Chereads / Ketika malam pertama tak berdarah / Chapter 23 - JANJI BARA

Chapter 23 - JANJI BARA

"Siapa yang bercumbu? Sialan!" teriak Bara dengan begitu emosi. Dalam hati pria itu merutuki dirinya sendiri karena telah gegabah meminta Liana agar mengeraskan volume panggilan suara tersebut.

"Sudahlah, lupakan saja. Dan terpenting ... jangan pernah kalian mengganggu hidup Vella lagi!" ujar Mila dengan penuh penekanan pada akhir kalimatnya.

"Agh! Sial!" rutuk Bara begitu sebal kala mendapati panggilan itu sudah diputus secara sepihak oleh Mila. "Kita pulang sekarang! Hubungi yang lain dan segera kemasi barang-barang kalian!" titahnya tidak terbantahkan, lalu pergi keluar begitu saja setelah melemparkan ponsel Liana secara asal ke atas ranjang.

Sementara itu, teman-temannya yang lain sontak mengendurkan bahunya mendengar celoteh Bara. "Ah, padahal kita baru saja sebentar di sini," rutuk beberapa dari mereka lalu mulai melangkah pergi menuju kamar masing-masing.

"Tunggu, kalian bercumbu? Kau dan Bara?" ucap beberapa yang lain, dengan raut wajah bingung kala mendengar pernyataan Mila.

"Apa tanda itu ... Bara yang meninggalkannya di sana?" tanya Cia dengan hati-hati seraya menunjuk ke arah leher Liana.

"Wah ... sejak kapan Bara berubah menjadi nyamuk? Hahaha!" Nandrea mengeluarkan gelak tawanya saat mengingat pernyataan Liana saat di kebun teh beberapa menit yang lalu, tentang lehernya yang kemerahan akibat banyaknya nyamuk di dalam kamar.

"Aku tidak mengira, ternyata kisah teman makan teman itu nyata adanya." sindir yang lain seraya menatap sinis ke arah Liana. Sementara wanita yang sedari tadi menjadi pusat teman-temannya itu hanya mampu menundukkan kepala.

"Mengerikan," tambah Nandrea yang seakan belum begitu puas mencela Liana.

"Kau memang benar-benar jalang, Li." imbuh Cia seraya bergidik ngeri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya Vella saat mengetahui perselingkuhan yang terjadi antara pacar dengan orang terdekatnya itu. Lalu, dalam hati Cia berdoa agar Dio-nya tetap setia.

"Sebaiknya kita segera pergi dari sini, atau mungkin kau akan ketularan menjadi murahan seperti dia, Cia." ucap beberapa teman yang lain.

"Tidak akan, aku masih mempunyai cukup banyak harga diri dan perasaan untuk menusuk sahabatku sendiri dari arah belakang." sanggah Cia secepatnya, lalu melangkah pergi dari sana.

Sementara air mata perlahan membasahi pipi Liana, wanita itu masih setia terdiam dengan sesekali mengusap air matanya, dia tidak menyangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini. Padahal Liana sudah membayangkan seandainya teman-temannya itu tau maka mungkin saja mereka akan menaruh simpati terhadap dirinya lalu turut membantu menyadarkan ingatan Bara.

Namun, yang terjadi justru sangat berbanding terbalik dengan apa yang selama ini dia pikirkan. Bukannya membantu, teman-temannya itu malah mengolok-olok dirinya seraya melemparkan pandangan jijik. Hal itu benar-benar melukai hati Liana. Mungkin nanti dia harus membicarakan semua ini kepada Vella dan juga Mila agar para sahabatnya itu tidak ikut salah paham dan turut menjauhi dirinya. Kali ini Liana benar-benar dalam perasaan menyesal.

Mereka sudah mengemasi barang masing-masing dan kini tengah duduk di pelataran villa tersebut sembari menunggu travel yang sudah dipesan untuk menjemput mereka pulang.

Sementara Bara yang sejak awal berangkat mengendarai mobilnya sendiri karena memang dirinya selalu hanya ingin berduaan dengan Vella, kini terlihat meraih lengan Gio untuk menemani dirinya.

"Aku dan Gio akan pergi terlebih dahulu. Tetapi travel kalian juga akan segera datang, percayalah." ujar Bara kepada teman-temannya dan mulai menutup kaca mobilnya kembali.

Sementara itu, teman-temannya hanya mengangguk pasrah sebelum Bara benar-benar pergi dari tempatnya. Lalu, sesaat kemudian mereka mulai merutuk dan lagi-lagi kembali menyalahkan Liana secara terang-terangan, karena kelakuan murahan wanita itu membuat rencana mereka terpaksa harus berakhir begitu saja bahkan sebelum mereka puas untuk berenang-senang.

Selagi para wanita asik melontarkan kata-kata mereka yang begitu pedas dan menghina, para pria justru hanya saling melempar pandang karena sama sekali tidak paham dengan apa yang telah terjadi. Yang mereka tau adalah mencari Vella, lalu sesaat kemudian menerima telepon dari rekan-rekannya yang lain untuk kembali ke villa dan membereskan seluruh barang bawaan mereka. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan pada setiap benak pria yang ada di sana. Apa yang telah terjadi dengan leher Liana? Mengapa banyak bercak merah di sana?

Ditambah dengan pembahasan para wanita yang tidak henti-hentinya mengutarakan rasa sebal mereka. Teman makan teman, menusuk sahabat dari belakang, alasan Vella kabur, sakit hati, pengkhianatan? Rasa-rasanya para pria sedikit-banyak sudah dapat mengerti dengan apa yang sedang terjadi, meskipun mereka juga masih sedikit ragu dengan pemikirannya sendiri. Apakah permasalahan ini terjadi karena Bara melakukan suatu pengkhianatan dengan Liana sehingga membuat Vella kabur?

Belum sempat kembali menyimpulkan, kendaraan yang akan menghantarkan mereka pulang mulai terlihat memasuki pelataran villa tersebut, membuat para gadis dengan segera berbondong-bondong menarik koper mereka.

Sesampainya di dalam, masih harus terjadi keributan di travel itu. Di mana tidak ada satu orang pun wanita yang ingin duduk di samping Liana. Kasusnya dengan Bara benar-benar seperti mengubah Liana menjadi sebuah bakteri yang perlu mereka hindari.

Meskipun begitu, Liana hanya berdiam diri sembali mendudukkan dirinya di pojokan, bersanding dengan Reza, karena kebetulan memang hanya Reza dan Gio lah yang tidak memiliki pasangan. Sementara Gio sudah pergi bersama dengan Bara, maka Reza harus mengalah untuk duduk di samping Liana agar mereka dapat secepatnya berangkat pulang.

Di sisi lain, Bara mengendari mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dia ingin segera tiba di kota dan pergi menghampiri Vella untuk memberikan penjelasan. Baru saja dia merasakan Vella sudah mulai jatuh cinta kepadanya, namun sekarang gadis itu kembali melarikan diri dan menjauhinya.

Bara tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Perjuangannya sudah cukup panjang untuk dapat meluluhkan hati Vella dan dia sangat tidak ingin usahanya itu berakhir dengan sia-sia. 'Semua ini karena wanita sialan itu!' Lagi-lagi, di dalam hati Bara mulai merutuki Liana. Entah bagaimana dia bisa berakhir dengan meniduri wanita itu, namun Bara yakin hal ini terjadi karena Liana yang mungkin saja menggoda dirinya. Sesaat Bara berdecih, wanita bodoh itu ...

'Apakah dia berpikir bahwa dengan menggodaku di saat aku tidak sadarkan diri maka akan membuatku mudah percaya begitu saja?' Bara kembali merutuk, dia sudah cukup banyak menghadapi wanita murahan. Apalagi yang seperti Liana, hal itu sama sekali tidak akan membuatnya merasa bersalah atau pun iba.

Dia tidak akan mungkin meniduri wanita jika memang mereka sendiri tidak dengan rela menyerahkan tubuhnya. Dan Bara yakin hal itu juga pasti terjadi pada dirinya semalam. Wanita murahan itu pasti dengan piciknya menawarkan diri untuk Bara.

Bara menghembuskan napasnya kasar. Tidak mungkin dia menyetubuhi Liana jika wanita itu tidak dengan rela membentangkan diri untuknya. Bara tidak mungkin mau berkejar-kejaran dengan wanita hanya untuk menidurinya.

Tidak, kecuali gadis bernama Vella Cerish Ariana. Dia begitu berbeda. Dia bukanlah wanita murahan seperti wanita-wanita yang pernah Bara temui sebelumnya. Dan kelak, mungkin Bara akan rela membawakan seutas tali atau rantai untuk membelenggu gadis itu agar dia bisa leluasa menikmati tubuhnya.

Tanpa terasa milik Bara begitu keras dan menegang hanya karena membayangkan dia kelak akan bercinta dengan Vella. Gadis itu benar-benar bagaikan candu untuknya. Dan Bara berjanji di dalam hati, dia tidak akan melepas Vella begitu saja.