Setelah pertemuannya dengan alex di rumah sakit sepanjang perjalanan arifin tampak berpikir mengenai dokter tersebut "siapa alex..kenapa dia seperti memiliki kekuasaan atas rumah sakit tersebut, dia seperti bukan orang sembarangan dan semoga putriku aman bersamanya." Di cafe wandi terlihat berpikir gimana caranya agar dia bisa menemui ara dengan aman, lalu notifikasi pesan masuk dari nomer tidak di kenal "jangan coba-coba loe menemui ara, atau loe akan menyesal." Raut wajah wandi langsung berubah menjadi pucat setelah membaca pesan yang baru dia terima, ya dia khawatir dengan ara "Wandi loe kenapa??" "Ini gue baru aja terima pesan masuk berupa ancaman." Sambil menyerahkan ponselnya ke deri, lalu dia mengerutkan alisnya "kurang ajar ini cowok, berani bermain-main." Lalu wandi mengacak rambutnya yang menandakan dia frustasi karena hal ini.
Setibanya arifin di rumah dia segera membuka dan melihat dewi tampak sedang santai memainkan ponselnya tanpa memperdulikan kedatangan suaminya, namun arifin tidak mau ambil pusing dia segera berjalan ke kamar untuk segera membersihkan diri dan istirahat. Di kamar alex tengah menunggu laporan dari orang kepercayaannya, dan telponnya berdering "gimana hasilnya?? Apa sudah ketahuan siapa mereka??" "Sudah bos tapi kita harus bersabar dulu karena orang itu adalah suruhan dari calon suami ara." "Baik segera lakukan tugasmu dan segera ungkap identitas calon suaminya." "Untuk mengungkap dan mencari tahu tentang identitas calon suami ara bukan hal yang mudah karena orang ini sangat licik." "Ok..yang penting segera usahakan untuk menangkap orang suruhannya." "Baik akan saya lakukan." Alex cukup tercengang dengan hasil penyelidikan anak buahnya yang sedikit kesulitan untuk mencari tahu identitas rahman.
Pagi hari suasana rumah sakit seperti biasa ramai dengan aktifitasnya dan suster masuk untuk mengecek ara "kamu kok pucat sich ara, coba aku tensi dulu." Ucap suster yang bernama dinda "Ara kamu lagi mikirin apa sich?? kok tensi kamu rendah lagi." "Ara gak mikirin apa-apa kok kak, cuma bosan aja mau ke taman." Jawab ara dengan lemas "aku jadi curiga dengan kondisi kamu, coba sini kk cek suhu." Lalu dinda menyelipkan termometer ke ketiak ara dan 1 menit kemudian termometer tersebut berbunyi dan suhu tubuh ara sangat tinggi "ya ampun ara 39,5° kamu demam." Dinda sedikit panik lalu memegang kening ara dan melihat muka ara yang memerah "ini aku kasih obat dan aku ganti infusnya ya, ara tunggu ya." Lalu dinda setengah berlari dan tidak lupa dia mengabari alex "dok masih di rumah?? ara demam tinggi 39,5° dengan tensi 100/70." Namun alex tidak merespon pesan dinda yang menyebabkan dinda makin panik.
Setelah dinda mengganti infus dan memberikan ara obat penurun panas, dinda segera kompres ara yang terlihat lemas "kak dinda terima kasih ya udah rawat Ara." "Ya ara sama-sama aku hanya khawatir dengan kondisi kamu setelah mendengar penyebab kamu seperti ini." "Kakak tau dari dokter alex ya, maafin ara udah merepotkan kakak dan yang lain." Lalu ara kembali menangis dan dinda memeluk ara untuk membuatnya tenang "ara jangan malu ya untuk cerita ke aku, walaupun kita baru kenal di sini tapi aku tau dan mengerti gimana kondisi kamu." "Ya kak terima kasih, oh ya dokter alex belum datang??" "Dia belum datang mungkin shift malam, ya udah aku tinggal dulu ya.. kebetulan pacar kamu udah datang tuh." Sambil melihat wandi yang menuju ke tempat ara.
Setelah melakukan pengecekan dinda pun segera meninggalkan kamar rawat ara dan melaporkan kondisi ara ke dokter alex, lalu di kamar rawat wandi segera menghampiri ara "dek..maafin abang ya belakang ini sibuk." Sambil mengelus rambut ara "ya bang gak apa-apa ara ngerti kok dengan situasi saat ini, maafin ara ya bang." Lalu air matanya pun menetes di pipinya yang merah dan wandi segera memeluk ara "Ara tau belakangan ini abang, dira, dan bang deri mendapat teror dari orang tidak di kenal kan." Seketika wandi melonggarkan pelukannya "kamu tau dari mana??" "Ara tau karena hal itu juga menimpa dokter alex." Wandi membeku mendengar perkataan ara.
Sedangkan di lobby dewi baru saja tiba dan segera menuju ruangan di mana ara di rawat, saat tiba di depan pintu dewi melihat ara bersama dengan wandi dan seketika emosinya memuncak lalu berjalan menuju tempat ara "Ara apa-apaan ini!!!!!!! Kenapa pria miskin ini datang!!!" "Ma..jangan berteriak malu di lihat banyak orang dan ini rumah sakit..hiks..hiks." "Tante saya ke sini karena saya khawatir sama ara." Ucap wandi dengan suara gemetar "dengar ya wandi, kamu jauhin ara karena sebentar lagi dia akan menikah dengan pria yang kaya raya dan jelas." Ucap dewi sambil tersenyum sinis "maksud Tante apa dengan menyindir saya seperti ini." "Ini bukan sindiran tapi fakta, pria seperti kamu tidak akan bisa membahagiakan anak saya dan tidak bisa mencukupi semua kebutuhannya." "walaupun saat ini saya belum bisa menjadi seperti yang tante mau tapi jika saya bisa meminta tolong kasih saya kesempatan untuk membuktikan kepada tante..saya mohon." Wandi bersujud di kaki dewi untuk memohon sambil menangis "ma..ara mohon kasih bang wandi kesempatan untuk membuktikannya.. hiks..hiks.." ucap ara sambil memohon dan memegang tangan mamanya, sontak pemandangan tersebut di abadikan oleh dinda yang secara diam-diam merekamnya dan pria asing tersebut juga mengambil gambarnya dan mengirim ke Rahman.
Walupun wandi sudah memohon dan bersujud tetapi itu tidak menggoyahkan dewi bahkan tidak segan dewi menyingkirkan kakinya dan menjauh dari wandi "sekalipun kamu memohon, mengemis, dan bersujud di hadapan saya itu tidak akan mengubah semuanya." Wandi masih berusaha meyakinkan dewi tetapi semua itu sia-sia "dengar ya wandi..buat saya kamu hanyalah pria miskin yang tidak bisa memberikan materi yang cukup, mau makan apa nanti anak saya jika menikah dengan kamu..hahhahaha." "ma sudah..tolong jangan hina bang wandi lagi." Air mata ara semakin deras keluar "eh wandi sadar diri donk!!! Siapa kamu itu, tau dirilah dikit kamu itu gak pantas sama ara." Sambil menunjuk ke muka wandi dan terlihat wandi sedang menahan rasa sakit hatinya karena mendapat penghinaan dari dewi "ma jangan menghina bang wandi terus, mama juga kalau tidak menikah dengan papa tidak mungkin hidup mama bisa seenak ini!!" Plaaaakkk..dewi menampar ara hingga meninggalkan bekas merah di pipi kirinya "jaga ucapan kamu ara!!!! Jangan kurang ajar!!!" "Puas kamu wandi..semenjak ara bersama kamu..dia menjadi pembangkang!! Segera putuskan hubungan kalian saat ini!!" Lalu wandi berdiri "saya tidak akan pernah memutuskan Ara, sampai kapan pun." Lalu wandi pergi meninggalkan rumah sakit dengan hati yang hancur dan Dinda segera mengirim video tersebut ke Alex.
Setelah kepergian wandi suasana menjadi semakin panas walaupun ruang rawat ara AC cukup kencang, lalu mendekati ara dan mencengkram kedua pipinya dengan tangan "ara inget ya suka atau tidak kamu harus segera menikah dengan rahman, karena hanya dia yang bisa memberikan semua kebutuhan kamu dan keluarga kita." Lalu ara menampis tangan dewi "asal mama tau ara berbeda dengan mama yang hanya mengincar materi." "Jika kamu menolak pernikahan ini maka kekasihmu itu akan berakhir menyedihkan dan tanpa segan mama akan menceraikan papa kamu, apa kamu mau hal itu terjadi." Dewi tersenyum licik dan hal itu sukses membuat ara tidak bisa berkutik.