Melihat reaksi Noni yang malu tentu saja dalam hal ini Jay merasa sangat senang, bisa merasakan perasaan santai dan juga rileks di waktunya saat ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditukar dengan apapun, ada pepatah yang bilang bahwa masa yang paling indah adalah masa di waktu sekolah, Dan Jay yang merasakan hal tersebut kembali diulang kali ini harus dengan bulat menyatakan bahwa dirinya sangat setuju dengan pepatah tersebut.
Setelah Pak Budi menyelesaikan pelajaran bahasa Indonesianya berselang 5 menit kemudian muncul seorang guru perempuan, berpostur agak kecil dengan menggunakan kacamata, terlihat tersenyum sangat ramah memasuki ruang kelas, seperti biasanya kembali lagi Nurul yang melihat bahwa guru telah masuk ke dalam kelas segera memimpin teman-temannya untuk memberikan salam.
" Pagi....Bu...." Jawab serentak satu kelas
" Ok...ini udah agak siang....jadi paginya udah lewat " jawab Bu Retno nama guru kesenian yang saat ini ada di meja guru
" Baiklah kalo begitu, catat dulu materi tentang musik ini, setelah itu kita akan segera menuju ke ruang kesenian" berkata Bu Retno meminta Nurul untuk menulis materi singkat tentang musik di papan tulis
Sudah menjadi hal yang umum jika seorang siswa membantu guru dalam menulis materi di papan tulis, jadi tanpa perlu banyak perintah lagi seluruh murid yang ada di kelas Jay saat ini sedang mencatat materi tersebut, dan tak lama kemudian ketika Nurul selesai mencatati papan tulis dan teman-teman lainnya juga selesai mencatat, Bu Retno yang telah mengamati bahwa waktu sudah berlalu cukup, kemudian meminta boleh turut yang ada di kelas untuk bersiap.
" Iya, sekarang sudah waktunya bagi kita ke ruang kelas musik, dan jangan lupa bawa suling kalian" berkata Bu Retno kepada seluruh siswa dan segera pergi menuju ke ruang musik terlebih dahulu
Jadi kemudian tanaman setelah Bu Retno keluar dari kelas, murid-murid yang ada di kelas jahe saat ini sibuk mengeluarkan suling yang telah mereka bawa dari rumahnya.
" Yahhh....akhirnya kita bisa pamer jugaaa...." Kata Fandi dengan nada bangga memegang suling putih ditangannya
" Kaya bisa main aja luuu....!!!" Balas bagus ketus menyindir Fandi
" Yeee.....lu kan tau, gua paling jago main suling!!" Kata Fandi berkilah
" Basiiii....lu berdua...amatir banyak omong" balas Ferdi menyela keduannya
Saat ketiganya berdebat tentang masing-masing kemampuan dalam menggunakan alat musik suling di sisi lain aja yang mengeluarkan sulitnya yang berwarna perak segera menarik perhatian ketiganya.
" Gilaaaa.....kerennnn....beli dimana lu jay?????" Berkata Fandi dengan cepat sambil segera merebut suling yang dipegang oleh Jay
" Iya kerennn....warnanya perakkkkk...." Kata bagus menyetujui
" Ehhh...lu cat atau diapain itu Jay?" Ferdi bertanya penasaran
" Itu bukan suling gua, itu suling temen gua, kebetulan gua pinjem" kata Jay menjawab polos kepada ketiganya, seolah tak ada yang istimewa
" Cckckck...ternyata barang pinjeman..." Balas Ferdi
" Terussss????" Tanya Jay kepada Ferdi "
" Gua juga mau minjem" kata Ferdi dengan malu
Dan segera ketiganya membalas Ferdi dengan jari tengah, sambil berjalan keluar dari kelas
Melihat dirinya di acuhkan dan ditinggalakan oleh ketiganya, Ferdi segera berlari dan berteriak menyusul " sialannnnn luuuu...pada...tungguin gua woyyy...!!!" Berkata Ferdi segera menyusul
Ruang musik di sekolah Jay berada di lantai 3 yang tepat di atas kelas yang Jay tempati saat ini, sehingga untuk menuju ke kelas musik tersebut tidak dibutuhkan waktu lama, hanya dalam waktu singkat mereka segera tiba di ruang musik, hanya saja dikarenakan keterlambatan ketiganya mereka terpaksa harus duduk di barisan depan.
Karena pada dasarnya barisan belakang dan juga tengah telah terisi, lihat bahwa mereka akan menjadi pusat dari sorotan, tempatnya memiliki perasaan yang berbeda-beda, di sisi lain dia merasa biasa saja karena pada dasarnya dirinya sudah terbiasa duduk di keramaian, apalagi saat ini dirinya Hanya duduk di depan kelas jahe tidak merasakan apa-apa.
Tetapi hal tersebut berbeda dengan yang dirasakan oleh ketiganya yaitu Ferdi Fandi dan juga bagus, sebagai siswa SMP yang pemalu mereka pada dasarnya memiliki perasaan yang tidak enak harus menjadi pusat perhatian dari kelas, maklum saja ketiganya bisa dikatakan memiliki kepribadian yang sedikit nakal namun tetap pemalu.
Jadi ketika dihadapkan dengan posisi duduk yang berada di depan guru persis mereka seketika menjadi pengecut, dan hal tersebut tentunya terlihat oleh teman-teman yang telah terlebih dahulu menempati posisi yang sekiranya dianggap bagus oleh mereka, menyaksikan jay dan juga ketika temannya memasuki ruang musik dan mendapati bahwa mereka harus duduk di depan kelas, ada satu pikiran yang ada di otak mereka semua yaitu pasti ada pertunjukan yang baik.
Karena pada dasarnya semua murid sudah hafal dengan kebiasaan dari Bu Retno yaitu guru, di mana setiap kali beliau mengajar dia akan selalu memulai dari posisi depan jadi bisa dikatakan, posisi depan adalah posisi yang sangat panas dan seringkali dihindari oleh masing-masing murid yang ada.
Melihat bahwa kelas sudah terisi penuh Bu Retno kemudian menarik perhatian semua siswa yang hadir sambil berkata " kali ini kita akan latihan dalam menyanyikan lagu wajib nasional dengan menggunakan alat musik suling, disini sudah ada skor dari lagu tersebut, ibu sekarang minta kita buat pemanasan dulu" berkata Bu Retno sambil kemudian memegang sebuah alat musik suling sambil mengecek nada dasar
Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan murid-murid yang melihat tindakan dari Bu Retno mengikuti secara serentak, jadi kemudian perlahan-lahan Suara bising dari berbagai suara yang dihasilkan oleh alat musik suling segera membanjiri ruang musik tersebut, sampai beberapa waktu kemudian setelah dirasa pemanasan cukup.
Bu Retno meminta para siswa yang ada untuk berhenti dan bersiap untuk memulai secara serentak, nyanyikan lagu wajib nasional yang ada di depan papan tulis menggunakan alat musik seruling.
" Ok sekarang kita mulai bareng-bareng...1...2....3... " Tak lama kemudian suara dari seruling yang memainkan lagu wajib nasional terdengar di dalam ruangan musik, hanya saja kali ini Bu Retno tidak ikut serta dalam memainkan serulingnya dirinya Hanya berdiam diri sambil mendengarkan dengan seksama suara dari suling yang menggema di dalam ruang musik tersebut.
Belum lagi kemudian secara perlahan Bu Retno mulai mengelilingi kelas tersebut guna memastikan suara yang datang dari setiap suling siswanya, tentu saja hal ini dilakukan oleh Bu Retno dengan sengaja karena pada akhirnya dirinya akan menilai beberapa nada dari suara seruling yang keluar untuk menyanyikan lagu wajib tersebut Apakah telah sesuai atau tidak.
Sampai kemudian tak berselang lama lagu tersebut habis Bu Retno sudah kembali ke posisi semulanya, " Ibu sudah mendengarkan suara suling yang kalian mainkan, dan ada beberapa teman kalian yang bisa dikatakan lebih baik, jadi kali ini ibu akan menunjuk beberapa teman kalian untuk memberikan contoh bermain seruling di depan kelas" sekejap pernyataan Bu Retno itu membuat gempa seluruh kelas.
Karena pada dasarnya hal tersebut berarti bahwa mereka harus maju ke depan kelas untuk kembali lagi bermain suling, dan kali ini mereka harus memainkannya tepat di depan kelas, tentu saja kali ini tekanan yang dirasakan meningkat, jika suara suling dilakukan secara berkelompok tentu saja mereka tidak akan merasa malu jika membuat kesalahan.
Tetapi tentunya hal tersebut berbeda ketika mereka berada di depan kelas karena pada dasarnya mereka akan dengan mudah menentukan apakah permainan musik suling mereka bagus atau tidak, jika bagus tentunya mereka akan sangat senang tetapi jika tidak ejekan temannya tentu saja sudah menanti.