Chereads / Karang Yang Terkikis / Chapter 8 - Pertemuan

Chapter 8 - Pertemuan

Disaat aku bangun di pagi hari ternyata dira tidak ada ditempat lalu aku melihatnya keluar dari kamar mandi, tidak menunggu lama pengantar makanan pun tiba dan aku segera melihat isi dari nasi kotak tersebut ada opor ayam dan sayuran beserta puding "Widiihh..enak tuh ra, habiskan makanan loe dan minum obat." "Loe gak tau sich gimana rasa makanan ini..kalau loe tau mungkin loe ogah buat makan." "Ya udah sich syukuri aja apa yang loe dapat hari ini ya ra." Lalu aku memakan makanan yang pihak rumah sakit kasih kepadaku walaupun rasanya agak hambar.

Ditempat lain wandi masih di sibukkan dengan tugas kuliah dan si nomer misterius itu yang memang belakangan ini sangat mengganggunya, dengan di bantu deri akhir mereka mereka berdua bertemu dengan pria misterius tersebut di tempat yang di janjikan tepatnya di sebuah cafe "Loe yang namanya rahman?? Perkenalkan gue wandi pacar ara." "Gue deri..sahabat ara." "Silahkan duduk dulu bro..gue rahman, cowok yang dijodohkan sama ara sekaligus calon suaminya" suasana cafe pun menjadi tegang karena wandi yang terlihat menahan emosi "Gue sengaja ngajak loe ketemuan karena ingin tau alasan loe merusak hubungan gue dan ara." Tanya wandi dengan penuh emosi "Sorry gue gak merusak hubungan loe sama ara, justru loe jadi penghalang antara gue dan ara..harusnya loe sadar diri bro pria seperti loe gak akan bisa bahagiakan ara." Sahut Rahman dengan nada merendahkan "Loe tau apa tentang Ara..hah!!!! Gue sama Ara sudah menjalin hubungan dengan Ara selama 2 tahun dan setelah wisuda gue berniat melamar ara!!!" "Heeyyy..santai bro, loe cuma seorang mahasiswa dan kerjaan loe cuma freelance..emang cukup buat nafkahi Ara?? Hahahaha.." Rahman pun kembali menghina Wandi "Ok sekarang mau loe apa!!!" "Gue mau loe jauhi Ara mulai detik ini" "Eeiitt..gak bisa gitu donk, temen gue udah lama pacaran dan dia gak bisa jika harus tinggalin ara dan seharusnya yang menjauhi ara itu loe!!!!! Bukan wandi karena loe udah merusak hubungan temen gue sama ara!!" Ujar deri yang tersulut emosi "Ok jika loe gak mau menjauhi ara, gue akan melakukan sesuatu yang akan membuat loe terpaksa harus meninggalkan ara." jawab Rahman dengan penuh penekanan.

Suasana cafe semakin tidak bersahabat ketegangan diantara mereka bertiga semakin terasa "Loe jangan macam-macam sama ara dan keluarganya karena gue gak akan tinggal diam." "Walaupun loe gak bisa tinggalin ara gue akan tetap menikah dengan ara, karena mama ara sangat matre jadi sangat mudah buat gue untuk mewujudkan semuanya." Sambil tersenyum sinis rahman pun kembali menatap rendah seorang wandi. Kemudian mereka masih saling menatap dengan pandangan tajam "Sekarang intinya gimana??" Tanya wandi dengan penuh pertanyaan "Gue mau loe jauhin ara, tetapi jika loe gak mau pergi dari hidupnya maka di kehidupan pernikahan gue ara akan gue siksa seumur hidupnya." ujar rahman sambil mengeluarkan senyum iblisnya, Sontak hal tersebut membuat wandi dan deri diam seribu bahasa.

Setelah pertemuan di cafe sepanjang jalan di dalam mobil wandi terlihat muram dan perkataan rahman sangat mengganggu pikirannya "Woooyy..kenapa loe bro??" "Gue kepikiran sama ancaman pria tersebut, gue takut terjadi sesuatu sama ara." "Loe tenang aja di, percaya sama gue..ara baik-baik aja." wandi tetap tidak merasa tenang sejak pertemuan di cafe karena dia sudah tahu siapa sebenarnya calon suami dari pacarnya.

Rahman melajukan mobilnya menuju rumah sakit untuk bertemu calon suaminya, tidak lupa dia membawa makanan dan buah untuk ara, rahman segera menghubungi calon ibu mertuanya "Halo mah dimana??" "Mama di taksi menuju rumah sakit" "Oh ya udah kita bertemu dirumah sakit ya." Rahman memutuskan sambungan telponnya.

Saat di rumah sakit ara sedang sendiri karena dira sudah pulang untuk beristirahat, dari kejauhan ara melihat mamanya datang bersama seorang pria dengan badan cukup tinggi mungkin sekitar 180cm, kulit putih, rahang tegas, wajah lumayan tampan dan pria tersebut membawa makanan dan minuman beserta buah "Ara ini calon suami kamu namanya rahman." "Hai..gimana kabar kamu??" Aku terdiam cukup lama karena perbuatan mama kali ini "Kondisiku lumayan lebih baik dari kemarin, karena allah tidak mengijinkan aku mati." Jawabku dengan sinis kemudian aku melihat wajah mama memerah karena menahan emosi dengan sikapku yang tidak ramah seperti biasa "Ara..jaga ucapanmu!!!! Jangan kurang ajar sama calon suamimu!!!" Ucap mama dengan nada tinggi sambil mengangkat tangan bersiap menamparku "Kenapa ma?? Mau pukul Ara?? Silahkan mau pipi kiri atau pipi kanan?? Ara sudah kebal sama pukulan mama karena itu tidak sakit, tapi lebih sakit batin ara yang mama siksa" seketika mama mengurungkan niatnya untuk menamparku dan menurunkan tangannya.

Melihat rahman tersenyum licik aku jadi berpikir apa yang dia rencanakan dan apa yang sudah dia katakan dengan mama sehingga mama sangat yakin dengan perjodohan ini, kemudian setelah pertengkaran tersebut mama lebih memilih keluar "Rahman mama tunggu di lobby dan segera kamu bicarakan dengan ara, mama sudah lelah dengan sikapnya." Lalu mama keluar dengan menatapku sinis "Ara mari kita bicara." "Apa yang perlu kita bicarakan lagi, semua sudah jelas kan bahwa 2 Minggu lagi kita akan menikah." "Apa kamu tau hari ini aku bertemu siapa?? Aku bertemu dengan kekasihmu" seketika Ara kaget "Kenapa?? Kaget aku bertemu dengan kekasihmu??" "Untuk apa kamu bertemu dengannya??" "Tenang aja ara sayang..aku bertemu dengannya hanya memberitahu bahwa kita akan menikah selain itu aku juga hanya memberi peringatan kecil padanya" sambil tersenyum licik dan seketika wajah ara pucat mendengar ucapan rahman "Jangan berani menyentuh atau menyakiti bang wandi, jika kau berani maka aku akan nekad!!!" Ucap Ara dengan nada tinggi dan air matanya kembali jatuh "Hahahahhaha...tenang aku tidak akan melakukan apapun padanya asal kau menuruti semua ucapanku, jika kau melawan seperti saat ini maka peringatan yang aku berikan untuk kekasihmu itu benar-benar akan aku lakukan" senyuman iblis itu keluar, Ara pun membeku dan tidak bisa berbuat apapun lagi selain menuruti pria tersebut karena dia tidak mau terjadi sesuatu pada kekasihnya "Baiklah aku akan menuruti semuanya seperti yang kau inginkan tapi jangan pernah lagi kamu menemui dia atau menghubunginya bahkan jangan menyentuhnya dan menyakitinya, mengerti??" "Bagus..itu baru gadis penurut, baiklah aku akan menuruti apa yang kau minta dan jangan khawatir asalkan kau menepati janjimu maka kekasihmu aman." ucapannya itu seperti sebuah ancaman bagiku dan aku tidak menyangka kenapa mama percaya dengan pria ini.

Setelah rahman meninggalkan ruanganku dia segera ke lobby untuk menemui mama dan mengantar mama pulang "Ma..kita pulang yuukk..aku sudah bicara dengan ara dan dia setuju untuk menikah dua Minggu lagi." lalu senyum mama merekah dan puas dengan kabar dari rahman "Baiklah rahman kamu segera persiapkan semuanya ok." "ya mah mari rahman antar pulang." mereka pun meninggalkan rumah sakit dan setelah mengantar mama, rahman segera pergi untuk melakukan sesuatu yang penting.