Chereads / Karang Yang Terkikis / Chapter 33 - Serangan mendadak

Chapter 33 - Serangan mendadak

Meeting pun selesai arifin segera bergegas menunju rumah sakit lalu dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, alex memanggil OB lalu menyuruhnya membeli makan malam untuknya dan arifin "Aji tolong belikan saya nasi padang ya 2 bungkus, serta coffee di cafe seberang." "Baik pak." "Sisanya kamu ambil aja buat jajan, ini tips buat kamu." "Terima kasih banyak pak." Aji memang sangat baik dan dia juga salah satu karyawan kepercayaan alex, aji juga sangat bersyukur karena alex membantunya keluar dari masalahnya. Arifin telah sampai di rumah sakit saat di lobby dia berpapasan dengan aji lalu dia menyapanya dengan santun "Malam pak arifin." "Eh aji..malam juga, alex ada ruangan kan??" "Ada pak." "Ya sudah saya ke tempat alex dulu." Lalu dia menuju lift yang kebetulan sudah terbuka dan dia menekan tombol lantai paling atas.

Arifin mengetuk pintu ruangan dan Alex membukanya lalu dia mempersilahkan arifin duduk, kemudian dia mengambil laptopnya untuk menunjukkan sesuatu "Om sudah makan??" "Belum nak alex..hari entah mengapa saya tidak ada nafsu makan." "Kebetulan saya sudah menyuruh aji membeli makanan untuk kita, om harus makan ya biar gak sakit." Arifin tersentuh dengan perhatian alex, sejenak dia berpikir kenapa bukan dia yang menjadi menantunya. Tidak beberapa lama aji datang membawakan makanan yang tadi di pesan, lalu mereka makan malam bersama di ruangannya.

Dewi terlihat sibuk malam ini karena dia harus membantu ara di cafe karena steven ijin pulang cepat, ya dia harus segera menjemput Dinda dan kembali ke mansion alex sambil menunggunya pulang "Dek dimana?? Mas udah dekat" "Ya mas..dinda tunggu di lobby." Saat sedang melajukan mobilnya steven melihat dari kaca spion tengah dua sepeda motor sedang mengikutinya dengan jumlah 4 orang, lalu dia segera bersiap mengambil senjatanya berupa pistol laras pendek dari lacinya, pengendara motor tersebut mendekat lalu praaanngg..kaca mobil steven pecah karena hantaman linggis dengan kondisi sambil menyetir doorr..doorr..doorr..doorr steven menembak ke arah ban motor sehingga membuat mereka terjatuh dan steven segera tancap gas ke arah rumah sakit kemudian dia menghubungi asistennya untuk mengambil mobilnya di rumah sakit.

Saat di lobby steven segera menarik adiknya ke lantai atas namun belum sempat dia ke atas dinda melihat pelipisnya lalu membawanya ke IGD "Mas kenapa bisa terluka seperti ini??" "Din..ini urusannya gawat." Steven memasang wajah panik dan khawatir takut jika mereka akan melukai adiknya "Ada orang tidak dikenal menyerangku..bahkan mereka memecahkan kaca mobilku." Dinda lalu kaget mendengar apa yang di ucapkan sang kakak "Mas ini masalah serius." "Ya dek..cepat obati luka mas, dan kita segera ke atas untuk memberitahu alex." Lalu dinda mempercepat pengobatannya kemudian mereka bergegas menuju ruangan alex.

Setibanya mereka di atas steven langsung membuka pintu ruangan alex yang kebetulan tidak dikunci, sesaat alex menatap heran steven karena kondisi pelipisnya yang di perban karena luka terkena pecahan kaca mobil lalu mereka duduk untuk bergabung bersama alex dan arifin "Kenapa kening loe??" "Mas tadi ada yang mengikuti mas steven dengan menggunakan motor." "Apaaaa!!" Alex sangat terkejut dengan apa yang menimpa sepupunya itu "Jadi gini lex kejadiannya, saat gue mau jemput dinda ada dua pengendara motor ngikutin dari belakang..lalu mereka mendekat dan tiba-tiba memecahkan kaca mobil gue dengan linggis, Untung gue bawa senjata." Seketika raut wajah alex berubah menyeramkan sehingga membuat atmosfir ruangan berubah "Tapi loe ingat kan plat motornya??" "Iya gue ingat." Arifin semakin khawatir dengan situasi saat ini karena ini baru permulaan.

Alex segera menghubungi anak buahnya untuk menyelidiki hal ini tidak lupa steven juga meretas sistem dari polisi untuk menyelidiki plat nomor motor tersebut, alex pun segera menceritakan hal yang dia temukan saat ini kepada arifin "Om sebelumnya saya minta maaf karena harus melibatkan om." "Tidak apa-apa nak." "Sebenarnya rahman sudah menikah nama istrinya adalah silvia janneta dan saya mengenal dengan wanita ini." Arifin terkejut dengan kenyataan bahwa status rahman sudah menikah dan putrinya di jadikan istri kedua dan seketika tubuhnya lemas dan dada sebelah kirinya terasa nyeri seketika wajah arifin pucat lalu badannya di penuhi dengan keringat dingin "Om tidak apa-apa, maafkan saya om." "Nak alex..tolong bantu om untuk menyelamatkan ara." "Ya om saya janji..dan saya juga masih menyelidiki hal ini dan tujuannya menikahi ara berlandaskan karena hal apa." "Terima kasih nak." Dinda yang melihat kondisi arifin tidak baik segere membawanya ke IGD untuk di periksa dan alex sendiri yang akan memeriksanya lalu dia menyuruh dinda untuk segera menghubungi ara beserta dewi terkait dengan kondisi arifin saat ini.

Ara dan dewi segera menuju rumah sakit setelah mendapat kabar dari alex terkait dengan kondisi sang papa, saat mereka tiba di IGD dewi menghampiri dan melihat suaminya terbaring lemah dengan infus yang menempel di tangannya sedangkan ara hanya bisa berdiri dalam diam sambil menitikkan air mata lalu dinda datang dan menemaninya "Ara kondisi om arifin tidak apa-apa..hanya shock aja, jangan khawatir ya." Lalu ara memeluk wanita yang di sampingnya karena saat ini dia butuh pelukan. Alex masih memeriksa kondisi arifin lalu dia segera menghampiri dewi untuk menyampaikan bahwa arifin harus di rawat selama beberapa hari di rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya dan dewi di bantu alex segera mengurus segala keperluan arifin "Biar saya bantu ya tante..karena saat ini tante terlihat lelah." "Terima kasih ya alex." Alex menuju meja administrasi untuk menyerahkan dokumen yang sudah dibawa ke petugas administrasi yang terletak di lobby IGD "Pasien atas nama arifin saya yang akan tanggung semua, berikan ruang VVIP untuknya." "Baik pak." Pegawai tersebut langsung mengurusnya dengan cepat karena yang dia hadapi saat ini adalah anak dari pemilik rumah sakit ini, satu jam kemudian arifin dibawa menuju ruang perawatan VVIP yang berada di lantai 7 tentu saja itu membuat ara dan ibunya heran karena mereka mendapatkan ruang rawat VVIP dan setelah perawat memindahkan arifin ke tempat tidurnya alex datang bersama dengan dinda "Tante maaf jika saya seenaknya saja, tapi saya ingin yang terbaik untuk om arifin." "Panggil saya mama seperti ara memanggilku." Lalu dewi memeluk alex dan menangis di pelukannya "Tante..eh maksud saya mama..sudah tidak perlu sedih lagi ya, ini tanggung jawab saya." "Terima kasih nak sudah memperhatikan keluarga mama..hiks..hiks.." Dinda dan ara terbawa suasana di ruangan tersebut lalu mereka saling memeluk satu sama lain karena terharu dengan pertunjukan didepan mereka.