Sudah selama dua bulan Aily tidak pernah lagi berinteraksi dengan Alvaro, hari dimana mereka berdua pergi ke supermarket bersama dan saling bertukar kudapan adalah hari pertama dan terahir mereka bersama.
Sialnya, Aily yang tidak pernah benar-benar tertarik dengan seorang pria sudah terlanjur tertarik sejak mereka awal kenal dulu. Tapi setelahnya Alvaro malah tidak pernah menampakkan dirinya lagi di depan Aily.
Meskipun mereka berada di kelas yang sama tapi tidak pernah bicara satu sama lain, padahal setidaknya Aily berharap ada sesuatu yang membuat mereka tidak sengaja bertemu lalu bicara lagi lalu dengan natural ia bisa bicara lagi dengan Alvaro setelah sekian lama.
Misalnya, seperti mereka bertabrakan saat berjalan lalu buku-buku di tangan Aily akan berjatuhan dan Alvaro akan dengan tanggap menyusunkan kembali buku-buku itu untuk Aily. Manis sekali bukan bayangan di kepala Aily? sudah seperti adegan di dalam drama maupun komik.
Tapi kenyataannya Aily tidak pernah membawa-bawa tumpukan buku seperti yang ada dalam bayangan nya, jadi boro-boro mau bertabrakan dan di bantu ambilkan, bukunya saja tidak pernah ada. Aily bukan Sasa yang sering memborong beberapa buku dari perpustakaan untuk dibaca semua.
"Astaga aku lupa, hari ini ada kuis." saat memikirkan tentang buku tiba-tiba mengingatkan Aily bahwa hari ini di kelas ada kuis.
"Hai Ay, ada apa?" tanya seorang pria yang datang dari arah belakang dan langsung mensejajarkan tubuhnya di samping Aily, ingin nya sih langsung merangkul tapi tidak tau Aily nya mau apa tidak, bagaimana kalau tiba-tiba di rangkul dan gadis itu jadi marah besar?
"Oh Robby, itu aku lupa belajar semalam. Padahal nanti di kelas ada kuis." jawab Aily setelah menyadari seseorang yang tadi mengajaknya bicara adalah Robby, pria dengan permen karet di mulutnya. Sekarang Robby meniup-niup permen karetnya dan berhasil membuat balon besar dari permen itu.
Rasanya Aily ingin sekali meletuskan balon itu agar permen nya jadi belepotan di wajah Robby. Baru saja Aily mengangkat tangan untuk melakukan aksinya tapi dengan cepat Robby memegang tangan Aily karena instingnya mengatakan balon nya dalam bahaya.
"Kau mau jail ya!" ujar Robby setelah meletuskan balon nya sendiri sehingga aman dan tidak belepotan menempel-nempel di sekitar wajahnya. Aily hanya tertawa dan mengangguk jujur sambil memegangi perutnya, anehnya Aily yang terkejut Robby dengan cepat menyadari rencana nakalnya itu membuat Aily tertawa keras saking lucunya.
Sedangkan Robby cemberut dan masih memegangi tangan kanan Aily, ia masih setia disana menemani Aily yang sedang menertawai dirinya.
Dari arah belakang ada sepasang mata yang menyaksikan keseruan mereka berdua. "Sepertinya mereka bahagia sekali ya." ujarnya yang masih terus memperhatikan Robby dan Aily dari jarak dua ratus meter di belakang.
"Sudah ah, aku mau ke kelas. Aku tidak bisa berhenti tertawa kalau terus melihat wajah konyol mu." ujar Aily yang berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Robby.
"Konyol, apanya yang konyol? lihat dulu dirimu di cermin, kau yang lebih konyol." teriak Robby setelah Aily berjalan menjauh menuju arah kelas Aily berada. Robby tidak berada di jurusan yang sama, ia mengambil jurusan IPA padahal ia tidak pandai dalam hitung-hitungan.
Saat ia berbalik badan dan akan menuju ke kelasnya juga, ia mendapati seorang pria yang menarik perhatian nya tengah berdiri di depan sana. Alvaro, ia adalah pria yang dulu pernah bersama dengan Aily. Kalau ia mau masuk ke dalam kelas pastinya ia akan melewati tempat Alvaro berdiri, masa iya ia harus menyapa?
Setelah berjalan lebih dekat, ia melihat Alvaro sedang duduk diam mendengarkan musik dengan earphone miliknya. Kebetulan saat Robby akan lewat, Alvaro tidak sengaja menatapnya membuat Robby mau tidak mau menyapanya karena ia juga sedang menatap Alvaro dari tadi.
Bodoh memang, kenapa juga Robby terus memperhatikan Alvaro yang duduk diam disana. Kalau ia tidak melihat ke arahnya kan ia tidak perlu bingung untuk menyapa atau tidak meskipun Alvaro akan menatapnya seperti saat ini.
"Oi bro. Sendirian aja?" tanya Robby reflek bicaranya terlalu santai, tapi mungkin ini lebih baik daripada terlalu formal pasti nanti akan terdengar lebih aneh.
Alvaro melepas salah satu earphone yang ada di telinganya, "Iya, mau kemana?" jawab Alvaro yang balik bertanya seadanya yang muncul di pikiran nya. Sebetulnya mereka berdua ini sama-sama canggung dan ingin ingin menutupi kecanggungan antara mereka berdua.
"Ini mau ke kelas." ujar Robby yang tanpa di duga tubuhnya malah memposisikan duduk di sebelah Alvaro. Setelah duduk pun Robby masih membodoh-bodohkan dirinya sendiri karena tubuhnya yang bergerak semaunya tanpa persetujuan dari sang otak.
Alvaro sama terkejut nya dan memberikan lebih banyak ruang untuk Robby duduk.
Kalau sudah begini, untungnya Robby adalah seorang sosial butterfly yang biasa bergaul dengan banyak orang sekalipun orang yang belum pernah ia kenal. Ia cukup bersikap santai seolah tidak mempermasalahkan bahwa mereka berdua tidak benar-benar mengenal satu sama lain.
Setelah lima belas menit berlalu mereka berdua terlihat lebih akrab dan tidak selalu sebelumnya, ini berkat tekad dari Robby yang bisa membawa arah pembicaraan mereka tidak lagi menjadi canggung. "Yasudah kau masuk ke kelas mu sana, katanya sekarang ada kuis?" ujar Robby mengingat ucapan Aily yang tadi bilang lupa belajar padahal ada kuis.
"Tau darimana?" tanya Alvaro, perasaan ia tidak memberitahu Robby mengenai kuis di kelasnya.
"Ada, tadi Aily yang bilang. Gadis lemot itu selalu lupa belajar saat akan ada kuis, tadi aku mendengar ia mengeluh karena itu." jawab Robby yang ahirnya menjawab rasa penasaran Alvaro, ia lupa bahwa Aily teman sekelasnya.
"Kau tidak lupa belajar juga kan?" tanya Robby yang saat ini sudah berdiri akan melanjutkan rencananya yang tadi akan masuk ke dalam kelasnya.
"Tenang saja." jawab Alvaro yang tidak membuat Robby paham pria itu lupa belajar atau tidak malah bilang agar Robby tidak perlu menghawatirkan nya.
-
"Robby, duduk sini." panggil seorang gadis yang ada di barisan bangku paling atas di kelasnya. Itu Riana, salah satu teman gadis yang biasa mengajaknya duduk bersama saat di kelas.
Sistem teman sebangku di sekolah ini juga unik, karena setiap siswa bisa bebas memilih akan duduk sebangku dengan siapa asalkan teman yang akan ia gantikan tempat nya setuju. Jadi setiap hari bisa saja berganti teman sebangku.
Ia sendiri heran, kenapa bisa semudah ini bersama seorang gadis. Ia malah merasa terbebani jika terlalu mudah seperti ini, karena pada umumnya seorang pria yang mencoba merayu dan mengajak bicara lebih dulu.
Karena sikapnya yang terlu mudah bergaul, ia jadi pria yang seperti ini. Pria yang di kerumuni oleh banyak gadis meskipun ia tidak berniat melakukan nya.
"Kau sudah mengerjakan PR mu?" tanya Rania yang mendapat gelengan dari Robby. Maka dengan tanggap ia mengeluarkan buku PR nya untuk di salin oleh Robby.
Lihat? Robby saja belum bilang mau pinjam PR tapi PR nya yang datang sendiri para Robby.