Chereads / Ketika malam pertama tak berdarah / Chapter 16 - MULAI MENYEBALKAN

Chapter 16 - MULAI MENYEBALKAN

Bara berdehem untuk memecah keheningan di antara mereka. Sebenarnya dia ingin menerima hubungan ini dengan suka hati, siapa yang tidak akan senang dan bangga memiliki kekasih seperti Yolanda? Namun Bara sadar, dia harus tetap membatasi dirinya sebelum dia jatuh terlalu dalam. Dia hanya tidak ingin terlalu percaya diri.

"Yolanda, aku sangat berterima kasih kepadamu karena kau tadi telah, emm ... membuatku tidak menanggung malu." Bara memulai pembicaraannya.

"Aku cukup tau diri dengan keadaanku. Maafkan aku karena tadi sudah dengan lancang menyatakan cinta kepadamu, dan mungkin itu membuatmu malu hingga harus berakhir menjadi bahan olok-olokan para siswa lainnya." Bara menjeda sejenak ucapannya. Lalu pria itu mempersiapkan dirinya untuk berbicara yang lebih lagi.

"Sekarang hanya ada kita berdua. Aku tidak keberatan jika kau kini menyatakan penolakanmu kepadaku, aku akan cukup tau diri tentang hal itu. Maaf, tadi aku sempat mengganggu dirimu. Aku benar-benar merasa menyesal, Yolanda," ujar Bara pada akhirnya.

Bara tidak mungkin menceritakan yang sesungguhnya jika tadi dia melakukan itu hanya karena sebuah permainan dengan teman-temannya. Yolanda sudah cukup baik untuk menerimanya di depan banyak orang dan menyelamatkan dirinya dari cemoohan para siswa. Bara cukup tau caranya berterima kasih dan menjaga hati.

Yolanda mengerjapkan matanya mendengar pernyataan Bara. "Kau ini bicara apa?" ucap gadis itu menatap lekat ke arah pria di depannya. "Aku menerimamu bukan karena aku ingin menyelamatkan dirimu. Aku menerimamu, karena aku memang setuju dengan ajakanmu, dan mulai hari ini kita telah resmi berpacaran," terang Yolanda yang lagi-lagi begitu gamblang.

Kini giliran Bara yang harus berkali-kali mengerjapkan matanya dan tetap berusaha menjaga kewarasan saat mendengar pernyataan dari Yolanda. Jadi, gadis itu benar-benar menerima dirinya karena cinta? Bara masih seolah tidak percaya dengan kenyataan yang dia dapatkan hari ini.

"A-- apa kau bersungguh-sungguh? Maksudku, emm ... kau tau, murid-murid lain sering menganggap diriku sebagai pria cupu." Bara berusaha keras menelan ludahnya. "Apakah kau tidak malu memiliki kekasih sepertiku?" ucapnya memastikan.

Sejenak Yolanda mengembangkan senyumnya. Bahkan gadis itu terlihat begitu santai menanggapi segala ucapan Bara. Berbeda dengan Bara yang sedari tadi sibuk mengontrol detak jantungnya yang begitu terasa menggebu.

"Kalau begitu anggap saja aku gila, tetapi aku memang mencintaimu, Bara." Yolanda mendekatkan dirinya ke arah Bara. "Bahkan itu terjadi sudah cukup lama," terangnya membuat detak jantung Bara semakin menggila.

'Tidak mungkin!' batin pria itu masih sulit menerima kenyataan yang Yolanda suguhkan. 'Jadi, Yolanda sudah menyukaiku sejak lama? Apakah hal itu juga yang menjadi salah satu alasan Yolanda selalu menolak pria-pria yang menyatakan cinta kepadanya?' Bara semakin sibuk dengan pikirannya, hingga akhirnya makanan yang mereka pesan datang dan beberapa waiters restoran itu mulai menata semuanya di atas meja.

"Makanlah, kau tidak akan kenyang hanya dengan memandangi wajahku," ucap Yolanda menyadarkan Bara, lalu dengan cepat pria itu meraih pisau serta garpu miliknya.

Sejak kejadian di restoran itu, mereka benar-benar menjalin hubungan seperti layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Yolanda yang ternyata begitu perhatian, dan Bara yang merasa begitu bahagia karena hari-harinya kini penuh dengan cinta.

Terhitung sudah berjalan hampir dua bulan sejak saat Bara menyatakan cinta di meja kantin sekolah itu. Sebenarnya masih banyak para siswa yang tidak menyangka dengan lelaki pilihan Yolanda, namun kenyataannya cibiran seperti apa pun tidak pernah dapat menggoyahkan hubungan keduanya yang semakin hari justru semakin tampak begitu mesra.

Di sisi lain, teman-teman Bara sepenuhnya juga tampak mendukung hubungan mereka. Walaupun pada awalnya terdapat sedikit cekcok di antara mereka karena salah satu dari mereka ada yang hendak membongkar kenyataan yang ada. Namun beberapa teman yang lain mencoba menghentikan dan mulai membuka pikiran tentang kebaikan-kebaikan apa saja yang selama ini telah Bara berikan kepada mereka selama menjalin hubungan pertemanan.

Kekurangan Bara hanyalah berpenampilan cupu, namun selebihnya pria itu adalah teman yang baik. Jadi tidak ada salahnya bagi mereka untuk membiarkan Bara bahagia. Lagi pula, sebelum ini mereka juga tidak pernah melihat Bara dekat dengan seorang gadis.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, teman-teman Bara seolah merasakan sesuatu tidak berjalan dengan semestinya. Entah mengapa, namun semakin hari mereka semakin merasa jika Bara hanya dimanfaatkan oleh Yolanda.

Hal itu pula yang membuat mereka awalnya begitu mendukung, berubah haluan menjadi selalu berusaha memisahkan Bara dan Yolanda dengan selalu membahas beberapa fakta-fakta yang sedikit-banyak telah mereka ketahui.

Seperti beberapa hari yang lalu saat salah satu dari mereka tidak sengaja melihat Yolanda sedang ingin memasuki sebuah cafe bersama dengan seorang pria yang jelas-jelas itu bukanlah Bara. Dan mereka hanya berdua dengan Yolanda yang selalu menempel pada pria itu serta memeluknya erat. Jelas sekali jika mereka bukan hanya sekedar teman.

Namun sayang, saat Bara menanyakan bukti yang dilihatnya, temannya itu sama sekali tidak bisa memberikan kesaksian apa-apa karena tidak pernah sekali pun terlintas di kepalanya jika dia harus mengabadikan momen tersebut. Hingga pembicaraan itu berakhir dengan Bara yang tidak mempercayainya, dan lebih membela Yolanda.

Hal itu terkadang membuat teman-temannya pusing untuk mencari cara agar Bara dapat tersadar. Bagaimana pun Bara adalah teman yang baik. Mereka hanya tidak ingin melihat temannya itu berakhir terluka.

Lagi pula, sebenarnya itu bukan kali pertama mereka mendapati Yolanda berjalan dengan pria lain. Pernah suatu ketika salah seorang teman Bara juga melihat Yolanda sedang berada di suatu mall bersama pria asing. Sebenarnya saat itu dia sudah berpikir untuk memotret Yolanda dengan pria tersebut, namun belum sempat dia mengabadikan momen romantis itu, sang kakak sudah terlebih dahulu menarik tubuhnya hingga berakhir dia kehilangan jejak Yolanda.

Selain teman-temannya, sebenarnya Bara sudah sering mendapat peringatan yang terkadang lebih seperti sebuah hinaan jika dirinya hanya manfaatkan oleh Yolanda dan dijadikan sebagai yang kedua. Namun, Bara tetaplah Bara, dia tidak akan percaya pada ucapan semua orang selama belum ada bukti konkret yang dapat dia lihat dan saksikan sendiri.

Meskipun begitu, sekeras apa pun pemikiran Bara, terkadang dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh teman-temannya. Terkadang dia juga merasa kewalahan dalam menghadapi segala sikap Yolanda, apalagi tentang wanita itu yang selalu meminta uang dan juga barang-barang mahal seperti tas, jam tangan, pakaian, juga perawatan salon dan skincare yang tidak kalah fantastis harganya.

Namun di sisi lain, segala bentuk perhatian yang Yolanda berikan membuat Bara pada akhirnya selalu berusaha untuk tetap bertahan. Bara selalu berpikir, memang mungkin itulah resiko memiliki kekasih cantik bahkan termasuk seorang primadona. Siapa pun pasti akan dengan rela memberikan segalanya, kan?

Bara menghela napas perlahan, kemudian mengembangkan senyumnya. Ya, dia tidak boleh terlalu banyak mengeluh.