Akhirnya Emily sampai juga di kota Alpan. Begitu memasuki batas kota, semua orang di mobil itu kompak membuka jendela. Briptu Daniel yang giliran menyetir mematikan pendingin udara mobil dan membiarkan udara alam menggantikan tugas air conditioner mobil untuk mendinginkan udara dan menyegarkan para penumpang. Angin bertiup kencang membuat rambut Emily menjadi acak-acakan. Namun gadis itu merasakan kelegaan saat menghirup nafas dalam-dalam. Paru-parunya dengan rakus menyedot udara yang kaya oksigen itu. Udara Alpan yang dingin dan segar memberinya sedikit kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi momen-momen penting dan emosional yang menunggunya di depan.
"Nggak saya sangka, ternyata saya kangen juga pada kota ini," celetuk Dokter Rio sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Karena posisi duduk Dokter Rio di bangku paling belakang yang tidak punya jendela, menyebabkan aksesnya terhadap udara segar Alpan sedikit terbatas, sehingga dia harus mencondongkan tubuhnya.