Selimut itu tiba-tiba terbuka. Terlihatlah kepala Indri. Membuat Anggun yang akan melewati tempat tidurnya, kaget seketika.
"Astaghfirulloh... kaget," ucap Anggun.
"He... maaf. Kamu baru selesai jam segini?" tanya Indri.
"Iya, nih. Kenapa?" Anggun penasaran.
"Ouh nggakpapa. Aku cuma penasaran. Tadi bareng Ali berarti?"
"Iya. Kenapa memangnya?"
"Ouh nggakpapa. Dia cakep, ya?"
Anggun mengernyitkan dahi. Matanya curiga dengan pernyataan Indri.
"Ouh, maaf. Maksud saya kabarnya dia jadi idola beberapa mahasiswi, ya? Entah kenapa aku baru tahu. Memang pantas si, dia capek maksudnya."
"Maaf, jangan salah paham, ya. Itu wajar saja, ko. Kan banyak mahasiswi lainnya juga bilang begitu. Gak cuma aku. Aku gak salah dong?"
Anggun tak menjawab sepatah katapun. Ia segera beranjak ke tempat istirahat. Mencuci kaki, wudhu, dan menenggelamkan diri dalam selimut.
"Apa-apaan dia berkata seperti itu?" gumam Anggun di dalam selimut.
