"CHEERS!!!!"
"BERSULANG UNTUK ANA!"
Mendengar seruan ramai-ramai seperti itu di tengah-tengah dentuman musik disco terdengar sangat menggelegar, setelah itu mereka tampak menampilkan senyuman dan tawa karena ini adalah perayaan yang sangat mendadak.
"Ini party terhebat yang pernah aku datangi, sungguh!"
Mereka semua tidak habis pikir kalau Ana bisa menyewa tempat seperti ini yang sangat di penuhi lautan manusia yang biasa minum kesini untuk menikmati minuman keras atau beberapa minuman yang non-alkohol juga, tergantung tempat menongkrong orang-orang.
Ana mendapatkan banyak pujian dari semua teman-teman kerjanya. Ia memang menyewa VIP room yang paling besar di diskotik ini dengan uang yang di peroleh menjadi wanita malam, dan ia tidak ragu-ragu menghabiskan uang berpuluh-puluh juta, lagipula masih ada ratusan juta lainnya yang berada di kartu ATM.
"Ana yang kita kenal ternyata punya duit sebanyak ini, biasanya yang keliatan paling kaya dan selalu di puji-puji itu Sasa." celetuk Miko yang biasa bisa di sebut sebagai sumbu kompor karena dirinya adalah laki-laki yang selalu menimbulkan pembicaraan yang terkadang hadis pro dan kontra.
Mereka semua tertawa, bahkan karyawan wanita yang masih berada di ruang lingkup anak-anak dapur pun kini terlihat merangkul Ana begitu dekat.
Beginilah kehidupan, jika seseorang kalau anda memiliki uang yang lebih dari batas, mereka langsung mendekat tanpa pikir panjang.
Sasa yang mendengar dan melihat kedekatan para karyawan yang sekarang terlihat melekat ke Ana pun menjadikan dirinya mengerling kecil, entah perasaan apa yang kini bersarang di hatinya, namun yang pasti ada perasaan sedikit tidak suka.
Namun, Sasa langsung menepis perasaan yang tidak seharusnya berada di dalam dirinya karena pasti akan memicu perasaan iri di dalam hati. Apalagi saat melihat Ana yang sangat senang, ia tidak mungkin bisa memiliki hati yang buruk kepada temannya.
"Selamat untuk Ana yang bertambah usia." Sasa berbicara, bagaimana caranya berbicara kali ini sangat lemah lembut.
Sampai pada akhirnya, Sasa tersadar kalau suaranya teredam oleh suara yang keras. Pada saat ini, ia langsung menundukkan kepala karena sepertinya pada malam ini yang menjadi pusat perhatian adalah Ana. Sedangkan Sasa yang tampil dengan penampilan memakai outfit yang harganya mahal, bahkan sepertinya ia yang paling heboh.
Sedangkan dari sisi Ana…
Ia tidak pernah merasa sesenang ini walaupun sebelumnya sudah menahan untuk tidak terlalu menunjukkan, tapi selagi ia memiliki banyak uang untuk merayakan ini yang baru saja di rayakan untuk kali ini saja atau mungkin di tahun berikutnya jika ia mempunyai rekan kerja lagi, ia akan merayakan kembali namun tidak dengan cara yang sama seperti sekarang.
Suara musik disko yang paling terdengar lebih dominan di tempat ini, bahkan kini beberapa orang terlihat turun di lantai dansa untuk menikmati musik DJ dan juga berkenalan dengan beberapa laki-laki bujang atau ada Om kaya raya yang bisa memungut mereka.
Namun, Ana masih disini sampai akhirnya ia melihat Sasa yang berlalu begitu saja tanpa menatap ke arahnya, menjadikan dirinya menaikkan sebelah alisnya karena tidak mengerti dengan perasaan sahabatnya yang terlihat seperti agak memberikan jarak kepadanya.
Namun yang tadinya Ana berniat untuk menyusul Sasa, tangannya di tahan oleh Roy yang tampak menatapnya dengan banyak sekali artian ekspresi yang terpasang di wajah laki-laki itu.
"Maaf, Chef. Kenapa, ya?" Ana sedikit tidak nyaman dengan tatapan Chef Roy kepadanya, apalagi ia melihat semua teman-temannya yang sudah keluar dari ruangan ini dan yang dirinya pikirkan sekarang pasti mereka sedang bersenang-senang dan tidak akan kembali dengan waktu yang cukup lama.
Roy mencekal pergelangan tangan Ana, tatapannya seperti laki-laki yang haus belaian, membuat Ana bergidik ngeri dan berusaha untuk melepaskan cekalan tangan Roy dari tangannya. "Kenapa ingin pergi? Aku belum memberikan kamu hadiah kedua, Ana." Ia berkata dengan suara yang dalam.
Mendengar itu, Ana membelalakkan matanya. Kalau di luar kerjaan atau ada yang memanggilnya, ia tidak bisa melakukan hal berbau dewasa sembarangan, apalagi itu adalah rekan kerjanya dan disini juga ada rekan kerja yang lainnya.
"Jangan lakukan apa yang berada di pikiran kamu, Chef. Apa yang kamu katakan terdengar sangat aneh, apalagi kita rekan kerja."
"Rekan kerja jika di restoran, kita berada di kuar restoran dan malah berada di ruang VIP berduaan di tempat disko, posisi kita jauh lebih free."
Ana menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, ia mencari seseorang yang sekiranya bisa ia panggil untuk menyelamatkannya dari Roy.
Tidak bisa membalas balik apa yang di katakan oleh laki-laki satu itu, Ana lebih memilih untuk membungkam mulutnya dan tidak banyak tanya.
Tidak bisa melawan Roy karena laki-laki yang berprofesi Chef itu memiliki pengaruh yang cukup besar di restoran karena jika dirinta menolak atau melakukan hal yang menyakiti laki-laki itu lagi, pasti Roy akan melakukan hal yang di luar dari nalar.
Yang Ana tunjukkan hanyalah rasa takut dengan yang berada di dirinya, apalagi kini posisinya hanya membeku dan tidak merespon apapun, untuk menolak saja dirinya tidak bisa.
"Kau tau aku memiliki kekuasaan, Ana."
"Dan kau tau kekuasaan mu akan kalah jika di bandingkan dengan ku, koki tua yang mesum. Enyahlah dari kekasih ku,"
Ana menolehkan kepala ke sumber suara untuk melihat siapa yang membelanya, dan itu adalah …
…
Next chapter