Entah sudah berapa banyak wanita yang menangis dan memohon kepada Bara agar pria itu tidak meninggalkannya. Bara terlalu tampan dan hangat untuk mereka lepaskan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memohon dan rela untuk dijadikan sebagai yang kedua.
Lagi-lagi Bara berdecih. Ternyata begitu mudah mempermainkan wanita. Dia hanya butuh wajah tampan, dan sedikit harta. Tidak lupa dengan senyum kecil dan sikap sedikit ber-ramah tamah, maka semua wanita murahan itu akan selalu berusaha menempel padanya.
Hampir dua tahun Bara menikmati pembalasan dendam itu. Setiap rengekan wanita yang menangis dan memohon, dia anggap sebagai sebuah kemenangan tersendiri yang begitu memuaskan hati.
Hingga akhirnya dia terpaksa pindah sekolah untuk kesekian kali karena urusan keluarganya. Di sekolah tersebut, seperti biasa, Bara selalu menerima tatapan memuja dari semua murid, kecuali satu. Gadis bernama Vella Cerish Ariana yang justru bersikap ketus saat pertama kali bertemu dengannya. Bahkan gadis itu terkesan selalu ingin menghindari dirinya.
Gadis yang dia ketahui telah memiliki seorang tambatan hati. Namun, bukan Bara namanya jika tidak mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Bahkan jika itu harus dengan cara yang picik sekali pun.
Mengancam, memaksa, atau melakukan hal yang sedikit tidak senonoh kepada gadis itu agar selalu takut dengannya. Persetan dengan perasaan gadis itu yang justru semakin membenci dirinya. Asalkan Vella tetap berada di sampingnya, Bara tidak keberatan untuk selalu melakukan hal buruk itu.
Hanya Vella yang benar-benar mengubah diri Bara dan seakan mengembalikan pria itu pada perasaannya semula. Pria yang begitu hangat, perhatian dan penuh cinta. Hanya Vella yang Bara rasa dapat menyembuhkan luka di dalam hatinya selama ini. Dan hanya Vella yang dapat membangkitkan sinar tulus di dalam matanya.
Sebenarnya, beberapa hari yang lalu Bara sempat menghadiri acara ulang tahun salah satu temannya, atau mungkin lebih tepatnya salah satu mantan temannya. Karena dahulu saat dia terpuruk, bukannya menolong atau memberikan sebuah semangat, pria itu justru turut mencecar dirinya. Ramond. Mantan teman, yang menghantarkan Bara untuk dapat dekat dengan Yolanda.
Entah dari mana pria itu mendapatkan nomor ponselnya, namun Bara begitu yakin dengan niat Ramond yang mengundang dirinya untuk hadir di pesta itu.
Bara hanya tersenyum kecil kala membaca sebuah pesan yang tertera di layar ponselnya. Cukup lama tidak bertemu, mereka pikir mereka akan tetap bisa menghina dan merendahkan dirinya dengan begitu mudah? Maka Bara akan menunjukkan hal yang sebaliknya.
Pria itu memarkirkan mobil mewahnya di sebuah pelataran yang cukup luas, tempat di mana pesta ulang tahun dan perayaan kelulusan di adakan di aula besar yang terletak tidak jauh dari kediaman Ramond. Bahkan baru memarkirkan mobilnya saja sudah dapat membuat semua orang yang hadir di sana menatap tanpa berkedip ke arah Bara.
Ditambah saat mereka melihat siapa yang keluar dari mobil itu, seorang pria yang begitu tampan, dengan pakaian sederhana --lebih pada casual, namun sama sekali tidak memudarkan kesan tampan di wajahnya. Apalagi mata birunya yang terlihat begitu teduh. Teduh, namun bisa menghanyutkan jika dipandang cukup lama.
Baraditya Adyasta.
Bara melihat hampir semua murid angkatannya dulu hadir di pesta itu, tidak terkecuali dengan Yolanda. Dengan percaya diri, Bara melangkahkan kakinya mendekat. Bahkan sebagian teman-temannya hampir tidak mengenali diri pria itu saat ini. Dan mereka begitu takjub dengan perubahan yang Bara lakukan.
Selain itu, tidak sedikit dari teman-temannya yang mengulurkan ponsel untuk meminta nomor telepon miliknya. Terutama kaum wanita. Tidak terkecuali dengan Yolanda. Gadis itu bahkan dengan suka rela mengucapkan permintaan maaf juga penyesalan atas apa yang telah dia lakukan kepada Bara dahulu.
Bahkan dengan tidak punya malu Yolanda bergelayut mesra di tubuh Bara, dan mengatakan bahwa dia ingin kembali pada pria itu untuk memperbaiki semua kesalahannya.
Mendengar itu, Bara hanya berdecih pelan. Lalu pria itu mulai menghina Yolanda dengan mengatakan bahwa wanita itu terlalu murahan untuk bersanding dengannya. Bahkan body Yolanda ternyata biasa saja, tidak ada hal yang membuatnya penasaran terlebih dia sudah sempat melihat keseluruhan tubuh itu saat Bara tidak sengaja memergoki Yolanda selingkuh dengan seorang pria. Dan Bara menyampaikan semua kenyataan itu dengan begitu lugas hingga membuat semua yang hadir di sana seketika tercengang dengan kenyataan yang baru saja mereka dengarkan. Sementara, Yolanda yang terus berusaha menampik sontak terdiam kala dia merasakan kalah bicara.
"Lalu, sekarang kau meminta diriku untuk kembali? Alasan apa yang dapat kau gunakan untuk menarik diriku? Bahkan tubuhmu pun terlalu menjijikkan untuk berada di dekatku. Kau terlalu murahan untuk bersanding denganku, Yolanda. Setidaknya kau harus mengembalikan keperawananmu dahulu agar aku mau denganmu. Tetapi, tidak, bahkan hanya dengan melihat wajahmu beberapa detik saja sudah membuatku merasa muak." ucap Bara begitu tegas. Membuat Yolanda lagi-lagi hanya terdiam menahan malu seiring dengan bisik-bisik dari teman-temannya yang mulai menatap dirinya dengan begitu rendah.
Lalu Bara merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah cek di sana. "Aku tidak bisa berlama-lama di sini, Ramond. Namun aku sudah menyiapkan hadiah kecil untukmu. Selamat ulang tahun, dan aku berharap kau senang menerimanya." ucap Bara sembari menyodorkan cek itu kepada Ramond.
Sontak, semua orang yang hadir di sana berjalan mendekati Ramond untuk melihat nominal cek di tangannya.
"Wah! Aku tau Bara cukup kaya, namun aku tidak mengira jika dia ternyata sekaya ini." beberapa dari mereka mulai berbisik.
"Besok jika aku ulang tahun, aku pasti tidak akan melewatkan waktu untuk memberikan dia undangan!" ujar yang lainnya.
"Dia begitu tampan! Oh, aku bahkan hampir pingsan saat melihatnya."
Sementara itu, Bara berjalan kembali menuju mobilnya dengan perasaan penuh kemenangan. Dia berhasil membalaskan dendamnya dengan mengutarakan segala kenyataan yang terjadi. Menolak Yolanda adalah hal yang sama sekali tidak merugikan dirinya. Lagi pula, saat ini hatinya sudah benar-benar ada yang mengisi. Vella Cerish Ariana. Gadis yang begitu polos, manis, dan sangat menggemaskan.
*****
"Hallo, Mila?" seru Liana membuyarkan lamunan Bara.
"Hm, ada apa?" ujar wanita di seberang sana terdengar begitu malas.
"Emm ... Kau bilang, kau akan datang ke sini? Lalu, kenapa sampai sekarang kau belum datang juga?" tanya Liana memastikan.
"Aku tidak jadi ke sana," jawab Mila begitu ketus membuat Liana sejenak mengerutkan keningnya. Apakah ada yang salah dengan sahabatnya itu?
"Tidak jadi? Tetapi, kenapa?" Liana kembali membuka suara.
Terdengar hembusan napas kasar di sana. "Bisa-bisanya kau bertanya kenapa, apakah kau sama sekali tidak sadar dengan kesalahan yang telah kalian perbuat?" sergah Mila dengan suara yang mulai meninggi.
"Ke-- kesalahan? Ma-- maksudnya ... kesalahan apa?" Liana semakin mengerutkan keningnya, bingung. Sementara Bara yang mendengar basa-basi di antara kedua wanita itu sontak menarik napasnya jengah. Segera dia merebut ponsel di genggaman Liana lalu turut membuka suara.
"Apa kau tau di mana Vella berada?" ujarnya begitu tidak sabaran.
Lalu beberapa detik kemudian terdengar gelak tawa di sana. "Hah, tepat sekali. Kalian memang dua pasangan yang serasi. Lagi pula, kenapa kau terdengar begitu panik mencari Vella? Sementara tadi malam kalian bahkan asik bercumbu tanpa memikirkan perasaannya." ucap Mila, membuat semua orang yang mendengar itu seketika membelalakkan mata mereka.