Di sekolah, setiap murid seakan bertanya-tanya dengan hubungan Yolanda dan Bara yang begitu tampak berbeda. Biasanya mereka akan terlihat selalu bersama dengan Yolanda yang selalu tersenyum dan berjalan sembari menggandeng lengan Bara. Namun beberapa hari ini mereka bahkan sama sekali tidak melihat keduanya tampak jalan bersama.
Ya, Yolanda memang sering berjalan dengan bergelayut pada tubuh Bara. Dia selalu memegang bagian tubuh Bara jika ingin, namun sama sekali tidak mengizinkan kekasihnya itu untuk melakukan hal yang sama terhadap dirinya. Bahkan Yolanda pernah berhari-hari mendiamkan Bara saat pria itu dengan tanpa izin memegang jemarinya begitu saja.
Semakin hari hubungan keduanya tampak semakin merenggang, bahkan seiring berjalannya waktu, beberapa kali Bara memergoki Yolanda tengah menjelekkan dirinya. Mengatakan jika dia adalah pria yang tidak tau diri, dia sengaja menjebak Yolanda, bahkan pernah Bara mendengar Yolanda mengatakan bahwa selama ini wanita itu telah diguna-guna olehnya.
"Ya, untung saja ada seorang temanku yang mengetahui hal itu dan segera menyadarkan diriku," terang Yolanda saat dirinya tengah dikerubungi oleh beberapa teman wanitanya.
"Wah ... si cupu itu ternyata sangat menyeramkan! Namun, sebenarnya aku sudah menduga itu sejak awal. Mana mungkin kau mau menjalin hubungan begitu saja dengannya jika memang dia tidak menggunakan hal yang aneh-aneh!" ujar salah satu teman Yolanda.
"Huh, seluruh badanku sontak merinding membayangkan hal itu." ucap temannya yang lain seraya mengusap pelan tangan dan tengkuknya.
"Hm ... bahkan karena guna-guna itu, aku hampir menyerahkan mahkotaku yang berharga untuknya. Untung saja temanku cepat datang dan menggagalkan semuanya." terang Yolanda yang semakin bersemangat menyebar fitnah tentang Bara. Sementara Bara yang mendengar itu sontak membelalakkan matanya. Bara tidak mengira jika Yolanda akan memfitnahnya setega itu.
Di sisi lain, teman-teman Yolanda yang mendengar itu sontak membuka lebar mata dan mulut mereka. "Apa? Benarkah? Si cupu itu ... dia, dia ingin menidurimu?" pekik mereka seperti tidak ingin percaya.
Yolanda mengangguk pelan. "Hm ... namun tidak sampai terjadi. Itu berkat seseorang yang kini menjadi kekasihku. Aku diselamatkan olehnya." terang Yolanda lagi. Tanpa sadar Bara memegangi dadanya yang terasa nyeri. Beginikah sikap wanita yang selama ini dia cintai?
"Aku benar-benar tidak menyangka, si cupu itu ternyata berbahaya." ujar teman Yolanda seraya bergidik ngeri membayangkan wajah Bara yang cupu namun sikapnya ternyata begitu menyeramkan.
"Ya, bukan hanya wajahnya saja yang jelek. Hatinya pun sama!" timpal gadis lainnya.
Sejak pembicaraan itu, semakin hari sikap para murid terhadap Bara semakin berbeda. Mereka tidak hanya memandang Bara sebelah mata. Sebagian dari yang lain bahkan selalu memandangi Bara bagaikan kuman yang tidak layak hidup sembari bergidik ngeri.
Bahkan teman-teman Bara pun perlahan menjauhi dirinya karena terlalu percaya dengan setiap ucapan yang terlontar dari bibir indah Yolanda. Siapa pun pasti akan mempercayai wanita itu mengingat Yolanda, seorang primadona di sekolah mendadak menerima pernyataan cinta dari pria yang terkenal cupu. Tentu saja semua orang akan lebih percaya dengan karangan indah Yolanda ketimbang dengan berbagai pernyataan yang berulang kali coba Bara sangkal. Apalagi tidak banyak orang yang mengetahui tentang latar belakang Bara karena pria itu yang begitu tertutup sehingga tidak pernah mengajak seorang teman pun untuk berkunjung ke rumahnya.
Berita semakin menyebar dan para murid terus menekan Bara, bahkan beberapa dari mereka tidak segan menghina pria itu secara terang-terangan. Menurut mereka pria cupu dengan otak kotor seperti Bara sangat tidak pantas terus berada di lingkungan sekolah itu.
Pernah sekali Bara menanyakan hal itu kepada Yolanda. Menanyakan tentang mengapa wanita itu dengan tega memberikan segala fitnahan kepada dirinya. Namun, bukannya meminta maaf, yang Yolanda lakukan justru malah semakin memojokkan Bara. "Aku tau kau akan menyebarkan rumor tentang aku yang tengah bercinta dengan pria lain jika aku tidak melakukan hal ini padamu." tuduh wanita itu sembari menatap nyalang ke arah Bara. Membuat Bara hanya mempu mengerutkan keningnya bingung.
"Maka, sebelum kau melakukan itu semua, aku akan terlebih dahulu menjatuhkan dirimu!" ujar Yolanda begitu emosi.
Bara mengerjapkan matanya. "Apa maksudmu? Bahkan sama sekali tidak pernah terlintas di pikiranku untuk mengatakan kejadian malam itu kepada mereka." terang Bara begitu bingung.
"Diamlah ...." Yolanda menggertakkan giginya sembari menepis pergelangan tangan yang sempat di cekal oleh Bara, namun lagi-lagi pria itu mengejar dirinya dan menahan langkah Yolanda.
Yolanda menatap ke arah sekitar dengan begitu panik. Kemudian lagi-lagi wanita itu menepis tangan Bara dengan begitu kasar. "Aku kan sudah bilang jika aku tidak mencintaimu lagi, Bara! Setelah apa yang hampir kau lakukan padaku, mana mungkin aku kembali denganmu? Melihatmu saja aku masih merasa begitu takut." Yolanda sedikit berteriak sembari meremas kancing bagian dadanya dan mulai tersedu. Membuat semua orang yang berada di sekitar mereka sontak saling berbisik.
Bara menatap ke arah sekitar dengan begitu panik, "Apa maksudmu, Yolanda? Kenapa kau berteriak seperti itu? Dan apa katamu? Kembali? Aku bahkan tidak mengajakmu balikan!" bisik Bara setengah menekan suaranya.
Namun, bukannya diam Yolanda justru semakin histeris sehingga memancing orang-orang di sekitar untuk berkerumun dan sebagian mendekati mereka. Menyeret dan mencoba menjauhkan Bara dari Yolanda sembari terus mengeluarkan umpatan dan kata-kata kasar pada pria itu.
Hal itu benar-benar membuat Bara seakan trauma terutama jika akan berangkat menuju sekolah. Bahkan seluruh hinaan dan hujatan yang teman-temannya lontarkan terkadang menghantarkannya pada mimpi buruk yang membuat Bara berkali-kali terbangun pada tengah malam, lalu perasaannya semakin memburuk di pagi hari.
Dia juga kehilangan napsu makan selama berminggu-minggu lamanya, hingga harus kehilangan cukup banyak berat badan karena masalah itu. Sehingga tubuh kurusnya semakin tampak tidak berdaging.
Hal itu dengan cepat disadari oleh kedua orang tua Bara. Meskipun mereka jarang berada di rumah, namun perubahan Bara yang begitu mencolok tidak luput dari penglihatan mereka. Akhirnya perubahan itu membuat Bara dan orang tuanya terlibat pembicaraan serius. Tentu saja Bara tidak mengatakan masalahnya secara terang-terangan. Namun, dengan pembicaraan itu Bara berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk memberikan dia izin keluar dari sekolah, dan melakukan kegiatan belajar di rumah.
Bara benar-benar mengasingkan dirinya. Luka yang ditoreh Yolanda dan teman-temannya begitu dalam hingga membekas di hati dan menjadi sulit untuk disembuhkan.
Bara menatap cermin di depannya. Lalu pria itu melepas kacamata yang selalu bertengger di hidung mancungnya. Pandangannya mulai buram seiring dengan kacamata yang mulai menjauh dari wajahnya. Bara yakin jika sebenarnya dia memiliki wajah yang tampan jika saja dia tidak berkacamata dan tidak memiliki jerawat yang tumbuh rimbun di wajahnya.
Dia harus berubah! Ya, setidaknya tekat itulah yang selalu tersemat dalam hati Bara belakangan ini. Dia mulai rajin berolahraga untuk membentuk badan kurusnya menjadi lebih berisi, tidak lupa dia mengatur jadwal dan mengubah segala menu makanan untuk menunjang kelangsungan idenya.
Bara juga mulai mendaftarkan diri untuk mengikuti salah satu latihan bela diri. Selain itu, dia juga mulai rajin mencari informasi tentang perawatan wajah, dan klinik kecantikan terkemuka di kotanya. Mungkin semua yang Bara lakukan terdengar sedikit gila. Namun, untuk mewujudkan niatnya dalam membalas dendam, Bara termasuk orang yang konsisten dalam melaksanakan segala hal yang telah dia rencanakan.
Hari demi hari terus berlalu, Bara kembali menatap ke arah cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Semua berubah seiring berjalannya waktu, tubuhnya mulai terbentuk sempurna, dan segala bintik merah di wajahnya semakin lama, semakin berkurang.
Satu yang masih tetap sama. Kacamata itu, masih setia bertengger di wajahnya. Hingga akhirnya Bara mulai meminta orang tuanya untuk membantu dirinya memilihkan dokter mata terhandal. Ya, Bara ingin melakukan sebuah operasi kecil untuk membantu matanya menjadi normal, agar dia dapat melepas kacamata sialan yang selalu menarik orang-orang untuk mencela dirinya sebagai manusia cupu.
Setelah dirasa sempurna, Bara mulai meminta orang tuanya untuk memasukkan dirinya kembali ke sebuah sekolah umum. Kali ini, untuk pertama kalinya dia tampil di khalayak ramai dengan Bara yang berbeda. Dia bukan lagi manusia cupu yang bisa dihujat dan dihina sesuka hati.
Seiring langkahnya selalu diikuti dengan pandangan penuh puja. Bara yang tampan rupawan, dengan tubuh yang begitu sempurna untuk ukuran seorang pria.
Bukan hanya penampilannya saja yang berubah. Bara juga menguatkan diri untuk mengubah hatinya. Dia tidak ingin menjadi Bara yang pendiam lagi. Pendiam, pasrah, dan selalu mengalah hingga hanya dimanfaatkan oleh semua orang di dekatnya. Tidak, Bara tidak ingin menjalani masa suram yang sama. Sekarang dia sudah berubah.
Mengingat dulu dirinya selalu berjalan menundukkan pandangan. Bara kini dengan angkuh mengangkat dagunya dan menebarkan senyuman sepanjang jalan. Dia begitu ramah, memikat, namun sangat berbahaya. Terlebih untuk para kaum wanita.
Semenjak kejadian Yolanda yang mengkhianati dirinya. Bara begitu muak dengan kaum wanita rendahan. Yang dia lakukan hanyalah berenang-senang dengan mereka, membuatnya jatuh cinta, merasakan tubuhnya, lalu pada akhirnya membuang wanita itu begitu saja kala dirinya sudah merasa jengah.
Entah sudah berapa banyak wanita yang dia rusak. Meskipun begitu, Bara selalu melakukannya dengan menggunakan pengaman. Dia tidak ingin mengotori miliknya dengan liang-liang murahan milik wanita yang dengan suka rela merebahkan diri di bawahnya. Bara tidak ingin menebarkan benihnya sembarangan.
Selain itu, Bara juga tidak pernah sudi menjilat milik para wanita itu, jangankan menjilat, menyentuh pun Bara rasanya begitu enggan. Alasannya pun tidak jauh berbeda, dia tidak ingin mengotori tangan dan lidahnya dengan barang murahan.
Meskipun begitu, tanpa sentuhan di bawahnya pun para wanita itu selalu cukup basah dan begitu sangat menerima kala Bara bersiap diri untuk memasukinya. Seperti saat ini, tanpa menyentuh pun Bara cukup tau dengan melihat cairan bening yang mulai menetes keluar dari liang wanita di depannya itu. Mereka terlalu murahan. Bahkan hanya dengan melihat bentuk tubuh Bara, milik mereka bisa langsung menjadi basah karena begitu mendamba.
Dan Bara sangat muak dengan wanita seperti itu.