Tapi bersama Denish, ia merasa jauh lebih baik dan menerima semua perlakuan lembut Denish yang selalu memanjakan dirinya. Terlebih lagi, apa yang ia lakukan dengan Denish bukanlah tindak pelecehan, mereka memiliki kesepakatan masing-masing.
…
Di dalam mobil milik Denish sangat canggung menjadikan Ana kini hanya duduk manis, lebih tepatnya kini memiliki pose duduk yang sangat canggung di samping laki-laki tersebut.
"Maaf mengenai birthday party mu yang berantakan karena kedatangan ku dan membawa mu kesini."
Mendengar itu, Ana membelalakkan kedua bola mata sambil pendangannya tergerak cepat menoleh ke samping kanannya tempat Denish berada, duduk di kursi mobil pengemudi. Ia menggelengkan kepala dengan cepat, sial ia merasa kalau laki-laki di sebelahnya ini tidak pernah salah. "Tidak, lagipula apa yang kamu lakukan tidak salah. Itu tadi sudah berada di penghujung dan tinggal memuaskan diri sendiri di diskotik, jangan berkata begitu."
Namun kini ia kembali ingat dengan apa yang di katakan oleh Denish mengenai laki-laki yang menyebutkan kalau ini adalah hari ulang tahunnya yang berarti… Denish mengetahui hari ulang tahunnya?
"Tunggu sebentar, darimana kamu tau kalau aku sedang berulang tahun?"
"Aku stalk akun instagram milik mu dan menemukan story snap mu sampai berubah menjadi titik semut,"
Mendengar itu, kedua pipi Ana memerah. Yang benar saja, Denish tau ke-alay-an dirinya di snap yang terkadang ia sangat suka spam jika memang sedang menghadiri acara atau berjalan-jalan.
'Mati gue, citra sebagai wanita elegant benar-benar turun.' Yang berbicara ini adalah batin Ana, dan dirinya langsung mengepalkan kedua tangannya di samping tubuh.
Denish menatap Ana yang… terlihat aneh? Entahlah, mungkin wanita itu merasa kalau dirinya lancang karena sudah mengecek —stalk— instagram wanita tersebut. "Maaf, tapi kamu sombong karena tidak follow akun ku."
"HAH?!" Ana terkejut. Ia adalah wanita yang paling malas mengecek notifikasi, jadi ia lebih suka menggunakkan fiturnya daripada mengecek pemberitahuan.
Denish mengernyit, dan kini melihat wanita di sampingnya langsung grasak-grusuk mencari ponsel yang ada di tas, tas tersebut berada di pangkuan wanita tersebut.
Ana buru-buru, dan sekarang ponselnya sudah berada di genggaman tangan. Menyalakan benda elektronik itu, menekan aplikasi yang di sebutkan Denish, setelahnya benar saja ia melihat akun besar Denish mengikuti akunnya.
"Maaf… aku baru melihatnya."
"Tidak masalah."
Ana segera mengikuti balik akun Denish. Pertanyaannya cuma satu, kenapa laki-laki itu bisa mengecek akunnya? Apakah sebenarnya Denish penasaran dengan kehidupannya?
APAKAH ARTINYA DENISH MULAI MENARUH RASA KEPADANYA? Hati Ana menjerit. Kalau bisa, ia akan salting di tempat, ini ia lakukan jika tidak ada Denish tentu saja.
"Ingin hadiah apa? Di belakang jok sudah ada beberapa hadiah untuk mu." Denish sedang membersihkan kaca tengah mobil, setelah itu membenarkan letaknya karena tadi sedikit miring.
Ana menganga, ia tidak tau kalau ada laki-laki se-gercep Denish di dunia ini. "Hadiah?!" Dan ia langsung saja memiringkan tubuh dan kepalanya menoleh ke belakang, ia bisa melihat ada bucket bunga mawar yang besar setelah itu ada kotak kado yang berjumlah banyak.
"Umur mu 21, kan? Total kadonya sesuai dengan umur mu." Denish berkata seperti ini dengan nada bicara yang sangat cool, bahkan kini dirinya berbicara dengan enteng seperti tidak terbebani.
Ana tidak bisa berkata-kata. Ya, dia adalah wanita matre yang selalu mencari laki-laki yang memiliki segi keuangan yang tinggi. Tidak boleh munafik, ia menjunjung tinggi kalau tidak boleh mencari laki-laki yang mengajaknya susah, ia tidak sebodoh itu walaupun ayahnya tidak pernah memberikan kehidupan yang pantas.
Namun, entah kenapa yang awalnya ia memang sangat matre dengan laki-laki, namun di datangi Denish yang tanpa di minta seperti langsung memberikan materi yang laki-laki tersebut punya kepadanya.
Baiklah, ia seperti gambaran wanita bodoh yang hanya berdiam diri sambil mengerjapkan kedua bola matanya. "Apa?!" Ia memekik dengan volume kecil karena tetap saja tidak ingin membuat orang lain bertanya-tanya, namun menapa parkiran diskotik sangat sepi?!
Denish sedaritadi mendengar Ana yang memekik, entah kenapa wanita ini sangat heboh. Namun tenang, ia tidal merasa risih dan malah menyukainya karena sepertinya kini Ana sudah bisa berada di kendalinya. Ia menunjukkan senyuman miring ketika bokongnya sudah kembali mendapatkan duduk yang nyaman setelah dirinya membenarkan kaca tengah mobil. "Kau tau imbalannya, bukan?"
Ana mengerutkan kening, setelah itu ia melihat Denish yang menurunkan kepala sebentar, seperti menatap ke area bawah laki-laki tersebut dan kembali meletakkan pandangan kepadanya.
Ia adalah wanita nakal, tentu saja dirinya tau maksud dari kode yang di berikan Denish kepadanya. "Dengan senang hati, kau selalu meminta imbalan saat memberikan ku sesuatu." Ia menjawab dengan menekan kata 'imbalan' karena memang memiliki arti yang dewasa.
Denish tidak banyak berbicara, ia duduk dengan posisi menggairahkan dan kini bergerak melebarkan kedua pahanya. Setelah itu, ia menepuk-nepuk pahanya sebanyak 3x seperti memberikan perintah.
Melihat itu, Ana tersenyum miring. Mereka dekat karena memiliki nafsu yang serupa. Yang laki-laki memiliki nafsu tinggi untuk melakukan hubungan badan, sedangkan yang wanita bisa selalu menuruti dan tidak memiliki rasa lelah. Rasa lelah? Apa itu? Ana sudah memiliki pekerjaan ini pas satu tahun yang lalu, bahkan saat SD pun ia membantu mencuci piring di warteg hanya untuk mendapatkan uang saku.
Jika di suruh adu nasib, ia tidak akan menjawabnya karena kehidupannya sangat keras, atau mungkin masih ada yang lebih buruk di bawahnya.
Ana pun mulai beranjak dari duduknya dan kini dirinya merangkak dan duduk di pangkuan Denish yang langsung membuat tubuhnya setara dengan laki-laki tersebut walaupun dirinya masih sangat kecil jika di bandingkan dengan Denish.
"Kau menginginkan imbalan? Ingin membuat mobil ini bergoyang jika di lihat dari dalam?"
"Dan kau bisa melakukannya dengan pelan, sayang. Kau yang mengambil alih di hari ulang tahun mu, jadikan aku sebagai mangsa mu, Ana."
Ana tersenyum, ia membelai rahang Denish. Setelah itu, tanpa memberikan aba-aba pun langsing melumat bibir laki-laki tersebut dengan gerakan sensual, bahkan ia tidak segan-segan menggoyangkan pinggul yang menjadikan miliknya bergesek dengan milik Denish walaupun masih terbalut celana kerja.
Dari lumatan di bibir, Ana beralih menjilat telinga Denish, setelah itu mulai turun ke leher dan menjilati leher laki-laki tersebut dengan gerakan sensual.
Denish terasa kalau debaran di dadanya kini menyebar di sekitar dadanya dan menjadikan dirinya tidak tahan dan langsung menurunkan dress yang di kenakkan oleh Ana dan terlihat belahan dada wanitanya yang sangat menggairahkan.
"Kamu memang menganggap ku mangsa, Ana. Tapi tidak dengan mangsa seperti ku yang hanya pasrah saja, aku tidak seperti itu."
…
Next chapter