"Robby, katanya mau menemaniku ke ruang guru." panggil seorang gadis yang akan berpapasan dengan Robby di koridor sekolah.
Yang di panggil pun menoleh dan hanya nyengir saja karena lupa akan janjinya, sebetulnya bukan kewajiban nya menemani Lala, gadis yang saat ini menghadang jalannya.
Kebiasaan gadis-gadis disini selalu meminta tolong padanya padahal ia bukan orang yang baik-baik amat, beberapa ada yang suka menempel padanya. Memang dari segi penampilan Robby ini tidak jauh berbeda dengan Alvaro, tapi kalau bertanya pada Aily siapa yang lebih tampan diantara mereka jelas ia akan menjawab Alvaro dengan lantang.
Mungkin karena Robby tipe pria yang humoris dan humble pada semua orang para gadis jadi terbiasa bermain dengannya, bener dari mereka benar-benar menyukai Robby dan beberapa lagi hanya menganggap Robby sebagai teman yang asik sehingga mereka nyaman berteman dengannya.
"Maaf ya La aku lupa." ujar Robby masih tersenyum nyengir memperlihatkan barusan gigi-giginya yang tampak rapih sembari tangannya menggaruk kepala bagian belakang nya tanpa alasan.
"Ck kau juga kemarin bilang akan menemaniku membeli buku baru tapi malah melupakan nya juga." balas Lala dengan wajah cemberut nya, bukannya apa-apa hanya saja Robby bilang akan menyanggupinya saat Lala memintanya untuk menemani membeli buku baru.
"Iya itu kan aku sudah minta maaf dan menjelaskan padamu juga, aku kemarin mengantar Aily berobat jadi terpaksa membatalkan janji denganmu." jelas Robby yang masih merasa tidak enak, memang pada dasarnya Robby ini selalu merasa tidak enak jika menolak permintaan orang lain terhadap nya. Alhasil saat jadwalnya bentrok ia sendiri yang kewalahan.
"Aily lagi Aily lagi. Kenapa tidak pacaran saja dengannya, kau selalu memprioritaskan dia padahal aku sudah janji akan membantu mengerjakan tugasmu."
"Bukan begitu La, Aily kan sedang sakit jadi butuh seseorang yang bisa mengantar dia. Sedangkan kau mungkin masih bisa pergi sendiri atau mencari orang lain untuk menggantikan ku mengantarmu ke toko buku." jawab Robby menjelaskan lagi dengan detail apa yang sudah pernah ia jelaskan kemarin.
Bukannya menyelesaikan kekesalan Lala, ia malah di tinggal pergi begitu saja olehnya dengan wajah yang masih terlihat kesal tentu nya. Sepertinya alasan ia mengantar Aily berobat tidak bisa membuat Lala mengerti kenapa ia membatalkan janji.
Coba dipikirkan saja, mengantar orang yang sedang sakit dan mengantar orang membeli buku padahal tubuhnya sehat bugar. Bukankah Robby sudah melakukan hal yang benar dengan memilih Aily untuk ia antar?
Itu dari sudut pandang Robby.
Begini sudut pandang dari Lala, Lala tidak menyalahkan jika Robby memilih untuk mengutamakan orang yang sakit dibandingkan dirinya, masalahnya bukan hanya sekali dua kali Robby membatalkan janji dengannya dan itupun alasannya selalu sama yaitu Robby selalu memilih untuk memberikan waktunya untuk Aily meskipun gadis itu tidak pernah memohon-mohon sepertinya.
Lala ini termasuk gadis yang paling sering bersama dengan Robby setelah Aily, lebih tepatnya Lala gadis yang paling sering meminta tolong Robby saat ia membutuhkan bantuan. Usut punya usut katanya Lala ini memiliki perasaan pada Robby sehingga membuatnya sering meminta Robby untuk meluangkan waktu nya untuk Lala.
Tidak ada yang tau bagaimana isi pikiran Robby ketika Lala meminta bantuan padanya mengenai banyak hal yang padahal Robby tidak menganggap mereka sedekat itu untuk terus-terusan dimintai bantuan.
"Gadis-gadis selalu sama mengerikan nya kalau sudah marah seperti itu." ujar Robby menguatkan diri ditengah rasa dilema antara merasa bersalah atau ikut kesal karena ia tidak merasa benar-benar melakukan kesalahan yang begitu besar hingga harus menghadapi amarah Lala seperti tadi.
Ia kembali berjalan menuju ke arena basket yang awalnya ingin ia kunjungi dengan Aily, sebetulnya ia berbohong saat bilang pertandingan basket di lapangan sudah hampir selesai. Karena tadi Robby melihat Aily sedang bersama seorang pria jadi ia memutuskan untuk mengetahui lebih lanjut siapa dia dan kenapa mereka mereka bisa bersama.
••
"Robby, kau dimana?" tanya Aily yang ia arahkan pada ponsel di tangannya.
Sekarang jam sekolah sudah berakhir dan waktu nya untuk Aily dan para siswa lain nya pulang, seperti biasa ia akan menunggu Robby menghampiri nya untuk pulang bersama. Lebih tepatnya Robby mengantarkan Aily layaknya supir pribadinya.
"Ada apa?" jawab Robby singkat.
"Bukannya kau mau pulang juga? kau sedang ada urusan ya?" tanya Aily yang heran dengan jawaban Robby. Sepertinya pria itu tidak tanggap dengan kodenya untuk mengajak pulang bersama.
"Iya, kenapa? kau menungguku? bukannya sudah ada teman barumu itu ya." jawab Robby kemudian membuat Aily tercengang, jadi alasan Robby berputar-putar saat ia ajak bicara karena Alvaro tadi? dasar kekanak-kanakan sekali.
"Ck, sudah kesini dulu. Biar ku jelaskan saat kau sudah datang." ujar Aily yang kemudian langsung menutup panggilan mereka begitu saja.
Tentu saja Robby langsung mencak-mencak sendiri, temannya sedang ngambek bukannya diajak bicara dan dibujuk baik-baik malah menutup telpon begitu saja. Robby jadi merasa aksi ngambeknya kurang keras sehingga tidak membuat Aily merasa bersalah.
Setelah lima menit menunggu Robby di tangga yang cukup memiliki banyak anak tangga, ahirnya yang di tunggu datang juga meskipun Aily melihat wajah pria itu di tekuk hingga terlihat sangat kusut dan menyebalkan. "Muka mu minta ku setrika ya?" tanya Aily sebagai kalimat pertama untuk menyapa Robby yang baru tiba di depannya.
"Kenapa tidak pulang dengan teman baru mu saja sih?" tanya Robby yang tidak mengindahkan pertanyaan Aily sebelumnya.
"Teman yang mana, memangnya aku punya yang seperti itu?" tanya Aily balik, ia masih duduk dengan nyaman di anak tangga paling bawah hingga membuatnya harus sedikit menengadahkan kepalanya saat berbicara dengan Robby yang berada diatas motor gedenya.
Robby mendecih setelah mendengar jawaban Aily, "Jangan berlagak, kau saja sampai tidak menghiraukan ku dan lebih tertarik bicara dengannya." ujar Robby masih ngambek, sepertinya siasat Aily masih kurang mempan untuk mengembalikan mood Robby.
"Maksudmu Alvaro?"
"Iya. Masih mau mengelak lagi, teman baruku yang mana.. begitu?" ujar Robby dengan suara sedikit mengejek, mengikuti ucapan Aily padanya tadi.
"Jangan berbicara konyol atau ku tendang tulang kering mu." ujar Aily yang sudah mengambil ancang-ancang akan menendang kaki Robby di bagian tulang keringnya sungguhan.
"Apanya yang bicara konyol? kau saja sampai menawari nya pergi ke supermarket bersama." jawab Robby yang sedikit was-was, masalahnya Aily ini kadang memiliki jiwa psikopat yang akan melakukannya sungguhan saat bilang akan menendang atau memukul.
"Dengar, aku hanya berniat membalas kebaikan nya yang sudah memberikan jatah makan siangnya padaku." ujar Aily yang berusaha menahan diri agar tidak berteriak saat menjawab ucapan Robby barusan.
"Kau saja tidak mungkin mau memberikan jatah makan siang mu padaku, jadi jangan asal marah-marah tidak jelas seperti ini." lanjut Aily kemudian.