi telinga yang ditarik reisa.
"Sekarang giliran kakak"
"Apa? Giliran apa?", tanya reisa tak paham.
"Ya ampun…, tentu aja cerita tentang kak semmy"
Adiknya terus menerus memancing-mancing reisa." Kira kakak benar-benar lelah sekarang, cepat pergi kekamarmu", usir reisa lagi. Kira menggelengkan kepala.
"Aku ingin tidur disini bareng kak reisa, boleh?"
"Terserah kaulah, kakak bener-bener capek", reisa yang lelah hanya pasrah menutup mata, Kira senyum cengingisan, tanpa tau sudah melewati tengah malam, kedua putri adriansyah saling curhat sampai lupa akan waktu,