Pagi itu semuanya terbangun kesiangan....
Riana membuka mata saat sebuah lengan kecil memeluk lehernya. Diikuti dengan ciuman-ciuman gemas di pipi. Riana menggeliat dengan mata masih setengah terpejam. Kelelahan, kekhawatiran, dan kesedihan yang berkecamuk di hatinya membuat tidurnya kurang nyenyak, sehingga menyebabkan paginya dia masih merasa lemas.
"Omar! Kamu sudah bangun?" tanya Riana sambil memicingkan matanya. Kamar itu masih remang-remang karena lampunya tidak dinyalakan, dan gorden yang tertutup rapat. Tapi Riana yakin di luar sana matahari sudah terang benderang.
"Kangen Kakak," lirih suara Omar sambil memeluk leher Riana erat-erat. "Kakak kemana aja?"
Riana membelai punggung Omar dengan sayang. Biasanya anak itu tidak se-melankolis ini karena umurnya sudah sepuluh tahun. Tapi mungkin apa yang terjadi akhir-akhir ini membuat jiwa Omar menjadi rapuh, sehingga sifatnya kembali lagi seperti anak yang berusia enam tahun.