Malam hari, di bawah awan hitam Igho melajukan motor besarnya dengan sangat kencang.
Di balik kaca helmnya, Mata Igho terlihat berkaca-kaca.
Ia merasa tidak diperlukan lagi oleh orang sekitarnya. Dalam pikirannya saat ini hanya terlintas seorang bapak tua.
Bapak tua itu yang selalu memperlakukan Igo sangat spesial dari pada orang lain hanya Pak Wanto lah yang selalu mengurusi kebutuhan Igho selagi dia kecil.
Sebelumnya Igho sempat mengirim pesan kepada kepada Pak Wanto agar Ia menungguinya di halaman rumah.
Pak Wanto yang sangat patuh pun langsung melaksanakan perintah dari Igho.
Ia berdiri di depan pintu gerbang menunggu kedatangan tuannya.
"Tuan muda, selamat malam!" Pak Wanto mengangguk senang dengan kehadiran Igho di tempat itu.
Ia pikir Igho ingin melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah bertingkat itu. Tapi ternyata Igho malah berdiri diam dengan tatapan tajam ke arah Pak Wanto.
Langkahnya terjeda saat ia hanya menatap nanar rumah besarnya itu.