Chereads / Karang Yang Terkikis / Chapter 37 - Permulaan dan perlakuan kasar

Chapter 37 - Permulaan dan perlakuan kasar

Rahman tiba di bandara dan langsung di sambut oleh silvia dan beberapa anak buahnya lalu mereka berdua segera masuk ke dalam mobil, dia segera menghubungi anak buahnya untuk memberitahu bahwa dia sudah tiba "Bagaimana kondisi ayah mertuaku saat ini." "Beliau sudah membaik bahkan hari ini sudah di perbolehkan pulang ke rumah." "Baiklah segera persiapkan semuanya." Rahman mengetahui soal ayah mertuanya itu dari orang kepercayaan dan dia segera menuju mansion istri pertamanya setelah itu dia akan menemui ara.

Ara yang sudah tiba di rumah orang tuanya segera turun dari mobil untuk membawa masuk barang-barang arifin ke dalam rumah, dewi membantu arifin berjalan menuju ke kamarnya dengan sangat hati-hati karena kondisinya masih lemah. Setelah semua beres ara menuju ruang tamu untuk menonton tv dan menunggu pesanan nasi gorengnya sampai tiba-tiba pintu di ketuk dan ara membuka pintunya ternyata orang itu adalah rahman suaminya tentu saja dia terkejut "Kenapa terkejut??" "Aku pikir kamu akan pulang minggu depan." Lalu rahman masuk dan segera duduk di ruang tamu lalu ara ke dapur untuk membuatkan minum "Aku pulang lebih cepat karena mendengar kabar jika papa sakit." "Kau tidak perlu khawatir, papa sudah jauh lebih baik." Setelah membawakan minuman suaminya ara segera ke atas menuju kamar orang tuanya lalu ara memberi tahu dewi bahwa rahman ada di bawah, dewi terkejut karena menantunya itu tiba lebih cepat dan mereka harus berakting sebagus mungkin agar rahman tidak curiga.

Dewi segera turun kebawah di ikuti ara dari belakang sambil memasang senyum palsu dan menyambut menantunya itu, rahman segera bangun dan mencium punggung tangan ibu mertuanya itu "Eh nak rahman..kapan tiba??" "Baru saja tiba ma..dan saya langsung ke sini karena khawatir sama papa." "Kamu menginap di sini atau pulang ke mansion??" "Saya akan menginap di sini ma." "Oh ya udah..mama keluar dulu ya mau cari makan." Ara membeku mendengar Rahman akan menginap di rumahnya karena sebentar lagi alex dan steven akan datang, tidak lama kemudian terdengar kembali suara pintu di ketuk lalu ara membukanya dan terlihat alex juga steven berdiri di pintu di susul dengan tukang nasi goreng yang datang membawa pesanannya. Alex menatap ke arah rahman dengan tatapan setajam mata elang, begitu juga dengan rahman "Tenang bro..di sini alex datang untuk mengecek kondisi om arifin." Sahut steven yang mencairkan suasana "Oh jadi sekarang dokter alex menjadi dokter pribadi keluarga papa mertuaku." Lalu alex segera ke atas tanpa permisi dengan memasang wajah cemburu. Saat di kamar arifin terlihat senang karena kedatangan alex beserta steven lalu arifin mengajak mereka berdua berbincang layaknya ayah dengan anaknya hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam "Om saya pamit ya, sudah malam dan om juga harus istirahat." "Nak besok jika kamu tidak sibuk, datanglah kemari ya bersama steven dan dinda." "Ya om besok saya akan kabari." Dewi mengantarkan alex sampai depan pintu lalu berpamitan dengannya sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya itu dan mereka pun berlalu.

Di kamar Rahman menarik tangan ara dengan kasar dan mendorongnya hingga dia terjatuh di karpet, lalu rahman berjongkok tepat depan ara lalu menaikan wajahnya yang menunduk dengan telunjuknya "Katakan dimana alex menahan anak buahku." "Aku tidak tahu apa yang kau maksud." "Masih berpura-pura??" Rahman mencengkram pipi ara lalu menamparnya hingga menyebabkan pipinya menjadi merah, badan ara bergetar karena saat ini yang dia lihat adalah iblis berkedok suami lalu rahman menarik rambut ara "Ingat ara..ini baru permulaan, dan akan ada yang lebih pedih lagi." Ara meringis kesakitan karena perlakuan rahman padanya, bahkan rahman menyuruhnya tidur di sofa tanpa selimut padahal suhu ruangan ara sangat dingin lalu dia tidur menyamping dan menangis dalam diam. Pagi harinya ara langsung ke cafe tanpa berpamitan dengan kedua orang tuanya dan rahman, karena saat ini hatinya sedang tidak baik ingin rasanya dia pergi ke tempat alex tapi dengan segera dia urungkan niat tersebut karena dia tidak mau membuat kekasihnya itu khawatir lalu dia memutuskan untuk segera ke cafe.

Saat tiba di cafe ternyata steven sudah lebih dahulu sampai, saat dia sedang bersiap di area kasir tanpa sengaja melihat ara dengan mata sembab dan pipi yang merah lalu dia menghentikan kegiatannya dan menghampiri ara ke ruang kerjanya "Ara ada apa ini??" "Kak steven, maafin ara..hikss..hikss.." "Apa rahman yang melakukan ini." Sambil memegang pipinya lalu ara tanpa sengaja memeluk steven dan menangis "Aku akan laporkan hal ini pada alex, dan kami akan balaskan sakit hatimu ini." Sambil memeluk ara dan membelai rambutnya itu dengan lembut. Ara sedikit lebih tenang setelah menceritakannya kepada steven dan dai sudah bisa tersenyum seperti biasa lalu mereka segera ke bawah untuk menyambut para customer barunya, saat cafe sudah di buka tampak seorang wanita cantik seperti seorang model mengenakan dress super ketat warna hitam dengan heels warna senada memasuki cafe berjalan menuju kasir untuk memesan minuman juga cake ya wanita itu silvia dia datang hanya ingin menyelidiki tentang ara dan steven dengan berpura-pura menjadi pelanggan tetapi silvia tidak sadar bahwa saat ini dia sedang di awasi oleh anak buah alex yang menyamar menjadi waiter di cafe rahman lalu steven memberikan kode kepada wanita itu untuk segera melapor.

Deri bersama wandi datang berkunjung ke cafe saat mereka berjalan masuk ke cafe mereka tidak sengaja melihat silvia, sontak mereka terkejut dan langsung menghampiri steven di area kasir yang saat ini bersama ara "Bro..loe tau gak wanita yang duduk di meja nomor tiga belas itu??" Tanya wandi dengan wajah serius "mang itu siapa." Deri dan wandi kompak menepuk jidatnya masing-masing karena lihat wajah steven yang mendadak berubah jadi polos "Itu adalah wanita yang mengirim para gerombolan itu, yang mau mencelakai ara." Wajah steven berubah karena dia tidak mengenali silvia yang sudah banyak berubah "Kenapa aku tidak mengenalinya, pantas saja dia menghilang..jadi selama ini dia melakukan operasi plastik." Gumamnya dalam hati lalu dia langsung menyuruh deri dan wandi untuk segera menemui alex di rumah sakit dan mereka pun bergegas pergi.

Mereka terlambat saat tiba di rumah sakit karena alex sudah pergi lalu deri menghubunginya namun sia-sia karena alex tidak menjawab teleponnya, sesaat mereka bingung harus kemana mencari alex hingga wandi mengusap kasar wajahnya dan tidak berapa lama ponselnya berdering "Bro loe dimana??" "Gue baru nyampe di rumah om arifin, ada apa?? Sepertinya penting banget." "Ya udah gue susul loe ya ke sana." Seketika alex di landa kebingungan karena nada bicara wandi seperti orang yang di kejar maling, lalu deri dan wandi segera pergi menuju rumah arifin.