Operasi yang di pimpin alex berjalan lancar dan wandi segera di bawa ke ruang ICU karena belum sadarkan diri, lalu alex yang baru keluar dari ICU segera menemui deri yang menunggu di depan "Kenapa bisa seperti ini?? Siapa yang menyerangnya?? Apa kau tau??" "Saat itu wandi baru keluar dari cafe dan aku berada di meja kasir, saat wandi membuka pintu dan menungguku di luar tiba-tiba dari arah seberang ada beberapa pria asing menyerangnya." "Ok..sudah cukup keterangan kamu, dan saya minta tolong segera cek CCTV lalu Segeran kirim ke ponselku." "Baik dok." "Usahakan malam ini, wandi biar perawat yang mengawasinya, dan malam ini saya juga dinas malam." "Ok..aku pamit, titip wandi." "Jika sudah dapat, segera ke ruanganku." Lalu alex bergegas menuju ruangan ara.
Saat menuju lift alex melihat pria asing yang berada tidak jauh dari ruang ICU dan gerak-geriknya sangat mencurigakan, pria itu menggunakan kaos jersey dengan menggunakan jaket sport dan menutup wajahnya dengan masker. Alex menatap curiga pria asing tersebut lalu dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi anak buahnya "ada tugas untukmu..segera tangkap pria mencurigakan di sekitar ruang ICU untuk gambar dan ciri-cirinya akan segera aku kirimkan." "Baik tuan." Alex memutuskan sambungan telepon dan segera mengirim gambar pria tersebut yang baru dia dapat dari salah satu security di lantai tersebut.
Setelah mendapat gambar pria itu segera anak buah alex segera ke atas dengan menggunakan lift yang berbeda dan bersiap menangkap mangsanya, saat pria asing tersebut sedang sibuk memantau wandi tanpa dia sadari dari belakang seseorang mengunci gerakannya "Tertangkap kau..cepat ikut kami atau kau akan berakhir." Pria itu tidak bisa berkutik dan tidak bisa bergerak, segera anak buah alex membawa orang tersebut ke ruangannya "Tuan mangsa sudah tertangkap lalu apa yang selanjutnya kami lakukan??" "Kerja bagus..segera bawa dia ke ruanganku dan ikat dia disana, kalian jaga pria itu di dalam dan kunci dia bersama kalian ruanganku..dan tunggu aku." "Baik tuan." Alex segera mempercepat langkahnya menuju ruangan ara, pikirannya kalut karena melihat begitu banyak pesan dari dinda di tambah dengan video yang dia terima.
Di ruang perawatan alex melihat ara yang melamun entah apa yang dia pikirkan saat ini tapi yang dia tahu ara sangat hancur, alex segera menghampiri ara dan memeluknya dia tidak peduli lagi dengan pandangan semua orang yang ada di ruang perawatan tersebut "ara maaf aku datang terlambat." Sambil mengelus rambut ara yang halus dan wangi "Kak..gimana kondisi bang wandi sekarang??" Lalu alex melepaskan pelukannya dan duduk di bed pasien dan mensejajarkan posisinya dengan ara "Operasi berjalan lancar ra, dan wandi aku bawa dulu ke ruang ICU untuk menstabilkan kondisinya." "Kak..maafin aku..karena aku semua orang terluka..hikss..hikss." "Ara dengarkan aku..ini bukan salah kamu tetapi ini memang takdir, jadi jangan menyalahkan dirimu ya." "Tapi kakak lihat kan, rahman tega melukai bang wandi dan kak alex bahkan teror dira." "Ara kamu harus kuat ya..kamu harus bisa melawan rasa takut dalam dirimu." Ara memeluk alex kembali dan menangis di pelukannya "Kak..maafin ara, karena ara terpaksa harus menikah dengan rahman..hikss..hikss.." seketika perasaan alex hancur seperti kaca yang terjatuh "Aku mengerti kenapa kamu melakukan ini, tapi ara apa kamu yakin dengan jalan yang sudah kamu pilih??" "Ya kak..ara yakin..karena ara tidak mau ada korban lagi." "Ara..kakak menghargai keputusan kamu, tapi sampai kapanpun perasaanku tidak akan berubah untuk ara." "Maksud kakak apa??" Terlihat Ara yang bingung dan melonggarkan pelukannya, memang ara sudah tahu perasaan alex tetapi ara hanya ingin memastikan saja bahwa apa yang dikatakan dinda adalah benar, sambil menangkup ke dua pipi ara dengan tangan lembutnya lalu alex menatap ara dengan intens "Ara kalau boleh aku jujur..kakak menyayangi ara dan ingin membuat ara bahagia, ingin menjadikan ara ratu di hati kakak..sampai kapan pun aku akan menunggu kamu dan aku berjanji akan melepaskan kamu dari siksaan rahman." Ara tampak terkejut dengan pengakuan cinta alex "Apa benar seperti itu kak?? Walaupun pada akhirnya ara menjadi janda apa perasaan kakak masih sama??" "Lihat mataku..apa aku terlihat berbohong??" "Aku hanya takut kakak pergi meninggalkanku seperti yang dilakukan bang wandi." Alex segera mengeluarkan kotak perhiasan yang berisi kalung emas dengan liontin berbentuk love di tengahnya berhiaskan berlian dan membukanya di hadapan ara "Lihatlah kalung ini ara..ini adalah bukti cintaku sama ara, apapun yang terjadi jangan pernah lepas kalung ini karena kita pasti akan bertemu dan bersatu." Kemudian alex segera mengalungkan di leher ara dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Setelah melihat kondisi ara yang sudah sedikit tenang alex segera menyuapi ara dan memberinya obat tidak lupa dia mengganti cairan infus ara dan menemaninya tidur, alex bergegas menuju ruangannya dan saat melewati meja perawat dia tidak melihat keberadaan dinda "Sus..dinda kemana ya??" "Dinda sedang membeli makan dok..ok sampaikan ke dia..tolong pantau kondisi ara dan segera hubungi saya." "Baik dok..nanti saya sampaikan." "Terima kasih sus.." segera alex menuju ruangannya.
Terdengar suara pintu terbuka dan semua mata di ruangan tersebut tertuju ke sosok dokter alex yang berubah menyeramkan dengan sorot mata penuh kemarahan "kunci pintu ini sekarang." Titah alex kepada anak buahnya dan segera mereka menuruti perintahnya, alex segera mendekat ke pria tersebut lalu mengambil bangku dan duduk sambil menyilangkan kaki dengan tatapan mengintimidasi "Di bayar berapa kalian sehingga berani menginjakan kaki di wilayah kekuasaanku??" "Anda tidak perlu tahu" "Rahman yang menyuruh loe kan?? Apa kalian tidak tahu berurusan dengan siapa??" "Ciiihh..jangan sombong anda..saat ini anda bisa bicara seperti itu karena anda tidak tahu siapa bos kami." Lalu alex menyuruh anak buahnya mengambil sesuatu di lacinya dan segera membawanya ke alex "Loe tau isi dari suntikan ini apa??" Sambil memainkan suntikan yang ukurannya lumayan besar dan berisikan cairan bening "Sekali suntikan ini tancapkan ke leher loe, maka dalam waktu 4 jam loe akan segera berpindah alam." Alex mengeluarkan senyuman iblisnya yang berhasil membuat pria tersebut bergidik ngeri "Sekarang keselamatan nyawa loe ada di tangan loe sendiri..tinggal pilih aja loe masih mau menghirup oksigen atau berpindah ke alam lain." Sambil membuka penutup jarum suntik dan memainkannya di pipi pria itu "Ok saya menyerah dan akan berpihak pada anda tuan tapi tolong ampuni saya karena saya masih ada adik yang sedang sakit." Ucap pria itu sambil menangis dan sontak membuat hati alex tersentuh.
Karena ucapan pria asing tersebut yang berusia sekitar 27 tahun itu dan reflek mengatakan adiknya sedang sakit membuat perasaan alex tergerak dan tidak tega terhadap pria itu, lalu berinisiatif untuk segera menolong pria itu "Danar segera lepaskan ikatannya dan kamu jelaskan padaku tentang adikmu." "Tuan maafkan saya..ampuni saya..hikss..saya terpaksa melakukan ini karena butuh biaya pengobatan adik yang sakit tumor rahim." "Ok aku akan menolong kamu tapi dengan catatan kamu harus berhenti berbuat jahat, pagi ini segera bawa adikmu ke IGD dan saya akan menunggu kamu di sana." "Tapi tuan saya tidak punya biaya." "Saya yang akan menanggung semua pengobatan adikmu sampai sembuh, dan saya akan memberimu pekerjaan." Pria itu sontak terkejut dengan kebaikan hati alex "Apa tuan serius dengan ucapan yang barusan tuan keluarkan??" "Apa kau masih meragukan tuan kami, asal kau tahu rumah sakit ini milik tuan kami." "Pagi ini aku tunggu kamu di IGD dan jangan lupa bawa CV kamu, karena aku akan memberikan kamu sebuah pekerjaan yang layak, oh iya siapa nama kamu??" "Nama saya ali Syahab..tuan bisa panggil saya Ali." "Ok ali saya tunggu kamu pagi ini dan saya keluar dulu untuk mengecek sesuatu." Alex pun berdiri dan segera mengenakan jas dokternya "Terima kasih atas kemurahan hati tuan..terima kasih banyak." Ujar ali sambil bersujud atas kemurahan hati alex dan dia pun segera berlalu menuju ruang ICU untuk mengecek kondisi wandi.