Chereads / Karang Yang Terkikis / Chapter 4 - Cita-cita yang kandas

Chapter 4 - Cita-cita yang kandas

Disaat sesi latihan tim aku melihat papa sudah datang untuk menjemputku dan duduk di turbin penonton, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan pelatih memberikan isyarat bahwa latihan selesai. Aku segera bergegas untuk membersihkan diri dan segera pulang karena aku merasa sangat lelah sekali, setelah selesai membersihkan diri aku keluar dan melihat bang deri "Dek hari minggu ada acara gak?? Aku mau ajak kamu jalan." sontak membuat teman satu timku melihat dengan tatapan penuh tanda tanya "Nanti aku hubungi abang aja ya, aku gak bisa jawab disini karena gak enak banyak orang." jawabku dan segera berjalan keatas secepatnya untuk pulang ke rumah karena papa sudah menunggu.

Setibanya dirumah aku pun segera masuk ke kamar dan beristirahat namun disaat badanku sudah diatas kasur tiba-tiba hpku berbunyi dan aku melihat notifikasi pesan masuk dari bang deri "Dek..udah tidur belum?? Gimana dek hari Minggu, kamu ada waktu gak??" Aku pun berpikir kenapa pria ini tidak bisa menunggu sampai besok saja "Aku akan usahakan ya bang, maaf aku mau istirahat dulu karena lelah." balasku dengan malas.

Pagi pun tiba aku pun segera melihat hp untuk melihat jam dan disaat yang bersamaan aku melihat ada tiga pesan masuk dari bang wandi yang baru aku buka, ternyata dia mengirim pesan tadi malam "Bang..maaf tadi malam aku langsung tidur karena lelah banget, di tambah latihan fisik sangat berat." balasku ke bang Wandi dengan perasaan bersalah "Ya dek gak apa-apa kok aku ngerti, dan aku hanya ingin memastikan aja tadi malam kamu tiba dirumah jam berapa." jawab bang wandi dan aku pun tersenyum lega karena dia tidak marah kepadaku, tiba-tiba terdengar suara mama dari ruang tamu "Ara bangun..waktunya latihan fisik pagi." kemudian aku pun bersiap untuk latihan fisik pagi seperti biasa, aku menggunakan celana pendek diatas lutut warna hitam bahan parasut dengan logo nike kaos bahan Jersey dengan warna senada tidak lupa aku mengenakan deker (pelindung lutut) sebelah kiri dan sepatu mizuno type WL8 warna merah, oh ya tidak lupa aku membawa skipping untuk melemaskan kaki. Walaupun aku sudah lulus ini tetap tidak membuatku malas karena memang sudah kewajibanku untuk tetap menjaga fisik agar tetap fit.

Aku menjalani latihan fisik di lapangan seberang rumah yang letaknya dipinggir jalan besar dan boleh dibilang masih asri karena banyak pohon besar, setelah satu jam menjalani latihan fisik tepatnya sekarang jam 7 pagi aku bergegas pulang kerumah dan setibanya dirumah ada bau harum aroma masakan mama "Kamu tuh ya..kalau habis latihan fisik segera mandi, bau keringat..cewek kok jorok ya." oceh mama sambil melotot sambil memegang sodet, aku segera meninggalkan dapur untuk mandi karena tahu jika mama sudah mengoceh pasti 7 hari 7 malam tidak akan selesai. Kemudian setelah selesai mandi aku segera membalas pesan bang wandi "Bang..maaf baru balas,aku baru pulang latihan fisik..dan tadi malam aku tiba dirumah jam 11:30 malam dan langsung tidur." setelah membalas pesannya aku meletakan hp di atas lemari plastik 3 susun untuk baju dan membereskan kamarku, setelah semua selesai aku menuju ke ruang tamu untuk bergabung dengan papa dan mama.

Sebelum papa berangkat kerja aku menghampiri papa untuk minta uang jajan karena aku tahu hari ini mama mau pergi ke Senayan lagi "Pa..ara minta uang donk buat jajan." kemudian papa mengeluarkan uang 40ribu dari kantong celananya "Ini ara..kalau kurang minta sama mama ya." seketika mataku berbinar melihat nominal yang diberikan papa "Ya pa..terima kasih." Setelah papa berangkat mama memanggilku "Ara ..bisa kesini sebentar, ada yang mama ingin bicarakan." aku pun segera ke tempat dimana mama duduk, sambil memperhatikan sikap mama "Ara setelah ini kami tidak perlu lagi memikirkan tentang cita-citamu, mama rasa kamu sudah cukup umur dan ditambah lagi wandi pacar kamu itu masa depannya belum pasti." mendengar ucapan mama tentu membuat aku pun tanda tanya dan bingung, kemudian aku beranikan bertanya ke mama "Apa maksud ucapan mama?? Apa mama meragukan ketulusan bang wandi??" "Ya mama meragukannya ditambah dia itu masih kuliah dan gak ada pekerjaan." kata mama sambil merendahkan bang wandi, air mataku hampir jatuh mendengar ucapan mama yang begitu menyakitkan sambil menunduk "Ma..bang wandi tulus menyayangi ara, bahkan setelah bang wandi wisuda tahun depan dia mengajak ara untuk bertunangan." mama seperti tidak memperdulikan aku lalu menatapku dengan tajam "Kau tidak perlu menunggunya lagi ara..karena sebentar lagi mama akan segera menikahkan dirimu dengan pria pilihan mama, lupakan pria pengangguran itu dan lupakan cita-citamu." bagaikan di sambar petir di pagi hari perkataan mama membuatku shock dan seketika lemas, tanpa terasa air mataku tumpah "Ma..ara masih remaja..ara masih ingin mengejar cita-cita, dan ara juga gak mungkin tinggalin dia." tiba-tiba mama marah padaku "Ara..percuma cuma modal sayang aja jika uang gak ada, lebih baik kamu turuti pertintah mama dan jangan membantah !!!!" aku menangis sejadinya "Kenapa mama tega sama ara..kenapa ma, ara gak mau nikah sama cowok gak dikenal..ara cuma mau sama bang wandi, mama jahat..mama tega!!!" teriakku dengan emosi dan plaaakkk..satu tamparan mendarat di pipi kananku dan mama menatap sinis padaku "Mama bukan jahat, tapi kita harus bermain dengan logika ara..cinta dan sayang tidak akan menjamin hidup kamu berkecukupan turuti perintah mama atau kamu angkat kaki dari rumah ini." aku memohon dan bersujud kepada mama agar membatalkan pernikahan ini tapi mama tetap dengan keputusannya "Jika kamu menolak perjodohan ini, maka kamu tidak akan mama anggap sebagai anak lagi..dan segera kamu angakat kaki dari rumah ini." ucapan mama bagaikan pisau yang menghujam jantungku seketika aku membeku dan air mataku makin deras, apalah dayaku tidak dapat membantah perintah mama lagi karena aku tidak mau kehilangan mama dan setelah perdebatan panjang antara aku dan mama, lalu aku segera berlari masuk ke kamar menangis sepanjang hari karena ini sudah menjadi keputusan mama dan aku harus menerimanya.

Aku pun melihat layar ponsel di situ tertera ada beberapa panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan masuk dari bang wandi dan temanku dira tapi karena suasana hatiku sangat buruk aku mengabaikannya, tidak lama kemudian aku melihat mama sudah bersiap untuk pergi "Segera pikirkan baik-baik, karena ini menyangkut kebahagiaan kamu dan jika dilihat umur kamu sudah layak untuk segera menikah daripada kamu harus menunggu pria tidak jelas itu lebih baik kamu menikah dengan pilihan mama." ucap mama dengan nada penuh penekanan, setelah itu mama pun pergi untuk melakukan aktifitasnya diluar.