"Aku melepasnya. Aku sudah lelah dengan semua ini Cath."
Sungguh di luar dugaan. Gabriel ternyata tak bereaksi seperti yang dibayangkan. Catherine tertegun, hingga kehilangan kata-katanya.
"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi." Gabriel menatap ke arah luar jendela rumah sakit, dengan tatapan kosong.
"J-jadi apa yang harus saya lakukan, T-tuan?"
"Tidak ada. Akan kubereskan semuanya sendiri ketika aku sudah sehat."
"Sekarang pulanglah, Cath. Nikmati akhir pekanmu bersama keluargamu. Ada Francis dan Esme yang menjagaku, jadi jangan khawatir soal itu." Gabriel mengalih pandang kepada Catherine.
Ia tahu wanita itu ada perasaan kepadanya. Akan tetapi ia memilih untuk mendiamkannya. Bukan tanpa sebab.
Catherine adalah wanita yang baik. Sehingga lelaki sepertinya tak pantas mendapatkan wanita yang hatinya terbuat dari emas itu. Lagipula ia tak pernah berpikir untuk menikah dengan siapapun bahkan hingga saatnya dia mati.
Yang ia butuh hanya wanita untuk pemuas nafsu. Tak lebih.