"Jadi kamu meninggalkan teman-temanmu sendirian?" tanya Nenek Adella dengan suara yang mengalahkan suara toa mesjid yang sedang mengumandangkan adzan isya.
Adella memandang neneknya takut-takut dan sedikit bingung. "Lah Nenek gimana? Kalau aku telat pulangnya, Nenek pasti marah-marah. Ini aku pulang, Nenek juga marah-marah. Pusing aku, Nek."
"Pusing! Pusing!" Nenek Adella malah membentak dengan mata melotot. "Setia kawanmu, mana Del?"
"Trus aku harus gimana dong, Nek?" tanya Adella setengah merengek. "Aku nggak mungkin ikut Enji mengantar Ray ke rumah sakit. Aku juga takut kalau tinggal di guest house bersama Riana dan Emily. Lagian kalau kami semua sibuk mengurusi Ray dan mencari Chris, siapa yang mengabari para orang tua? Tadi aja ibunya Riana udah cemas banget sampai menunggu di halaman. Begitu juga Bu Narti yang udah gelisah menunggu Emily."
"Iya juga ya?" Nenek Adella manggut-manggut.
"Trus yang ngabari mamanya Enji siapa? "