Setelah jay menerima pakaian ganti dari Feby dirinya pun melihat bahwa pakaian yang dikenakannya cukup nyaman, hanya saja kemudian dia harus menyadari bahwa untuk beberapa bagian terasa longgar, hal ini tentunya terjadi dikarenakan ukuran tubuh dari orang tua Feby pasti lebih besar dibandingkan dengan dirinya
Sambil menunggu Feby yang juga mandi, Jay kembali ke ruang tamu untuk membereskan buku pelajaran dan juga peralatan sekolahnya, yang hanya dia tinggalkan begitu saja ketika dirinya pergi ke dapur untuk memasak dan kemudian dilanjutkan makan bersama dengan Feby
Di momen seperti ini dirinya merasa bosan, sehingga kemudian tanpa sadar dirinya mencoba untuk merogoh kantong yang ada di tas sekolahnya, tidak menemukan apa yang dia cari kemudian barulah jay tersadar, bahwa apa yang dia cari yaitu handphone dia belum memilikinya sehingga kemudian dia hanya bisa menggelengkan kepala sebagai tanda tidak berdayanya.
(" Ahhhh....kenapa gua pikun sih, jelas guaga punya hp, dan saat kelas 3 yaitu satu tahun lagi buat kesana" ) kata Jay mengeluh di dalam hatinya, menyadari betapa bodohnya dirinya, tetapi kemudian setelah Jay berpikir kembali model handphone di tahun ini sepengetahuan dirinya tidak ada yang memiliki sentuhan layar, hanya ada produk Amerika ipod yang berasal dari Apple, yang memiliki fungsi touchscreen
Hanya ketika pada awal tahun 2007 HP legendaris iPhone yang memiliki layar sentuh akan di pasarkan, dan untuk di Indonesia sendiri jay tidak memiliki pengalamannya tersebut, dia hanya ingat kemudian ketika dirinya naik ke kelas 3 SMP orang tuanya memberikannya ponsel dengan merek Nokia yang bisa dikatakan sebagai raja telepon pada masanya
Dan akan tenggelam dan pada akhirnya bangkrut seiring perkembangan zaman, melepaskan hal itu semua tanpa jay sadari sebuah aroma harum bercampur dengan wangi bunga meresap ke dalam hidungnya hal ini tentu saja membuat jay merasa sedikit rileks, mengikuti sumber aroma tersebut dirinya kemudian baru menyadari bahwa sumber dari bau harum tersebut berasal dari Feby
Yang saat ini tengah menggunakan piyama cantik berwarna merah muda dengan handuk yang masih membungkus rambutnya, Feby terlihat menjadi jauh lebih cantik dengan wajahnya yang segar dan kulitnya yang putih, Jay bisa mengatakan bahwa tampilan feby saat ini, sangatlah baik dibandingkan ketika bertahun-tahun kemudian di masa depan
Ketika make up dan juga seni merias wajah menjadi jauh lebih berkembang, dan teknologi menjadi semakin maju dengan filternya, sangat susah untuk membedakan antara wanita cantik asli dan mereka yang menggunakan riasan ataupun filter sebagai penutup dari wajah asli mereka, jadi di saat ini Jay harus mensyukuri bahwa dia bisa kembali ke masa lalu di mana saat ini banyak wanita masih akan terlihat lebih alami
" Cantik lu Feby" puji Jay secara tiba-tiba kepada Feby yang saat ini masih mengeringkan rambutnya, sontak saja hal ini membuat Feby terpana dan untuk sesaat berhenti melakukan pengeringan rambut yang ia lakukan, hanya setelah beberapa saat dirinya kembali tersadar dan wajahnya memerah dengan cepat
" Aaaaa.....emang udha cantik...gua dari dulu" kata Feby dengan bangga mencoba menutupi rasa malunya (" idiot.....si Jay.....") Keluh Feby di dalam hatinya tapi entah kenapa ia merasa malu dan juga senang
" Sekarang karena gua nginep dirumah lu, gua tidur dimana Feby?" Tanya Jay memecah suasana
" Emmm..dimana yah, Feby berpikir sementara, tetapi kemudian dia cepat ingat bahwa ada satu kamar tamu yang ada dirumahnya yang jarang digunakan, tetapi tetap bersih terawat dengan baik, karena ibunya suka membersihkan kamar tersebut, terlebih kamar itu ditujukan bagi tamu dan saudaranya yang datang untuk menginap
" Di kamar tamu, udah gua siapin ko" balas Feby
Namun saat dirinya baru saja selseai berbicata '" jprettt" suara aliran listrik terputus dan sekejap lampu padam, membuat seluruh rumah gelap gulita
" Ahhhh.." teriak Feby takut dan reflek langsung berlari ke arah Jay
Jay yang tiba-tiba merasakan kegelapan di depan matanya pada awalnya terpana dan bingung, namun kemudian tetap mendengarkan teriakan dari Feby dirinya menyadari bahwa terjadi mati lampu, dan saat dirinya akan berbicara tiba-tiba saja tangannya dipeluk dengan erat oleh sosok Feby, belum lagi wangi dari aroma sampo yang dipakai oleh Feby membuat ja yang semula bingung, menjadi nyaman untuk sesaat. " Jay....mati lampu....gua takut" kata Feby dengan suara terendam saat dirinya membenamkan kepalanya di samping Jay, sambil memegang erat tangan Jay
" Ok...tenang Feby.....lepasin dikit sakit tangan gua " kata Jay dengan nada menghibur tetapi juga meminta Feby untuk melonggarkan cengkraman tangannya
" Sekarang karena mati lampu, lu tau ga dimana lampu emergency atau lilin?" Tanya Jay mulai mengintruksikan Feby
" Ada....di ruang tengah di laci telepon" kata Feby membalas Jay
Setelah mengetahui hal tersebut kemudian jay pun berpikir untuk pergi ke sana, hanya saja kemudian jahe harus mengalami kesulitan dikarenakan Feby yang ketakutan dengan keadaan mati lampu tersebut sehingga pada dasarnya menyolatkan jahe untuk melangkah, butuh perjuangan ekstra bagi jaya untuk tiba ke ruang tengah di mana lilin atau lampu emergency tersebut berada
Dikarenakan Feby yang jelas ketakutan dan memeluk erat tangannya sehingga dalam hal ini menyebabkan jay kesulitan untuk berjalan, hanya ketika dirinya telah sampai di depan laci telepon dan membuka laci tersebut, Jay sedikit senang karena mendapati sebuah lampu emergency dengan sekotak lilin di dalamnya, tak lupa ada korek gas dia juga korek kayu yang dijadikan satu di dalam laci tersebut
" Ok udah dapet nih, biar gua yalain dulu" kata Jay kepada Feby memberitahu
Tak lama kemudian sinar terang pun tersaji di ruang tengah tersebut ketika lampu emergency dinyalakan, dan Feby yang ketakutan kini bisa dikatakan sedikit mengendurkan cengkramannya terhadap Jay dan perasaan takutnya berkurang " lu udah gede takut amat sama gelap" kata Jay tidak berdaya saat melihat sikap dari Feby
" Yeee...emang kenapa kalo gua takut, masalah buat lu!!" Kata Feby membalas dengan kesal kepada Jay
" Nah itu ga usah gua jawab, lu pasti tau jawabannya heheheh" kata Jay dengan ambigu dan Feby yang mendengarkan hal itu tercengang karena setelah memikirkannya dia sadar bahwa ini adalah jawaban sindiran yang dibalas oleh Jay " ughhh" tak bisa membalas Feby hanya terdiam
" Kalo gitu sekarang gua mau tidur ngantuk, lu bisa ke kamar lu" kata Jay meminta berpisah dari Feby
Namun kemudian Feby menyadari hal tersebut dan menjadi tidak senang, meski dirinya kesal dengan apa yang dikatakan oleh Jay tetapi dia harus menyadari bahwa dia memang memiliki rasa ketakutan terhadap kegelapan dan juga gluduk, apalagi saat ini dirinya hanya bersama dengan Jay jika keadaan normal dia akan berani tidur sendiri tetapi saat ini jelas dia merasa takut "emmm Jay tidur di kamar gua aja yah" kata Feby dengan menunduk kepala dan merasa malu
Jay yang mendengar hal tersebut kaget dan menatap Feby seolah tak percaya " yakin lu????" Kata Jay
" Emmm.." balas Feby
" Ok kalo gitu" kata Jay membalas namun kemudian sebuah suara terdengar di telinga nya [ Misi dirilis....berhasil dapatkan pelukan dan ciuman dari Feby]
[ Hadiah Misteri] suara sistem yang jarang terdengar kini bersuara di telinga Jay