Jadi misteri haha
————
Mimpi -
Pikiran yang jernih. Sekeliling yang ku tidak ingat kudatangi. Dalam seketika kutahu aku bermimpi. Merasa sesuatu jatuh ke rambutku, ku menengadah ke atas untuk melihat dahan - dahan pohon berwarna oranye membaur dengar langit yang seperti terinspirasi untuk memiliki warna sama.
"Dan ini namanya pohon ek putih" sebuah ingatan masa lalu terlintas di pikiranku. Tetapi, aku tidak ingat siapa yang mengatakannya, muka yang buyar.
Dari kejauhan aku bisa mendengar orang berjalan, suara renyah daun terinjak, langkah - langkah energetik seakan berlari.
"Kau disini lagi? Semuanya mencari kamu dari tadi." Entah kenapa, dia terdengar familier. Aku ingin melihat ke arah orang tersebut, tapi aku tidak bisa menggerakkan badanku.
Secara otomatis aku menutup buku di tanganku, menaruhnya di depan dadaku. Seperti takut tertangkap membaca sesuatu yang seharusnya aku tidak baca. Nada mengeluh yang bahkan aku tidak tahu aku bisa bicarakan keluar dari bibirku-
"Lalu ? Kamu akan melaporkanku ?"
Pendatang itu, mengambil daun yang jatuh ke atas kepalaku dengan gerakan halus. Meremasnya hingga tidak berbentuk, terus melemparnya ke langit - langit.
"Masakah aku tega melakukannya."
Menyender ke pohon di belakangku, aku bisa merasakan mulutku cemberut. Tanpa mengetahui alasannya, dadaku terasa sesak.
"Aku tidak mau kembali ke situ."
"Kamu tahu tidak ada pilihan," suara kejam itu berkata, kepedulian memenuhi setiap suku kata. Terkadang kasih sayang adalah penjara terkuat di dunia ini. "nanti kamu sakit lagi."
"El," hanya satu kata- tetap saja kutahu tidak ada cara untuk membantahnya.
Untuk pertama kali, aku menengok ke arahnya. Silhouette yang buram. Hanya tangan yang terulur. Aku bergerak menangkapnya, terus dunia menghilang.
_____________
Aroma kopi merayuku bangun dari tempat tidur. Wajahku masih menikmati kehalusan bantal saat aku menyadari sesuatu. Kamarku berada di lantai 2, seharusnya kopi yang dibuat di dapur tidak tercium dari sini.
Akhirnya, memahami kalau ada seseorang di ruangan itu, aku bangun untuk melihat Cassius memandangiku dengan tatapan itu. Seakan - akan aku orang yang paling dicintainya di dunia itu. Atau sebuah tupai yang ia sedang rawat. Aku tak bisa mencerna mana realitas sebenarnya.
"Akhirnya, kamu bangun juga, udah jam 9 siang."
Mendengar itu, aku merasa aneh, karena aku belum ada rencana menulis buku ke lima aku, hari - hari aku bersama Cassius 2 minggu terakhir ini sangat bebas dan aku sering tertidur sampai jam 12 siang. Kenapa dia tiba - tiba membangunkan aku ?
Seperti memahami kebingungan aku, Cassius tertawa, menerangi ruangan itu seperti matahari, "Hari ini kita ada janji fitting baju melihat apakah ukuran gaun pengantin ukurannya sudah benar atau tidak."
Fiting baju? gaun pengantin? Aku ?
Sebentar-
"Cassius- sejak kapan kita memutuskan untuk mengadakan pernikahan asli?"
Kepalaku sakit dari memikirkannya, jangan - jangan alasan Cassius terkadang menghilang akhir - akhir ini itu karena dia sibuk mengurusi acara pernikahan?
"Pertama - tama minum ini dulu," Cassius menyodorkan flat white kesukaanku ke tanganku. Fakta bahwa permukaan gelas masih hangat menjadi penghiburan untukku. Setidaknya itu berarti dia tidak memelototi gaya tidur berantakan aku untuk waktu lama.
"Dari awal, aku berencana untuk membuat pernikahan di antara kami seperti pernikahan yang sesungguhnya. Jangan khawatir- syarat - syarat di kontrak akan tetap berlaku. Dan kebebasanmu akan tetap ada."
"Aku tidak ingin berbohong di hadapan Tuhan."
Kehidupanku dengan Cassius kemungkinan tidak akan tahan lama. Sama seperti bagaimana orang berhenti berteduh dibawah pohon begitu hujan mereda, aku akan meninggalkan tempat ini begitu Jason dan Ken berhenti mengusikku- dan balas dendamku ke Jason selesai.
"Jadi kamu sudah ada rencana meninggalkanku?" Daripada marah, Cassius mengelus kepalaku dengan kasih sayang. Sekali lagi aku tidak mengerti apa nikmatnya melakukan hal tersebut.
"Tenang saja, untuk acaranya katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Sebatas kenyamananmu. Bahkan jika kamu tidak berkata akan bersamaku selama masa sulit. Bahkan jika kamu akan meninggalkan aku sebelum maut memisahkan. Aku tidak akan menghentikanmu."
"Tidak ada yang melakukan itu."
Bagaimana reaksi orang terhadap janji pernikahan seperti itu. Masakah aku berkata, aku berjanji untuk bersama denganya sampai balas dendamku selesai. Cassius Dawson apakah kamu mengetahui dengan mata seperti apa aku melihatmu ?
Rasa bersalah melilit perutku.
"Kalau begitu kita akan menjadi yang pertama."
'Aku tidak ingin memfitnah kesakralan pernikahan,' begitu pikiranku. Cassius tidak mengetahuinya tetapi sejak awal, pernikahan ini hanya dapat menjadi asli bagiku sejak upacara diputuskan ada.
Cassius menggenggam tanganku. Dan aku bertanya - tanya apakah perasaan yang sama akan menghampiriku jika aku berhasil bergandengan tangan dengan orang di mimpiku.
"Ok, kalau begitu, tapi jangan salahkan aku kalau kamu menjadi bahan tertawaan." Peringatan tersembunyi di kata - kata, aku menyerahkan pilihan lagi kepadanya.
Tetapi, Cassius tidak mengetahui kedangkalan perasaanku kepadanya dan betapa parah ia akan diolok nanti. Atau sudah siap menghadapi hal itu, dia hanya memelukku sekali
"Ku akan senang. Selama kamu yang membuatku menjadi lelucon."
Cassius pergi dari ruangan itu, dengan maksud memberikan aku privacy untuk mandi dan ganti baju. Selama periode itu, aku kembali memikirkan mimpi hari ini dan kenapa hatiku begitu sakit saat teringat orang didalamnya. Seperti menyesali perilaku dingin aku kepadanya.
Tapi sedalam apapun aku mencoba menggali, aku tak bisa mengingat latar belakang mimpi itu dimana dan kapan itu terjadi. Sejak sepuluh tahun yang lalu mimpiku sering seperti itu. Dan aku sudah capek terbelenggu oleh misteri itu.
________
Setelah berganti kedalam sun dress yang gampang dilepas, aku pergi bersama Cassius ke sebuah toko bernama "Bride's Choice". Seluruh karyawan menyapaku saat kami masuk toko. Aku tercengang, apakah memang pelayanan mereka begini ?
"Selamat datang ke Bride's Choice, kami sudah menantikan kunjunganmu." Seorang wanita pirang dengan seragam berbeda dari lainnya menyambut kami, " Baju-baju yang di pengantin pria sudah disiapkan. Silahkan ke atas untuk mencoba gaun pengantinnya"
Cassius ternyata tidak main - main. Beberapa hal yang ia lakukan dibelakangku ? Seharusnya, aku merasa tersinggung atas perilakunya, tetapi hanya kebahagiaan mengisi hatiku. Kecewa dengan diriku yang sebegitu cepat luluh di hadapan Cassius, aku sengaja memberontak.
"Apakah aku boleh melihat model baju dibawah dulu?"
Tetapi setelah aku mengatakan itu, ekspresi canggung muncul di wajah para karyawan.
"gaun yang didesain secara spesifik oleh sir Cassius akan jauh lebih-"
Sebelum aku dapat mendengar sepenuhnya, Cassius memotong kalimat orang tersebut, "tentu saja boleh, Eli, putuskan sesuka hatimu."
Cassius Dawson, apakah kamu tidak punya perasaan ?
Kenapa dia memperlakukanku seakan - akan aku adalah dunianya. Seakan - akan ia menaruh jantungnya di telapakku, seakan - akan dia akan tetap menyerahkan segala miliknya kepadaku bahkan jika aku menghancurkannya?
Sebenarnya berapa dalam cintamu ?
Untuk mengetahui dasar perasaan Cassius, aku sengaja pura - pura tidak mengetahui usaha yang Cassius taruh dalam menyiapkan gaun pengantin itu.
"Kalau begitu aku akan melihat - lihat di lantai satu dulu."
Saat karyawan toko berusaha meyakinkanku untuk keatas, aku menyadari ada suatu hal yang ganjal. Mereka berusaha terlalu kuat untuk menghentikanku.
Tidak mempedulikan larangan mereka, aku berjalan masuk ke area baju di lantai itu- hanya untuk mendengar suara yang sangat kubenci dalam hidupku.
Susana Pie.