Silvia makin menggila karena pria yang dia cintai sudah tidak bisa dihubungi apalagi kontak messengernya sudah tidak aktif lagi bahkan di hapus sama empunya, dengan kekuasaan yang di miliki oleh suaminya dia menyuruh orang untuk mencari tahu tentang alex dan ara "Ini fotonya silahkan kalian lihat." Kedua pria itu melihatnya dan sangat terkejut karena saat ini target mereka bukanlah orang sembarangan "Nyonya apa anda serius?? Jika tuan tahu hal ini bagaimana??" "Kapan saya pernah main-main?? Masalah tuan itu urusan saya, tugas kalian hanya menjalankan perintah saya.. mengerti." "Baik nyonya, akan kami laksanakan." Kemudian kedua pria itu segera pergi menuju bandara.
Setibanya mereka jakarta kedua pria itu langsung menuju alamat yang di berikan silvia dimana tempat tersebut masih satu area dengan rumah orang tua ara, lalu anak buah alex yang bekerja di bandara segera melaporkan hal tersebut "Selamat malam tuan." "Ya ada apa kau menghubungiku." "Tuang sepertinya ada dua orang mencurigakan." "Apa kau tahu siapa mereka??" "Tidak tuan..tapi saya sudah menyuruh salah satu anak buahku untuk mengikuti mereka." "Kerja bagus, terus awasi dan segera laporkan padaku." Alex memutuskan sambungan teleponnya dan dia segera menuju ruang perawatan VVIP.
Paginya ara membuka mata lalu dia melihat alex sedang tertidur di sofa yang bersebrangan dengannya sedangkan mamanya tidur di ruangan alex memang dia sendiri yang menyuruh dewi dia tidak mau wanita paruh baya itu lelah tadinya dewi menolak namun dia memaksa lalu akhirnya dewi mengalah dan menuruti alex, kemudian ara mendekati alex yang sedang tertidur dan menyentuh pipinya yang mulus "Selamat pagi sayang, aku sudah bangun kok." "Pagi juga.. sepertinya kak alex lelah ya, apa mau aku belikan kopi." Alex bangun dan mengganti posisinya menjadi duduk sambil menghadap ara, lalu dia mengecup kening ara dengan penuh kasih sayang "Kak..jangan..malu nanti di lihat papa." "Hehehehe..aku kangen kamu sayang." Saat alex mau memeluk kekasihnya arifin bangun dan terpaksa alex harus menunda hal tersebut karena dia harus segera memeriksa kondisi arifin.
Kedua pria tersebut sudah tiba di tempat tujuan tentu saja membuat willy kaget karena tujuan mereka ternyata masih satu area dengan rumah orang tua ara, setelah mengetahui itu willy segera menghubungi alex namun teleponnya tidak di angkat dan akhirnya dia menghubungi steven "Selamat pagi tuan." "Selamat pagi juga will, ada apa??" "Tuan sudah membaca pesan saya tadi malam kan." "Ya sudah..anak buahku sedang menyelidikinya." "Tuan aku sudah di lokasi yang mereka tuju, dan ternyata lokasinya masih satu daerah dengan orang tua ara..bahkan hanya berjarak lima rumah saja." "Apaaa..kau jangan bercanda will." "Aku tidak bercanda, akan segera aku kirimkan lokasinya." Will memutuskan teleponnya lalu mengirimkan lokasinya saat ini beserta foto rumah orang tersebut, dan betapa terkejutnya steven saat mengetahui hal itu.
Setelah menerima laporan tersebut steven langsung menghubungi deri dan wandi untuk meminta bantuan mereka, setelah mendengar instruksi dari steven mereka langsung bergerak menuju lokasi yang sudah di beritahu namun mereka terlambat karena target mereka baru saja meninggalkan lokasi karena tidak sengaja mobil mereka berpapasan dengan motor pria itu. Wandi dan deri tahu rupa mereka karena steven yang mengirimkan fotonya ke deri alhasil dia langsung memutar arah untuk mengikuti pria tersebut dan tibalah mereka di mall B karena tidak mau kehilangan jejak deri menyuruh wandi turun terlebih dahulu untuk mengikuti mereka dan deri memarkirkan mobilnya dibasement, setelah itu deri menyusul wandi yang berada di restoran jepang lantai dua tidak lupa mereka memasang headset bluetooth dan micro camera yang berbentuk kancing baju untuk merekam aktifitas kedua pria tersebut.
Tampak seorang wanita cantik seperti model datang menghampiri kedua pria tersebut yang duduk di meja dekat jendela dan itu adalah silvia, dia memutuskan untuk ke jakarta lebih dulu dengan alasan ingin meninjau lokasi pemotretan dan rahman pun percaya akan hal itu "Selamat datang nyonya." "Bagaimana hasil kerja kalian??" "Malam ini kami akan bergerak, karena mendapat kabar bahwa perempuan yang bernama ara akan pulang bersama temannya Dira untuk mengambil baju ayahnya." "Baiklah kalian jangan lupa untuk standby, tapi ingat jangan menyerang di areanya tapi kalian harus menyerang di luar area." "Baik nyonya." Deri begitu juga dengan wandi yang duduk tepat di belakang mereka terkejut karena mendengar rencana tersebut lalu mereka segera mengirimkan rekaman tersebut ke steven dan mereka segera bergegas menuju rumah sakit untuk bertemu alex. Steven yang tengah sibuk di cafe karena sedang ramai tidak sempat menemui alex jadi dia hanya mengirimkan rekaman beserta beberapa foto yang menunjukan silvia tengah merencanakan sesuatu sontak hal itu membuat alex kaget, karena apa yang dia pikirkan selama ini terjadi.
Malam pun tiba deri dan wandi langsung menuju ruang kerja alex yang berada di lantai atas, mereka membuka pintu terlihat alex sedang menunggu mereka "Gue udah lihat yang di kirimkan oleh steven, ternyata silvia nekad." "Silvia itu siapa?? Sepertinya loe kenal dekat sama wanita itu??" Deri menatap alex dengan penuh tanda tanya "Kami pernah kuliah bareng, dia pernah menyatakan perasaannya sama gue." "Terus loe terima??" "Gue tolak karena gue tau siapa wanita itu..dia hanya mengincar pria berduit." Setelah mendengar penjelasan dari alex mereka langsung membuat rencana untuk menangkap dua pria tersebut namun disaat mereka sedang berbicara ponsel alex berbunyi "Kak..tolong lihat papa ya, aku sama dira mau ambil baju bersih buat papa." "Kamu naik apa??" "Dira bawa motor kak." "Tidak..biar Dinda yang antar kamu." "Tapi kak kami sudah di parkiran, ya udah nanti aku telpon lagi jika sudah sampai rumah." Alex pun panik dan segera berlari menyusul ara, namun terlambat lalu alex ke parkiran bersama wandi dan deri kemudian dia menjemput steven di cafe.
Di perjalanan ara dan dira merasa merasa aneh dengan pengendara motor di belakang mereka dira berpikir mungkin tujuan mereka sama tetapi beda dengan ara yang aneh sama kedua pria itu karena gelagatnya seperti sedang mengikuti mereka, ara yang di bonceng dira langsung mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke alex bahwa mereka sedang di ikuti oleh dua pria tidak di kenal lalu ara menyuruh dira menepi "Dira loe tolong kepinggir jalan dulu deh, tapi cari yang rame jalannya." Dira menuruti ara walaupun dia bingung lalu tiba di depan ruko yang ramai ara menyuruh dinda duduk di belakang dan beralih ara yang membawa motor, ternyata benar disaat mereka berhenti pria asing itu juga ikut berhenti sambil berpura-pura membeli rokok "Dira perasaan gue gak enak, kita sedang di awasi ..loe hubungi kak alex, kak steven, bang deri, dan bang wandi." Dira langsung menatap kedua pria yang berada di warung rokok "Sepertinya mereka bawa senjata ra." "Tenang aja..loe pakai helm dan pegangan yang kuat." Seketika dira tau maksud dari sahabatnya itu dan dia segera menghubungi alex dan yang lainnya.
Ara langsung tancap gas sambil mengemudikan motor beat milik dira dengan kecepatan tinggi, dira tahu sahabatnya akan menggila setelah ini dalam arti ara akan bersiap menghajar para penguntit itu lalu terjadilah aksi kejar-kejaran "Kak steven dimana!!??" "Dira..tolong jangan bilang ara membawa motormu dengan kecepatan tinggi." "Ya benar kak..ara saat ini berubah jadi valentina rosa." "Sempat-sempatnya kamu ini becanda dalam situasi genting." "Sepertinya kedua pria itu membawa senjata, tolong bilang sama kak alex siapkan dua bed pasien di IGD." Setelah mendengar hal itu sambungan teleponnya terputus tentu saja membuat alex dan deri frustasi mendengar dira bilang dua bed pasien. Dimobil mereka berempat tampak serius memperhatikan GPS yang terpasang di motor dira di tengah ketegangan tersebut wandi membuka suaranya "Lex loe gak perlu khawatir sama ara, gue tau dia gadis yang tangguh." "Maksud loe gimana gue gak ngerti." "Nanti loe lihat aja..hehehehe.." Alex semakin bingung dengan ucapan wandi, lalu steven yang mengemudi melihat GPS lalu memperhatikan titik tersebut yang berhenti di taman tepatnya di lapangan basket, ara dan dira segera berlari menuju lapangan basket lalu dia menyuruh dira kebelakang untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan.
Saat di dalam lapangan basket kedua pria itu menyusulnya dan dira terlihat ketakutan hingga dia mencengangkan lengan ara lalu pria itu mendekati mereka berdua sambil mengeluarkan pisau "Ra..tamatlah riwayat kita." "Loe mundur kebelakang cari sesuatu yang bisa gue pakai, gue akan alihkan perhatian mereka." Benar saja ara langsung menghajar kedua pria itu hingga berhasil dibuat mundur ke tepi lapangan bahkan ara membuat kedua pria itu cedera di bagian punggung, lalu dira lari mencari bantuan tidak jauh dari taman terlihat mobil alex tiba kemudian dira melihat deri keluar dari mobil diapun segera berlari memeluk deri "Dimana ara." "Di lapangan kak..ara sepertinya akan bertarung dengan kedua pria tersebut." Alex dan steven kaget mendengar hal itu dan langsung berlari menuju lapangan basket di ikuti oleh yang lainnya dan juga beberapa anak buahnya.