Maya mengurung diri di kamar mandi. Matanya merah. Dia merasa sangat terhina. Maya menghidupkannya shower sederas mungkin untuk mengguyur tubuhnya. Dia menangis terisak di bawah guyuran air. Bahunya berguncang -guncang.
Maya tahu dia bukan perempuan yang suci. Beberapa kali dia terpaksa melakukan pekerjaan yang hina demi uang. Tapi baru sekali ini dia melakukannya untuk keselamatan anaknya.
Maya merasa tertipu. Setelah lelaki itu puas menggagahinya, dia dicampakkan begitu saja bagai seonggok barang rusak.
"Aku sudah melayanimu. Sekarang penuhi janjimu untuk membawaku pada Chris!" bentak Maya sesudah laki-laki itu puas menikmati tubuhnya secara gratis.
"Baiklah, aku akan membawamu kembali ke Alpan. Kamu bisa bertemu anakmu disana," kata lelaki itu akhirnya.
Maya mengangkat kepalanya dan memandang lelaki itu dengan matanya yang basah. Kebencian terpancar jelas di sorot mata perempuan itu.
"Kalau kau berbohong, aku tidak segan-segan membunuhmu!" kata Maya dengan geram.