"Apa rencana kita selanjutnya?" tanya Maya setelah mereka selesai makan. "Yang jelas gue nggak mau mendekam di kamar hotel hanya untuk menghindari kejaran anak buah Paman. Gue nggak ada hubungannya dengan urusan lo."
Benny menghembus asap rokok elektriknya. Terkadang dia tidak mengerti jalan pikir Maya. Kalau dibilang bodoh, dia cukup pintar. tapi dibilang pintar, kadang pikirannya kayak anak kecil. Naif, mungkin itu kata yang cocok untuk menggambarkan sifat Maya, perempuan berusia tiga puluh empat tahun itu.
Perempuan itu terlalu nekad dan terkadang nalarnya kurang jalan. Beberapa kali Benny nyaris celaka karena tindakan Maya yang grasak-grusuk tanpa pemikiran yang matang. Namun anehnya Benny tak bisa melepaskan diri dari perempuan itu. Ada sesuatu dalam diri Maya yang membuat Benny merasa dibutuhkan dan membangkitkan superioritasnya sebagai laki-laki. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan selama menjadi suami Tania.