AAKKGG!!
Seluruh penghuni sekolah menoleh ke sumber suara, berlarian menuju tempat tersebut karena penasaran apa yang terjadi. Begitu juga Lisa dan Green yang sama penasarannya dengan semua murid yang berlarian menuju sumber suara.
"HAH-" Green sangat terkejut saat mengetahui apa yang terjadi.
"Siapa yang tega melakukan ini semua?" tanya Lisa masih melihat ke atas, bersamaan dengan penonton lain.
Tepat di atas mereka tergantung seorang pria patuh baya dengan kepala terikat dengan lidah yang sudah menjulur keluar dengan mata yang terbuka lebar. Dari arah belakang, seseorang mendorong satu persatu murid yang menghalangi jalan menuju lokasi.
"Menjauh dari TKP!" ucap Habil.
Green yang menyukai pria itu pun menurut, mencoba menarik lengan Lisa untuk Menjauh dari tempat, tentu saja Lisa menurut demi Green yang sedang jatuh cinta. Dengan cepat Habil dan Qabil membatasi area dengan kain khusus yang tersedia hanya ada di sekolah mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Rival yang baru saja sampai.
Green dan Lisa terkejut saat mengetahui kedatangan Rival di belakang mereka, refleks mereka pun mengusap-usap dada mereka atas sikap Rival. Entah kenapa, remaja laki-laki itu melangkah mundur dengan pelan.
"Rival? Kau tidak apa-apa?" tanya Green merasa aneh dengan tingkah Rival.
"Si..si..siapa yang mati?" tanya Rival sedikit gugup dan bergetar seperti orang menggigil.
"Rival?" Panggil Lisa. Melihat Rival perlahan melangkah mundur untuk meninggalkan tempat tersebut dan berlari begitu saja.
Tentu saja itu membuat mereka penasaran, dengan cepat mereka pun mengejar Rival, hingga berhenti di lantai atas sekolah.
"Rival? Apa yang terjadi?" tanya Lisa mencoba menyentuh pundak Rival.
Dengan kasar Rival menyingkirkan tangan Lisa dengan menyikutnya. "Pergilah!" Usir Rival. "Jangan dekati aku!" tambahnya, mencoba untuk berdiri namun tidak mampu.
"Rival?" Panggil Green khawatir.
"Mimpi itu menjadi kenyataan, aku pikir itu hanya sekedar mimpi. Itu artinya dia, dia benar-benar ada."
"Si. Siapa yang kau bicarakan? Mimpi apa yang kau maksud?" tanya Lisa.
Rival menunduk, masih memegangi dadanya yang terasa sesak. "Itu sebabnya aku selalu bertanya pada kalian, apakah pernah ada murid atau seseorang bermata biru di sekolah ini. Tapi kalian sepertinya menghindari pertanyaan ku itu."
"Rival, aku sungguh-sungguh tidak tau kalau ada murid atau seseorang bermata biru di sekolah kita." jawab Lisa.
"Memang pernah ada." ucap Green tiba-tiba.
Lisa dan Rival melihat Green, menunggu wanita berambut hijau itu meneruskan ucapannya.
"Tapi aku hanya sekilas melihatnya, tidak lebih."
"Apakah kau tau sesuatu?" tanya Rival mencoba menojokkan Green untuk membuka suara.
"Mungkin itu sebabnya Lyne membenci mu. Ayo Lisa." Green menarik tangan Lisa untuk pergi dari tempat mereka berdiri, jujur ia sangat risih jika Rival menatapnya seperti itu, itu membuat detak jantungnya berdebar cukup hebat.
Rival terus memperhatikan kepergian mereka, dengan rasa kecewa. "Lyne."
~*~
Lyne terus berjalan cepat menelusuri lorong yang terbuat dari batu alam dengan tekstur yang kasar, jika ia merasa ada seseorang yang mengikuti segera ia mempercepat langkah kakinya. Semakin lama suara langkah terdengar jelas, Lyne mencoba berlari sekeluarga mungkin untuk melarikan diri dari orang misterius yang sedari tadi mengikuti dirinya. Mungkin karena lelah, ia memilih bersembunyi untuk melepas lelah dari kejaran orang misterius.
Mata senjanya terus mencari tahu siapa yang berani membutuhkan dirinya sejauh ini. Lyne tidak tahu kalau dari arah belakang sosok pria seusainya berdiri memperhatikan dirinya yang membelakangi.
"Mencari seseorang?" tanya pria itu.
Iris mata senja Lyne mengecil, reaksi dirinya saat terkejut, dengan perlahan ia menoleh ke belakang dan begitu terkejut saat mengetahui siapa orang yang ada di belakang, hingga dirinya terjungkal duduk.
"Rival! Kau membuntutiku?!" tanya Lyne kesal.
"Entahlah, mungkin iya." jawab Rival pura-pura polos.
"Pergilah! Menjauh dariku!" Mencoba berdiri untuk meninggalkan Rival.
Namun betapa terkejutnya Lyne, Rival yang ada di belakang menarik dirinya dengan memeluk pinggangnya yang ramping sedikit berisi. Hingga tubuh mereka terjungkal bersama ke belakang. Itu membuat Lyne tidak nyaman, dirinya mencoba membebaskan diri dengan paksa.
"Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" Bentak Lynr tidak terima.
Belum reda amarah, Rival sudah membuat ulah dengan membungkam mulut Lyne dengan tangan. "Diamlah, ada seseorang yang datang." Bisik Rival tepat di telinga Lyne.
Lyne pun menurut, mencoba tenang sampai orang yang Rival maksud melewati mereka. Benar saja, seseorang dengan memakai jubah hitam menutupi diri berjalan melewati mereka.
Rival yang begitu serius memperhatikan itu membuat dadanya kembali terasa sakit dan sesak, membuat tangannya membebaskan mulut Lyne untuk berpindah ke tempat rasa sakitnya. Lyne yang berniat melarikan diri di awal pun berubah pikiran saat melihat keadaan Rival.
"Biar aku antar kau ke ruang kesehatan." ucap Lyne mencoba memapah Rival.
Dengan kasar Rival mendorong Lyne. "Jangan dekati aku. Pergilah jika kau ingin pergi." ucap Rival mulai pasrah dengan rasa sakitnya. Padahal niat awalnya adalah memata-matai Lyne akan pergi ke mana untuk mengetahui sosok Rizal, namun itu menjadi berubah karena keadaannya.
Rival mencoba bernapas dengan hati-hati, dirinya hampir sama seperti orang yang menderita sakit asma.
"Kalau begitu maafkan aku." ucap Lyne.
BUK!
Dengan keras Lyne memukul leher bagian belakang Rival. Remaja laki-laki itu seketika pingsan.
~*~
Green terus mencari sesuatu di album foto kelulusan tahun sebelumnya. Sedangkan Lisa hanya bisa melihatnya dari tempatnya duduk dengan kelapa yang ditumpu kedua telapak tangan.
"Kau ini sedang apa sih?" tanya Lisa penasaran.
"Mencari foto kelulusan ku tahun lalu." ucap Green yang sebenarnya malu untuk memberitahu kalau ia abadi di sekolah ini.
"Hah! Apa laki-laki ini yang dimaksud Rival!?" tanya Lisa, menunjukkan pada seorang pria bermata biru di barisan kedua.
Dengan cepat Green merebut album foto tersebut dari tangan Lisa untuk melihat siapa yang dimaksud Lisa. Remaja wanita berambut ikan itu terkejut, dengan reaksi Green yang tiba-tiba menutup album tersebut.
"Green ada apa?" tanya Lisa bingung dengan sikap Green.
"Tidak apa-apa, hanya saja, aku mohon padamu untuk tidak membicarakan apalagi baru saja kau menunjuk dirinya." jelas Green.
"Memang kenapa? Apa dia memiliki kekuatan khusus seperti itu?" tanya Lisa.
Green menunduk. "Aku tidak tau, yang jelas ia sangat berbahaya, itu sebabnya kami menyembunyikan kisahnya."
"Lalu apa hubungannya dengan Rival. Kenapa pria itu mengincar Rival?" tanya Lisa.
"Karena Rival abadi. Itu yang dia harapkan." jelas Green.
~*~
Rival terbangun dari pingsannya. Menatap sekitar yang menurutnya begitu asing.
"Kau sudah sadar?" tanya seorang pria di balik kegelapan.
Rival tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Rival, berusaha untuk melihat pria yang ada di balik kegelapan itu.