Chereads / Menjinakkan Suamiku Yang Nakal / Chapter 10 - Istriku?

Chapter 10 - Istriku?

"Istriku.. Istriku.." suara Xavier membuatku hampir tersedak makanan, padahal aku mau makan malam dengan tenang tanpa memikirkan apapun. Lalu apa yang dia lakukan sekarang? Memanggil diriku seperti kami saling mengenal?

Shit! Aku merasa mual mendengar suaranya.

"Istriku!! Sayang.. kau dimana?" Tanya Xavier lagi, dia langsung berlari ke arahku. Ketika melihat aku duduk dengan tenang di ruangan makan.

"Kau makan apa? Wah, kau suka kepiting? Aku tak pernah tahu werewolf suka kepiting." Entah apa yang sedang dia katakan, kenapa juga harus bertanya apakah aku suka kepiting. Dia kira serigala tak bisa makan makanan lain selain daging hewan liar?

Ckckck… aku ingin sekali merobek bibirnya.

"Ada apa? Kau sudah selesai bermain-main di perusahaan milikku?" Tanyaku dengan nada tak suka, aku masih sibuk memakan kepiting tak mau melihat wajahnya lagi. Dia duduk di depanku, menarik piring besar yang ada di dekatku. Kepiting bumbu bawang putih itu harusnya terasa nikmat saat ini, tapi sialnya Xavier malah menjilat bumbu kepiting langsung dengan lidahnya, dia menodai makananku!

Sialan!

"Apa yang kau lakukan, sialan!"

"Makan, kau tak lihat?" Tanya Xavier, dia kembali menjilat bumbu di dalam piring.

"Seperti anjing?" Tanyaku tak percaya.

"Seperti hewan pada umumnya, makan langsung dengan mulut." Ujarnya tanpa rasa bersalah.

"Kau gila? Apa yang sebenarnya kau katakan bodoh! Kenapa kau bertindak seolah-olah benar-benar binatang?" Aku tak pernah paham apa yang ada di dalam otaknya itu, apakah dia bodoh? Tapi aku rasa tidak, tak mungkin kebodohannya bisa mengalahkan diriku dengan sekali gerakan.

Bahkan aku sampai tak bisa melakukan apapun saat ini.

"Kenapa kau berpikir aku gila? Aku masih sangat waras, kita ini memang binatang. Kau pikir apa? Manusia? Ckckck, kau naif sekali. Hewan tetaplah hewan, jangan berpikir kau bisa menjadi manusia seutuhnya." Xavier menjilat jarinya dan mengelap sudut bibirnya, dia menatap mataku dengan sangat lekat, dia sepertinya sangat senang mengacaukan semua hal yang aku miliki. Bahkan makanan saja harus dia kacaukan!

"Ya, kau benar. Sudah selesai berbicara? Bisakah kau pergi dan tinggalkan aku sendirian saja?" Aku menaikan sebelah alis sambil bertanya serius padanya.

"Kenapa aku harus menuruti apa yang kau katakan? Bukankah aku suamimu? Wajar saja jika aku ingin makan malam bersama, bukan begitu? Istriku tersayang?" Xavier menopang dagunya dengan sebelah tangan, dia terus menatap mataku tanpa berpaling sama sekali. Aku langsung menghela nafas lelah, dia bisa sekali memutar balikan kata-kataku.

"Jika kau masih mau disini, maka disini saja. Aku yang akan pergi!" Aku mendorong kursi dan berusaha pergi, tapi tubuhku langsung terhenti begitu saja. Seperti ada sesuatu yang menahan diriku, seperti mantra sihir yang sangat kuat.

"Shit!! Apa yang kau lakukan, sialan?!"

"Jangan panggil aku seperti itu, panggil aku sayang, suamiku, cintaku. Apa saja, yang terdengar manis di telingaku." Kata Xavier lagi, dia bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku.

Langkah kakinya sangat pelan, aku dapat merasakan ketegangan yang begitu luar biasa. Entah kenapa tubuhku sudah bergetar hebat, nyaliku menciut saat tubuh Xavier benar-benar sudah berada di depanku. Jarak kami hanya beberapa inci, bahkan aku dapat merasakan nafas hangatnya.

"Apa yang kau inginkan! Tidakkah kau puas mengambil semua hal dariku?" Tanyaku penuh penekanan.

"Aku tidak pernah puas pada apa yang telah aku ambil darimu, ini belum semuanya. Sayangku, masih jauh dari tujuanku. Aku mau lebih, lebih lagi.." ucapannya terdengar sederhana dan sangat pelan, tapi aku tahu bahwa dia senang sekali menekan kepercayaan diriku.

Xavier, akan jadi lawan yang sangat sulit.

"Apa lagi setelah ini? Apakah kau mau mengambil nyawaku?"

"Emmm.. tidak terlalu seru jika langsung mengambil nyawamu, Istriku. Aku lebih suka mempermainkan musuhku, sebelum memakannya." Xavier kembali menyentuh pipiku, dia dengan berani mencium bibirku. Aku hanya bisa diam tanpa melakukan apapun. Ciumannya benar-benar membuatku tak berdaya, kakiku terasa lemas. Aku tak sanggup berdiri terlalu lama jika mendapatkan ciuman sialan darinya terus menerus.

"Kau menikmatinya sayang." Dia melepaskan ciuman kami, lalu dengan sekali jentikan jari tubuhku langsung bisa bergerak lagi, lebih tepatnya aku langsung terjatuh tepat di bawah kakinya. Aku benar-benar lemah dan tak berdaya, semua energi dalam diriku seperti dikuras secara paksa dan terburu-buru.