William terhenyak mendengar pertanyaan Marion. Apakah ia sungguh-sungguh dengan pertanyaan itu? Apakah ia memang tak menginginkan bayi itu?
Jika itu pertanyaannya, William yakin jawabannya adalah 'iya'. Karena tak akan pernah ada satu orang pun yang bersedia mengasuh anak yang bahkan ia harapkan untuk tidak terlahir. Terlebih dirinya dan Marion tak pernah memiliki hubungan apa pun selain bos dan asisten.
Wajar jika Marion begitu terpukul dengan ini semua.
Jika membiarkan ini semua berlarut-larut, tak hanya janin itu saja yang berada dalam bahaya, melainkan juga Marion.
"A-apa yang kau bicarakan, Marion? Kau tidak menginginkan bayi itu?" tanya William, yang yakin tak akan ada di antara mereka yang tahu jawabannya. Namun, entah mengapa sejak dulu ia tak pernah melihat Marion yang tampak begitu putus asa.
Marion tidak mengangguk tetapi juga tak menggeleng. Ia hanya ingin kehidupannya tak berubah dengan banyak perubahan di sekitarnya.
Namun, sepertinya itu tak akan mungkin terjadi.
