Chereads / Fated Baby of The Alpha / Chapter 20 - Cemburu

Chapter 20 - Cemburu

William tak tahan mendengar dugaan dan ucapan penuh percaya diri yang meluncur dari mulut Drake—menganggap Marion adalah kekasihnya yang telah mati. Entah apakah perasaan William ini bisa dikatakan sebagai sebuah kecemburuan, ataukah intuisinya tengah bicara saat ini—mengatakan bahwa nasib percintaannya, bahkan mungkin nasibnya yang sedang dalam bahaya. Hal yang pasti, William sangat tidak menyukai itu.

Ia mengepalkan tangan dan menghadiahkannya pada Drake, yang dengan cepat mampu dielakkan oleh pria itu hingga tepat mengenai pohon di balik punggungnya, sementara Drake justru telah membebaskan diri dari cengkeraman William.

Drake bergerak menjauh dari lycan yang tengah terbakar amarah, entah karena merasa apa yang menjadi miliknya justru tengah diintai oleh makhluk lain, ataukah hanya karena kesal pada Drake atas apa yang ia ucapkan mengenai Marion.

"Lain kali kau harus bisa mengendalikan temperamenmu, Will. Itu akan sangat berbahaya untukmu dan jodohmu nanti," ujar Drake, penuh nada ejekan.

"Bukan kau yang akan menjadi jodohku, jadi tak perlu banyak bicara! Kau urus saja kehidupanmu yang menyedihkan yang terus memimpikan kekasih yang lama mati. Marion bukan Eleanor!" William memang tak mampu menahan apa yang kini tengah bergolak dalam batinnya yang membuat dadanya memanas.

Yang pasti, apa yang ia rasakan saat ini bukanlah sakit yang biasa.

"I don't even care if it's true. Yang terpenting adalah mendapatkan hati Marion," jawab Drake, yang justru membuat William semakin geram. "Bye Will. Berbaik hatilah pada calon kekasihku ketika kalian bekerja sama. Atau aku akan terus mengikutinya hingga kau tak akan memiliki waktu untuk marah padanya."

Drake kemudian melompat dan berubah menjadi wujud yang tak terlihat. Hanya kepulan asap hitam yang sejenak berputar-putar mengelilingi William seolah tengah mengejeknya, kemudian berangsur lenyap.

Sialan!

William mengepalkan tangannya lagi, menghantam apa pun yang ada di hadapannya demi meluapkan emosi yang sejak tadi terpaksa ia redam.

Haruskah ia bersaing dengan sahabatnya itu? Ataukah mengalah saja, meski entah mengapa hatinya berkata sebaliknya—merasa berat meski sekedar membayangkan akan selalu ada Drake di sisi gadis itu? Toh Marion hanya manusia biasa yang tak akan mungkin menjadi jodohnya meski Ange berkata sebaliknya.

Bagaimana pun, Ange tak selalu benar.

Ia bahkan pernah melakukan kesalahan saat meramal kondisi kesehatan ayahnya. Ia berkata bahwa Jason Reynz akan membaik dan kembali memimpin pack, nyatanya setelah Ange berkata demikian, ayahnya justru terbujur kaku dan tak ada yang mengetahui apa dan bagaimana ia bisa meninggal tanpa ada seorang pun yang menyadari kepergiannya.

William membiarkan Drake pergi begitu saja. Ia sedang tak ingin bertengkar lagi, ia tengah merasakan nyeri di sekujur tubuhnya hingga seolah tak mampu berjalan. Apa yang Drake lakukan terhadap gadis itu? Apakah mereka sudah melakukan sesuatu di balik punggung William? Lantas sekarang apa yang harus ia lakukan?

Dengan langkah cepat, dalam wujud makhluk menawan berukuran besar, William berlari dan segera mencari Ange. Ia harus bertanya pada wanita itu, apa yang terjadi padanya saat ini. Jika Ange memiliki obat untuk menghilangkan sakit yang ia rasakan, mungkin itu akan lebih baik, karenanya ia bergegas menemui wanita itu meski tujuannya nanti hanya akan mendapat sambutan berupa kalimat sumbang dari wanita itu.

Benar saja, Ange bahkan menolak kedatangan William sebelum pria itu melangkahkan kaki masuk ke kediaman wanita paruh baya itu.

"Ange, buka pintunya! Jika kau tak membukakan pintu, aku bersumpah akan merobohkan rumahmu! ANGE!"

Wanita yang sejak tadi berniat untuk tidak menerima William sebagai tamunya malam ini, terpaksa berubah pikiran kala mendengar ancaman pria itu. Dengan tergopoh, ia membuka pintu dan harus membiarkan pria itu terhuyung dan jatuh tersuruk di lantai rumahnya.

Ange membalikkan dan membantu William untuk bangkit dan rebah di atas dipan tua milik wanita itu.

"Dasar anak bandel! Untuk apa kau datang kemari jika hanya membawa penyakit, huh!? Apakah kau lupa pada semua yang kusampaikan? Dan dengan bodohnya kau membiarkan kelelawar mesum itu mendekati gadismu!" omel Ange sembari mempersiapkan peralatan dan dedaunan yang akan ia jadikan obat untuk William.

Mendengar kata 'gadismu' yang baru saja diucapkan oleh Ange, menerbitkan rasa yang sulit dijelaskan oleh William yang justru membuat tulang-tulangnya semakin remuk redam. Ia tak memahami apa yang tengah ia alami saat ini. Hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Apakah ini karena perkelahiannya dengan Drake tadi?

Tidak mungkin! Drake bahkan tak menyentuhnya sama sekali. Dan ia hanya menggunakan kepalan tangan untuk meluapkan emosinya. tangannya bahkan tak merasakan sakit sama sekali, tetapi mengapa tubuhnya ... dadanya ... seolah sekujur tubuhnya nyaris hancur.

"ARGH! Ange, tolong cepatlah! Kalau kau mengomel terus, aku bisa mati!" rintih William seperti anak manja yang merengek pada ibunya. Ange memanglah seperti seorang ibu baginya. Bahkan bagi seluruh anggota pack, hanya saja dari sekian banyak 'anak' Ange, William-lah yang terkenal paling bandel.

Wanita paruh baya itu melayangkan tamparan pada lengan kekar William. "Kau tidak akan mati hanya karena patah hati, Will, jangan merengek seperti perempuan!"

Mendengar kalimat barusan, William menghentikan rengekannya.

"Benarkah aku tak akan mati? Baguslah kalau begitu. Namun, setidaknya tolong berikan obat apa pun untuk menyembuhkannya. Dan jangan menyebut sakitku ini sebagai patah hati, karena aku tidak mencintai Marion dan tidak cemburu dengan apa pun yang dilakukan Drake terhadapnya. Persetan dengan mereka!"

Ange mencebik saat mendengar perkataan William yang terdengar seperti anak kecil yang tengah merajuk. Ange bahkan tak mengatakan apa pun tentang jatuh cinta, tetapi mengapa William justru bereaksi demikian?

"Jadi namanya Marion? Baik, tunggu sebentar ...." Ange memasukkan dedaunan ke dalam mortir dan melumatkannya, kemudian mengoleskan di dada William. "Aku tak bisa menyembuhkanmu, Will."

"Kau jangan bercanda, Ange! Kau biasanya bisa—"

"Kau jangan mengomeliku, anak nakal! Hanya gadis itu yang bisa menyembuhkan sakit di sekujur tubuhmu, bukan aku. Namun, saranku kau beristirahat saja besok. Ia akan datang dan menyembuhkanmu."

Ange tak sadar mengulum senyum, yang justru membuat William muak karena merasa Ange telah menjadikannya bahan olok-olok.

"Aku tidak mengharapkan kedatangannya. Terima kasih atas obatmu, aku pulang dulu."

William tak ingin banyak bicara. Ia bangkit sembari menahan nyeri yang entah dari mana asalnya yang menyiksa dan seolah meremukkan seluruh persendiannya. Bahkan untuk melangkah pun ia tertatih dan tak tahu apa yang membuatnya seperti ini.

Ia meninggalkan kediaman Ange dengan hati-hati, karena setiap kali ia bergerak, tubuhnya seperti dihantam palu godam.

Sementara Ange memerhatikan William dari kejauhan. Ia memejamkan mata sejenak, mulutnya berkomat-kamit dan tak lama kemudian matanya terbuka lagi dan dalam kondisi memutih seluruhnya.

Ruhnya tengah berkelana, memberi pesan ke dalam batin Marion dan menuntun gadis itu untuk datang mencari William. Hanya saja, ia tak tahu apakah pesan itu akan sampai malam ini, atau justru tak akan pernah tiba pada gadis itu sama sekali.